Kamis, 22 November 2012

Meski Dibombardir, Masjid-Masjid di Gaza Tetap Penuh Sesak Oleh Jamaah


Meskipun Jalur Gaza dibombardir Zionis Israel sejak Rabu pekan lalu yang mengakibatkan banyaknya korban tewas dan terluka, kehidupan beragama warga Palestina tetap berjalan seperti hari-hari biasa. Operasi militer Israel yang melumpuhkan hampir semua lini kehidupan di Gaza tidak memengaruhi penduduknya untuk menjalankan ibadah.

Sebagaimana yang dilaporkan reporter kantor berita Anatolia, jumlah jamaah yang mendatangi masjid terus bertambah dibandingkan hari-hari sebelumnya walaupun bahaya untuk keluar rumah sangat besar di saat meningkatnya eskalasi militer Zionis Israel.

Yasir Abdurrahman, imam masjid Tabi’in yang berada di pusat Jalur Gaza, mengatakan fenomena ini terjadi karena adanya keinginan masyarakat untuk kembali kepada Allah. Menurutnya, musibah dan krisis membuat seseorang ingin lebih mendekatkan diri kepada Sang Khalik (Maha Pencipta).

“Sekarang ini masjid selalu penuh sesak layaknya shalat Jumat. Ini merupakan kabar gembira akan dekatnya kemenangan,” katanya sambil tersenyum.

Rakyat Palestina selalu mengingat kata-kata yang pernah diucapkan salah seorang Perdana Menteri Israel, David Ben-Gurion yang berbunyi, “Kita tidak akan pernah takut kepada orang-orang Islam kecuali jika jumlah jamaah shalat subuh seperti shalat Jumat.”

Sementara itu, Abu Muhammad, 78 tahun, salah seorang jamaah Masjid Hasan Al Banna di pusat Jalur Gaza, yang juga mengutip perkataan PM Israel itu, berharap banyaknya orang yang datang ke masjid merupakan salah satu penyebab agar dirinya bisa kembali ke kota kelahirannya Ashdod yang ditingalkannya semenjak kecil sekitar 60 tahun silam, jika Allah menakdirkan kemenangan bagi kaum muslimin.

“Ketika Allah melihat kita dekat kepada-Nya, Dia akan memberikan apa yang kita minta, dan Dia tidak akan menahan kemenangan dan kejayaan yang akan kita raih. Allah akan mengembalikan tanah kami, membebaskan tempat-tempat suci agama kami dan mewujudkan impian kami untuk kembali ke rumah dan kebun-kebun jeruk kami di Ashdod, Ashkelon dan Hamama. Tidak mustahil semuanya akan terjadi,” papar Abu Muhammad dengan bahasa yang sederhana kepada wartawan kantor berita Anatolia.

Berbeda dengan dua orang sebelumnya, Muhammad Nassar melihat banyaknya jamaah yang mendatangi masjid di saat meningkatnya eskalasi militer Zionis Israel merupakan cerminan rasa takut akan kematian yang memenuhi hati warga Jalur Gaza akibat serangan yang terus menerus dilakukan Israel terhadap warga sipil yang tak bersenjata.

“Kematian menghantui orang-orang di manapun mereka berada sementara diri mereka ingin mendapatkan kenyamanan dan ketenangan hati dan berusaha menghilangkan rasa takut tersebut. Oleh karena itu, mereka berlomba-lomba pergi ke masjid dan menganggap cara ini sebuah kesempatan dalam memulihkan keadaan walau untuk sementara waktu dengan menghadap Allah Ta’ala (ketika shalat),” imbuh pemuda yang masih berumur dua puluh tahunan itu.

