Rabu, 24 Oktober 2012

Kisah Kunci Ka’bah

Ahli sejarah dan tafsir menyebutkan bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika pembukaan kota Makkah  mengambil kunci Ka’bah yang mulia dari tangan Ustman bin Thalhah, kemudian beliau masuk dan shalat 2 rakaat di dalamnya kemudian keluar sambil membaca perkataan Allah  Subhanahu wa Ta’ala:

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. An-Nisa’ : 58).

Imâm Thabrani Rahimahullah meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas Radhiallahu ‘Anhuma  bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

 ”Ambillah dia hai bani Thalhah, untuk selama-lamanya, tidaklah mengambilnya dari kamu kecuali orang zhalim.” (Dalam Mu’jam al-Kabir, No. 11234) Maksudnya adalah kepengurusan dan penjagaan pintu Ka’bah.

Dan Sahabat ini adalah Ustman Bin Thalhah bin Abi Thalhah Radhiallahu ‘Anhu dari Bani Abdiddar. Utsman masuk Islam pada Perjanjian Hudaibiyah, hijrah bersama Khalid Bin Walid Radhiallahu ‘Anhu dan menghadiri Fathul Makkah bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, kemudian Nabi mengambil kunci tersebut darinya. Hadits Shahîh dalam Bukhari dan Muslim.

Pembesar juru kunci Baitullah al-Haram, Syaikh Abdul Aziz Bin Abdillah Asy-Syayyi, dialah pembawa  kunci Ka’bah. Anaknya Nizar Asy-Syayyi berkata: “Kita juga disebut Al-Hijabi, artinya yang menjaga rumah (Ka’bah). Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala berkehendak agar Ka’bah yang mulia mempunyai pengurus atau penjaga, yaitu mereka yang diberi tanggung jawab dalam hal ini. Juga hendaknya Ka’bah mempunyai kunci yang telah kami terima dari keluarga Syayyi. As-Sadanah mempunyai arti yang beragam dalam kamus bahasa Arab, seperti: Al-Amin (orang terpercaya),  Al-Khadim (pelayan), Al-Hajib (juru kunci, penjaga pintu), …dan seterusnya.”

Dan sadanah Ka’bah kembali kepada sejarah pembangunannya. Artinya menangani semua urusan mulai dari membuka, menutup, membersihkan, mencuci, memberinya kain kiswah (penutup ka’bah) dan memperbaiki kain ini apabila robek, menerima tamu-tamunya dan semua yang berkaitan dengan itu. Yang  telah menangani masalah sadanah ini adalah Ismail kemudian keturunannya, sampai masa Kushai bin Kilab. Kemudian Kushai mengambil sadanah Ka’bah dari Khuza’ah yang telah menguasai sadanah dengan kekuatan untuk waktu yang tidak lama. Ia adalah sebuah kabilah yang hijrah dari Yaman setelah bobolnya tembok bendungan Ma’rib. Mereka menuju Makkah dan tinggal di Makkah.

Kushai mempunyai anak yang bernama Abduddar, Abdul Manaf, Abdul ‘Uzza, dan Abdu Kushai dan setelah wafatnya Kushai beralihlah sadanah kepada Abdiddar dan anak-anaknya, sampai ada di antara mereka Utsman bin Thalhah bin Abi Thalhah dan anak pamannya Syaibah Bin Utsman bin Abi Thalhah.

Nasab sadanah Ka’bah yang mulia sekarang ini berakhir sampai sahabat Syaibah bin Utsman bin Abi Thalhah Radhiallahu ‘Anhu. Ia telah masuk Islam pada Fathul Makkah. Ini menurut riwayat yang paling shahîh. Ia mempunyai keutamaan shuhbah (menemani Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ) dan periwayatan hadîts  dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Mereka adalah tempat penghormatan dan pemuliaan sebagaimana riwayat-riwayat yang menunjukkan  tentang hak-hak mereka. Mereka senantiasa dimuliakan dan dihormati oleh para penguasa muslim secara umum. Keberadaan mereka senantiasa menjadi bagian dari mukjizat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang memberitakan kepada ummatnya tentang hal itu dengan perkataan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

“Ambillah dia hai Bani Thalhah untuk selama-lamanya, tidaklah mengambilnnya (melepasnya) dari kamu kecuali orang-orang zhalim.”

