Oleh: Mochamad Bugi
Abu
Hurairah telah menceritakan kepada Atha’ nin Yazid Al-Laitsi bahwa
para sahabat telah bertanya kepada Rasululla saw., “Apakah engkau akan
melihat Tuhan kami kelak pada hari kiamat?” Maka Rasulullah saw. balik
bertanya, “Apakah kamu sekalian merasa kesulitan melihat bulan pada
malam purnama?” Mereka menjawab, “Tidak.” Selanjutnya Rasulullah saw,
bertanya lagi, “Apakah kalian merasa kesulitan melihat matahari yang
tidak ada awan yang menghalangi?” Mereka menjawab, “Tidak.”
Mendengar
jawaban itu, Rasulullah bersabda, “Seperti itulah kamu sekalian akan
melihat-Nya.” Kemudian Rasulullah saw. meneruskan perkataaannya, “Pada
hari kiamat nanti Allah akan mengumpulkan seluruh umat manusia, lalu
Allah berfirman kepada mereka, ‘Hendaknya setiap orang mengikuti sesuatu
yang disembahnya selama di dunia.’ Oleh karena itu, orang yang
menyembah matahari mengikuti matahari, orang yang menyembah bulan
mengikuti bulan, dan orang yang menyembah berhala mengikuti berhala.
Sedangkan orang-orang munafik dari kalangan umat Muhammad tetap berdiri
di tempat dan tidak bergerak sama sekali (karena yang disembah oleh
mereka tidak jelas).
Kemudian Allah mendatangi kaum muslimin
dalam wujud yang tidak dikenali oleh mereka, seraya Allah berfirman
kepada mereka, ‘Aku ini adalah Tuhanmu.’ Mendengar itu, mereka berkata,
‘Kami berlindung kepada Allah dari bujuk rayumu, dan kami akan tetap
berdiri di tempat ini sampai datang kepada kami Tuhan kami yang
sebenarnya.’ Kemudian Allah datang kepada mereka dalam wujud yang mereka
kenal, dan Allah berfirman kepada mereka, ‘Aku ini Tuhanmu yang
sebenarnya.’ Pada saat mereka mendengarnya dan mereka merasa yakin bahwa
itu Tuhannya, maka mereka berkata, ‘Engkaulah Tuhan kami yang
sebenarnya.’ Setelah itu mereka mengikuti-Nya.
Kemudian
Allah swt. menciptakan sebuah titian yang membentang di atas api
neraka, maka aku –Rasulullah saw.—dan umatku menjadi umat yang pertama
menyeberangi titian itu. Pada saat itu tidak ada seorang pun yang dapat
berbicara selain para rasul, dimana ketika itu para rasul berdoa, ‘Ya
Allah, selamatkanlah, ya Allah, selamatkanlah.’ Sementara di dalam
neraka Jahanam terdapat besi-besi yang melengkung bagaikan lengkungan
pancing, seperti duri pohon Sa’dan (nama pohon yang berduri). Kemudian
Rasulullah bertanya kepada sahabat yang hadir, ‘Apakah kalian pernah
melihat duri pohon Sa’dan?’ Mereka menjawab, ‘Ya.’
Mendengar hal
itu, Rasulullah saw. bersabda, ‘Seperti itulah besi-besi yang melengkung
itu, hanya saja besarnya tidak terkirakan, dan hanya Allah yang
mengetahui ukurannya. Besi-besi inilah yang kelak akan mengait
orang-orang yang sedang meniti titian itu sesuai dengan kadar dosa
masing-masing. Dimana orang yang teguh dengan amalnya akan selamat dari
kaitannya, sementara orang yang berdosa akan terkait (tersangkut),
tetapi akhirnya dilepaskan.
Setelah Allah selesai mengadili
hamba-hamba-Nya, dan Dia berkehendak mengeluarkan penghuni neraka dengan
rahmat-Nya, maka Allah memberikan perintah kepada para malaikat-Nya
untuk mengeluarkan mereka yang patut mendapat rahmat-Nya, yaitu orang
yang tidak pernah menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun selama hidup di
dunia. Di antara orang yang patut mendapatkan rahmat-Nya adalah orang
yang mengatakan bahwa tidak ada Tuhan (yang patut disembah) selain
Allah. Kemudian para malaikat yang mendapat perintah itu segera
mengenali mereka, dan mereka mengenalinya melalui tanda bekas sujud yang
ada pada kening mereka karena hanya bekas sujudlah bagian tubuh manusia
yang tidak akan hangus dibakar api neraka, dimana Allah telah
mengharamkan api neraka untuk membakarnya dan menghanguskannya.