Pendapat Muhammad Nassar ini dibantah oleh sekelompok pemuda yang ditemui reporter Anatolia setelah shalat subuh pada hari berikutnya. Mereka mengatakan bahwa mereka datang ke masjid untuk melakukan shalat wajib bukan semata-mata karena takut mati tetapi merupakan upaya untuk bertobat dan kembali kepada Allah serta memohon kemenangan kepada-Nya. Seorang pemuda di antara mereka mengutip firman Allah Ta’ala yang berbunyi, “Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad: 7)

Sementara itu, Kementerian Wakaf dan Urusan Agama di Gaza menggunakan kesempatan ini untuk menyiarkan pesan yang menanamkan rasa aman dan harapan ke dalam hati masyarakat dan menyampaikan ceramah tentang sejarah pendahulu umat Islam dan sikap mereka dalam menghadapi beragam cobaan.

Kepala Bidang Penyuluhan dan Bimbingan di Provinsi Deir Al Balah, Jalur Gaza, Syaikh Ahmad Abu Dalal mengatakan, “Orang-orang berlindung kepada Allah dengan harapan Dia memberikan kemenangan kepada mereka, melindungi anak-anak dan keluarga mereka dari bencana. Mereka juga mengharapkan janji Allah yang akan memberikan kejayaan kepada hamba-hamba-Nya yang tertindas yang sedang menghadapi sebuah kekuatan jahat di bumi ini dengan bertelanjang dada dan tanpa senjata.”

Abu Dalal tidak setuju dengan pendapat yang mengatakan bahwa rasa takut merupakan faktor utama yang membuat masyarakat datang berbondong-bondong ke masjid. Ketenangan yang dirasakan masyarakat di dalam masjid dan kondisi spiritual yang mereka dapatkan melalui doa-doa Qunut yang dipanjatkan para imam di dalam shalat serta ceramah yang mengingatkan mereka kepada kekuasaan dan kekuatan Allah Ta’ala merupakan daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk senantiasa menunaikan shalat berjamaah di masjid.

Menurut Syaikh Abu Dalal, fenomena ini menunjukkan dekatnya pertolongan Allah, “Jika jiwa manusia telah berubah ke arah yang lebih baik maka Allah akan mengubah keadaan. Manusia yang kembali untuk menaati Allah tidak akan merugi,” pungkasnya.

http://news.fimadani.com/read/2012/11/21/meski-dibombardir-masjid-masjid-di-gaza-tetap-penuh-sesak-oleh-jamaah/

Reporter: Muhammad Manshur
Redaktur: Abu Hafsah
Sumber: Anatolia

Ayo bersedekah setiap hari

“Tidak ada satu subuh-pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat.

Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,

sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”

(HR Bukhary 5/270)

Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.

Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.

Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :

1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
4. Anak Yatim
5. Buka Puasa

Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
--> Bank BRI Syariah No Rek. 1041682996
--> Bank Muamalat No Rek. 3560009874
--> Bank Mandiri No Rek. 114-00-0594415-5
--> Bank BCA No Rek. 8110330589
Semua atas nama Wagimin.

Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan

Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :


1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-

2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-

3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-

4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-

5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.033,-

Terimakasih atas partisipasinya kepada rekan-rekan yang telah berbagi terutama buat mereka yang belum melakukan konfirmasinya, semoga Allah mengganti dengan yang lebih baik dan menjadi amalan yang akan memperberat amal kebaikan di yaumil akhir.

Penolong Misterius

Ketika senja telah turun mengganti siang dengan malam, seorang laki-laki bergegas mengambil air wudhu. Memenuhi panggilan adzan yang bergaung indah memenuhi angkasa.

"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.

Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.

Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.

"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.

Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.

Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.

Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.

"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.

Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.

"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.

"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.

Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.

"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.

"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.

Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.

Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?

Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.

Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!

"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.

Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.

"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.

"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.

"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.

"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.

"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.

Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.

"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."

"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.

Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.

"Sekarang pulanglah!" kata Ali.

Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.

"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.

Ali tersenyum dan mengangguk.

"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.

"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.

Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.

Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.

Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.

"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"

"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.

Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.

Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.