Minggu, 06 Januari 2013

Sukses berbisnis telur bebek, Slamet naik haji

Nurul Arifin - Okezone
Rabu,  19 September 2012  −  10:45 WIB
Ilustrasi 
Ilustrasi
 
Sindonews.com - Nasib tidak akan berubah kecuali orang tersebut yang merubahnya. Ungkapan itu tampaknya diilhami oleh Slamet Daroini warga Dusun Subontoro Desa Kebon Duren Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar. Pria yang sebelumnya berprofesi sebagai kuli angkut Tebu kini menuai sukses setelah beralih menjadi pengusaha telur bebek.

Bahkan, telur bebek hasil produksi Slamet kini telah merambah ke luar pulau Jawa. Tentunya, dari sinilah sedikit demi sedikit kehidupan ekonomi Slamet berubah. Berkat usahanya itu, pria 53 tahun ini telah berangkat haji dan memberangkat kedua orang tuanya ke tanah suci.

"Alhamdulilah, saya sudah memberangkatkan orang tua saya ke Makkah dan Madinah. Kali ini mertua saya sudah saya daftarkan untuk berangkat haji," tutur Slamet ketika ditemui dikediamannya, belum lama ini.

Slamet menceritakan, awal bisnisnya dibangun sejak tahun 1997 lalu. Saat ini, memang ekonomi keluarganya sedang sulit. Terlebih, lagi pada waktu itu kondisi ekonomi Indonesia juga tidak stabil. Pilihan berternak Bebek inipun sebenarnya hanya sampingan saja. Saat itu, ia memulai dengan 178 ekor Bebek dengan dibangun kandang tepat di belakang rumahnya.

Alasan memilih beternak Bebek, karena dari segi kandangnya bisa dikategorikan paling murah dan tidak terlalu sulit. Selain itu, karakter unggas jenis bebek ini tidak mudah terserang penyakit. Slamet membudidayakan bebek peking sebagai pejantan dan bebek lokal sebagai petelur.

Pada waktu itu, lanjutnya, harga Bebek dan telur masih murah. Rupanya, tahun 1998 karena pengaruh krisis, harga telur naik. Dari yang semula Rp250 per butir menjadi Rp600 per butir. Beruntung kenaikan harga tersebut diimbangi dengan peternakkanya semakin produktif. Bahkan, melihat peluang bisnis yang terbuka lebar itu, Slamet pun mencoba peruntungan menjadi pengepul telur bebek dari beberapa peternak yang ada di kampung halamannya itu.

Selain itu, Slamet juga mulai berani mengambil pinjaman untuk memperbesar kapasitas kandang bebek serta mendatangkan pakan. "Untuk pertama kali saya pinjam uang sebesar Rp15 Juta untuk biaya kandang dan pakan," tuturnya.

Slamet pun harus berkerja keras untuk menutup pinjaman tersebut. Ternyata, seiring waktu berjalan, pinjaman itupun tak menjadi beban dan malah membawa keuntungan. Pasalnya, bisnis telur bebeknya ini bisa dibilang lancar. Kini, Slamet telah memelihara 3000 ekor bebek.

Sementara untuk memenuhi kebutuhan pakan bebek yang terdiri dari campuran Katul, Kebi, Kremis dan Karak (Nasi Aking), Slamet mendapat bantuan mesin mixer dari pemerintah setempat. Mesin Mixer inipun sedianya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pakan bagi para peternak yang tergbung dalam Kelompok ternak 'Nova Bersaudara'.

"Pakan-pakan bebek ini banyak didatangkan dari Kabupaten Pati, Brebes dan Mojosari. Per hari untuk biaya pakan sebesar Rp50 ribu," terangnya.

Jumlah Rp50 ribu per hari adalah konsumsi pakan untuk 100 ekor bebek. Total sehari untuk pakan untuk 3000 ekor bebek sebesar Rp1,5 Juta per hari. Komposisi pakan terdiri dari Katul, Kebi masing-masing 400 kilo gram, Kremis dan Karak masing-masing 200 kilo gram. Untuk membantunya, Slamet mempekerjakan 12 orang karyawan dengan upah antara Rp700 ribu hingga Rp900 ribu per bulan.

Slamet mengatakan, dalam sehari bebeknya mampu memproduksi telur hingga 1800 butir. Dari jumlah tersebut untuk memenuhi pesanan, Slamet juga mengumpulan telur dari peternak lainnya. Dalam seminggu UD Nova Sejahtera mampu mengirimkan telur ke Jakarta dan Banjarmasin sebanyak empat kali pengiriman.

"Satu minggu empat kali pengiririman sebanyak empat truk. Satu truk mampu mengangkut 90.720 butir telur," rincinya.

Di Desa Kebon Duren ini terdapat 117 peternak. Sedangkan Slamet membeli telur dari peternak seharga Rp1.050 per butir. Berkat ketekunannya itu, usaha yang ditekuninya ini beromzet puluhan juta rupiah. "Alhamdulilah saat ini UD Nova Sejahtera memiliki omzet Rp50Juta per bulan," ujarnya.(mai)

Sumber : http://ekbis.sindonews.com/read/2012/09/19/36/673388/sukses-berbisnis-telur-bebek-slamet-naik-haji

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayo bersedekah setiap hari

“Tidak ada satu subuh-pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat.

Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,

sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”

(HR Bukhary 5/270)

Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.

Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.

Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :

1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
4. Anak Yatim
5. Buka Puasa

Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
--> Bank BRI Syariah No Rek. 1041682996
--> Bank Muamalat No Rek. 3560009874
--> Bank Mandiri No Rek. 114-00-0594415-5
--> Bank BCA No Rek. 8110330589
Semua atas nama Wagimin.

Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan

Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :


1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-

2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-

3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-

4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-

5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.033,-

Terimakasih atas partisipasinya kepada rekan-rekan yang telah berbagi terutama buat mereka yang belum melakukan konfirmasinya, semoga Allah mengganti dengan yang lebih baik dan menjadi amalan yang akan memperberat amal kebaikan di yaumil akhir.

Penolong Misterius

Ketika senja telah turun mengganti siang dengan malam, seorang laki-laki bergegas mengambil air wudhu. Memenuhi panggilan adzan yang bergaung indah memenuhi angkasa.

"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.

Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.

Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.

"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.

Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.

Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.

Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.

"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.

Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.

"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.

"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.

Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.

"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.

"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.

Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.

Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?

Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.

Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!

"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.

Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.

"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.

"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.

"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.

"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.

"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.

Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.

"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."

"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.

Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.

"Sekarang pulanglah!" kata Ali.

Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.

"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.

Ali tersenyum dan mengangguk.

"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.

"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.

Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.

Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.

Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.

"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"

"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.

Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.

Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.