Kemudian
para malaikat segera mengeluarkan mereka dalam keadaan yang sudah pada
hangus, lalu disirankan ke tubuh mereka air kehidupan (air pemulihan).
Akibat siraman air kehidupan itulah, akhirnya mereka tumbuh dan pulih
kembali seperti sediakala bagaikan tumbuhnya biji-bijian setelah terjadi
banjir besar (dimana mereka tumbuh dalam keadaan masih muda dan besar).
Setelah
Allah selesai mengadili dan memvonis di antara hamba-hamba-Nya,
tiba-tiba terlihat seseorang (yang masih tertinggal) yang sedang
mengarahkan pandangannya ke arah neraka, dan dialah orang yang paling
terakhir masuk surga. Kemudian kepada Allah, dia memohon, ‘Wahai
Tuhanku, palingkan mukaku dari neraka karena baunya telah meracuniku,
dan kobaran apinya telah membakarku.’ Permohonan itu diulanginya
berulang kali, dan akhirnya Allah berfirman kepadanya, ‘Seandainya Aku
mengabulkan permintaanmu ini, apakah kiranya kamu tidak akan mengajukan
permohonan yang lain?’ Maka orang itu menjawab, ‘Tidak.’ Kemudian dia
berjanji dengan sungguh-sungguh kepada Allah bahwa dia tidak akan
mengajukan permohonan apapun lagi.
Akhirnya permohonan itu
dikabulkan Allah, dimana Allah memalingkan muka orang itu dari neraka.
Akantetapi ketika dia dihadapkan ke arah surga dan dia menyaksikan
kemegahan yang ada di baliknya, maka dia terdiam dalam beberapa saat,
lalu dia memohon kepada Allah, ‘Wahai Tuhanku, sampaikanlah aku ke dalam
pintu surga.’ Mendengan hal itu, Allah berfirman kepadanya, ‘Bukankah
kamu telah berjanji dengan sungguh-sungguh bahwa kamu tidak akan memohon
lagi kepada-Ku selain permohonanmu yang telah Aku kabulkan tadi?
Celakalah kamu, wahai anak Adam, kamu telah memungkiri janjimu sendiri,
dan Aku tidak akan mengabulkan permohonanmu ini.’ Akantetapi dia tetap
memohon kepada Allah untuk dikabulkan permohonannya, sehingga Allah
berfirman kepadanya, ‘Seandainya permohonanmu ini Aku kabulkan, apakah
kamu tidak akan memohon yang lainnya lagi kepada-Ku?’ Orang itu
menjawab, ‘Demi kemuliaan-Mu, sungguh aku tidak akan mengajukan
permohonan lagi.’
Kemudian Allah mengabulkan permohonannya itu.
Allah membawanya ke depan pintu surga. Setibanya dia di depan pintu
surga, Allah membuka pintu surga itu lebar-lebar sehingga orang itu
melihat keindahan dan kebahagiaan yang ada di dalamnya. Menyaksikan itu,
orang itu terdiam beberapa saat, lalu memohon kepada Allah, ‘Wahai
Tuhanku, masukanlah aku ke dalam surga.’ Mendengar itu, Allah berfirman
kepadanya, ‘Bukankah kamu telah berjanji bahwa kamu tidak akan
mengajukan permohonan lagi kepada-Ku setelah permohonanmu yang tadi Aku
kabulkan? Celaka kamu, wahai anak Adam, kamu telah memungkiri janjimu
sendiri, dan Aku tidak akan mengabulkan permintaanmu itu.’
Akantetapi
orang itu terus menerus memohon kepada Allah, ‘Wahai Tuhanku, janganlah
kiranya hamba-Mu ini menjadi orang yang paling celaka.’ Kemudian ia
mengulang-ulang permohonannya, sehingga hal itu menyebabkan Allah
tertawa. Allah berfirman kepadanya, ‘Masuklah kamu ke dalam surga.’ Pada
saat orang itu masuk ke dalam surga, Allah berfirman kepadanya,
‘Sekarang angankanlah segala keinganmu.’ Kemudian orang itu memohon
kepada Allah dengan mengajukan berbagai macam keinginannya dan
mencita-citakan berbagai macam kenikmatan, sampai Allah mengingatkannya
kepada berbagai menikmatan yang tidak diketahuinya. Lalu Allah berfirman
kepadanya, ‘Nikmatilah olehmu kemewahan dan kenikmatan yang telah
disediakan ini, bahkan akan ditamabah lagi dengan berbagai kenikmatan
sebanyak itu pula.”