Kisah perpindahan kunci Ka’bah diceritakan oleh Nizar Asy-Syayyi: “Sadanah beralih ke tangan kami sejak masa kakek kami (Kushai) dan berpindah di antara anak-anaknya Abdiddar yang dia mempunyai 5 anak laki-laki. Dia tidak keluar pada musim dingin dan musim panas, lalu saudara-saudaranya mencelanya karena hal itu. Ketika bapaknya (Kushai) mendengar celaan mereka ia berkata: “Demi Allah, aku akan memprioritaskan kamu daripada mereka.” Lalu bapaknya tersebut memberinya hak memberi minum (para pengunjung) Ka’bah, kepengurusan sadanah, kepemimpinan dan musyawarah, pertolongan dan bendera perang. Ketika saudara-saudaranya datang mereka berkata kepadanya: “Sesungguhnya engkau telah mengambil semua kemuliaan dan engkau tidak meninggalkan sedikitpun untuk kami.” Lalu dia berkata: “Ambillah semuanya, kecuali sadanah (juru kunci ka’bah) dan riasah (kepemimpinan), yang mana dia adalah pemimpin Quraisy.”

Dan diperjelas lagi bahwa kunci tersebut tersimpan di dompet hijau tertulis di atasnya ayat yang mulia yang turun pada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pada Fathul Makkah [????????? ????????????? ????? ?????????] “Dan kembalikanlah amanat itu kepada yang berhak menerimanya.”

Sebab turunnnya adalah katika Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam masuk Ka’bah setelah Fathul Makkah menuju Ka’bah, pamannya Abbas Radhiallahu ‘Anhu meminta darinya untuk menggabungkan sadanah dan siqayah (pemberian minum para tamu Ka’bah). Lalu turunlah ayat ini kepada Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam  dan Beliau berada di dalam Ka’bah. Ayat ini menjadi penyebab dikembalikannya kunci kepada kakeknya Utsman bin Thalhah, dan beliau berkata kepadanya:

“Ambilah dia hai Bani Thalhah Khalidah Talidah, tidaklah seorang mengambilnya dari kamu kecuali orang yang zhalim.” (SY)*

Sumber: http://qiblati.com/kunci-kabah.html

Artikel: www.kisahislam.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayo bersedekah setiap hari

“Tidak ada satu subuh-pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat.

Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,

sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”

(HR Bukhary 5/270)

Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.

Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.

Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :

1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
4. Anak Yatim
5. Buka Puasa

Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
--> Bank BRI Syariah No Rek. 1041682996
--> Bank Muamalat No Rek. 3560009874
--> Bank Mandiri No Rek. 114-00-0594415-5
--> Bank BCA No Rek. 8110330589
Semua atas nama Wagimin.

Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan

Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :


1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-

2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-

3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-

4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-

5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.033,-

Terimakasih atas partisipasinya kepada rekan-rekan yang telah berbagi terutama buat mereka yang belum melakukan konfirmasinya, semoga Allah mengganti dengan yang lebih baik dan menjadi amalan yang akan memperberat amal kebaikan di yaumil akhir.

Penolong Misterius

Ketika senja telah turun mengganti siang dengan malam, seorang laki-laki bergegas mengambil air wudhu. Memenuhi panggilan adzan yang bergaung indah memenuhi angkasa.

"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.

Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.

Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.

"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.

Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.

Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.

Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.

"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.

Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.

"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.

"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.

Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.

"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.

"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.

Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.

Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?

Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.

Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!

"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.

Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.

"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.

"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.

"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.

"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.

"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.

Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.

"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."

"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.

Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.

"Sekarang pulanglah!" kata Ali.

Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.

"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.

Ali tersenyum dan mengangguk.

"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.

"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.

Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.

Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.

Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.

"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"

"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.

Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.

Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.