Atha’ bin Yazid berkata, “Ketika Abu Sa’id
Al-Kudri mendengarkan Abu Hurairah menuturkan hadits itu, tidak ada
bagian dari hadits itu yang dipertanyakannya, selain firman Allah
terhadap orang tadi: ‘Nikmatilah olehmu kemewahan dan kenikmatan yang
telah disediakan ini, bahkan akan ditamabah lagi dengan berbagai
kenikmatan sebanyak itu pula.’
Abu Sa’id Al-Kudri berkata, ‘Wahai
Abu Hurairah, apakah kenikmatan itu dilipatgandakan menjadi sepuluh
kali lipat?’ Abu Hurairah menjawab, ‘Aku tidak mengetahuinya selain aku
mendengarnya seperti itu dari Rasulullah saw., dimana beliau bersabda, ‘
kemewahan dan kenikmatan yang telah disediakan ini, bahkan akan
ditamabah lagi dengan berbagai kenikmatan sebanyak itu pula.’ Kemudian
Abu Sa’id Al-Kudri berkata, “Aku bersumpah bahwa aku telah mendengar
dari Rasulullah saw. dimana beliau bersabda, ‘Nikmatilah olehmu
kemewahan dan kenikmatan yang telah disediakan ini, bahkan kenikmatan
ini akan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat dengan berbagai
kenikmatan sebanyak itu pula.’” (Hadits shahih, Shahih Muslim nomor 182;
Shahih Bukhari nomor 7437)
Sumber : http://www.dakwatuna.com/2008/orang-yang-terakhir-keluar-dari-neraka/
Share
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari) <---> Bagi yang membaca ini alangkah baiknya untuk membagikan pada yang lain, Ayo silahkan dishare.... Teruskan ilmu, jangan disimpan sendiri...
Rabu, 16 November 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Ayo bersedekah setiap hari
“Tidak ada satu subuh-pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat.
Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,
sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”
(HR Bukhary 5/270)
Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.
Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.
Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :
1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan
Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :
1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-
2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-
3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-
4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-
5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Terimakasih atas partisipasinya kepada rekan-rekan yang telah berbagi terutama buat mereka yang belum melakukan konfirmasinya, semoga Allah mengganti dengan yang lebih baik dan menjadi amalan yang akan memperberat amal kebaikan di yaumil akhir.
Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,
sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”
(HR Bukhary 5/270)
Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.
Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.
Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :
1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
4. Anak Yatim
5. Buka Puasa
Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
--> Bank BRI Syariah No Rek. 1041682996
--> Bank Muamalat No Rek. 3560009874
--> Bank Mandiri No Rek. 114-00-0594415-5
--> Bank BCA No Rek. 8110330589
Semua atas nama Wagimin.Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan
Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :
1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-
2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-
3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-
4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-
5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.033,-
Penolong Misterius
Ketika senja telah turun mengganti siang dengan malam, seorang laki-laki bergegas mengambil air wudhu. Memenuhi panggilan adzan yang bergaung indah memenuhi angkasa.
"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.
Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.
Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.
"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.
Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.
Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.
Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.
"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.
Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.
"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.
"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.
Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.
"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.
"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.
Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.
Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?
Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.
Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!
"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.
Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.
"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.
"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.
"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.
"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.
"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.
Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.
"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."
"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.
Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.
"Sekarang pulanglah!" kata Ali.
Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.
"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.
Ali tersenyum dan mengangguk.
"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.
"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.
Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.
Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.
Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.
"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"
"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.
Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.
Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.
"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.
Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.
Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.
"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.
Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.
Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.
Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.
"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.
Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.
"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.
"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.
Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.
"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.
"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.
Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.
Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?
Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.
Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!
"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.
Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.
"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.
"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.
"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.
"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.
"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.
Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.
"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."
"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.
Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.
"Sekarang pulanglah!" kata Ali.
Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.
"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.
Ali tersenyum dan mengangguk.
"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.
"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.
Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.
Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.
Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.
"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"
"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.
Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.
Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar