Sabtu, 24 September 2011

Tolong Beli Handuk ini !

Dari Abdullah bin Mas`ud Ra bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Sedekah akan jatuh di tangan Allah, sebelum sedekah itu di terima oleh tangan peminta" (Al Hadits)

Pagi itu Yudi, -bukan nama asli- sedang menyantap sarapan pagi bersama istri dan dua orang anaknya. Waktu saat itu menunjukkan pukul 05.20 WIB. Mereka bergegas menyantap sarapan. Itulah kebiasaan Yudi sekeluarga setiap hari. Mereka harus meninggalkan rumah setengah enam pagi kalau tidak ingin terlambat dalam aktivitas keseharian.

Namun dalam ketergesaan di pagi buta itu, terdengar suara pintu di ketuk oleh seseorang. Istri Yudi segera berhambur ke arah pintu depan. Di sana rupanya ada seorang ibu tetangga rumah beserta anaknya yang datang dengan sebuah bungkusan.

"Ada apa, ibu?" tanya istri Yudi. "Boleh saya bertemu dengan pak Yudi?" tanya sang tamu.

Perempuan itu dipersilakan masuk. Ia menunggu di ruang tamu, sementara Yudi menyelesaikan sarapan.

Usai itu, Yudi datang menyapa. Ia menanyakan ada apa gerangan. Di sisinya sang istri turut mendengarkan.

Ibu sang tamu kemudian berkata lirih, "Pak Yudi, tolong beli handuk ini…!"


***

Yudi dan istri saling bertatapan heran. Setahu mereka sang tetangga ini tidak pernah berjualan. "Sejak kapan sang ibu ini berjualan handuk?" batin mereka berdua.

Namun mereka berdua merasa aneh, saat mereka membuka bingkisan yang disodorkan tiada lain adalah sebuah handuk bukan baru melainkan usang terpakai.

Yudi dan istri terheran. Mereka tidak mengerti apa maksud sang ibu menawarkan handuk usang. Setelah beberapa saat, Yudi pun mendapatkan sebuah pertanyaan untuk dilontarkan. "Kenapa ibu mau jual handuk ini? Tanya Yudi.


"Suami saya sudah beberapa hari gak pulang, Pak! Saya gak tahu apakah dia kabur karena kawin lagi atau sudah meninggal di jalan. Biasanya kalau lagi bawa truk ke Jawa, 1 minggu paling lama dia sudah pulang. Sampai sekarang sudah dua minggu lebih gak ada kabar. Gak ada telpon, sms atau apapun. Padahal di rumah saya gak punya uang dan makanan. Sudah 2 hari saya bilang ke anak-anak untuk sabar menahan lapar. Tapi tadi malam saya sudah gak kuat mendengar jerit anak-anak saya kelaparan. Tolong beli handuk ini, Pak…! Saya gak mau mengemis, saya juga gak berani ngutang. Tolong ya pak…!" ibu tadi menutup kalimatnya dengan nada memelas.


Yudi dan istri merasa lemas mendengarnya. Keduanya menghela nafas panjang. Bergegas Yudi dan istri masuk ke dalam kamar. Mereka tidak kuat mendengar keluhan tetangga. Namun, celakanya uang yang mereka punya hanya Rp 200 ribu saja. "Berapa yang pantas untuk diberikan?" gumam mereka berdua.

Akhirnya Yudi memutuskan untuk memberi uang sejumlah Rp 150 ribu. Padahal sebelumnya sang istri mengingatkan bahwa tanggal gajian masih seminggu lagi. Dari mana uang untuk makan dalam beberapa hari tersebut? Yudi menjawab singkat, "Allah pasti menolong kita!"

Yudi memberikan sejumlah uang di atas kepada tetangganya. Setelah ibu itu berpamitan, Yudi dan seluruh anggota keluarga pergi meninggalkan rumah. Rute yang dilalui adalah; mengantarkan anak-anak ke sekolah, lalu ke tempat kerja istri dan terakhir menuju kantor.

Yudi dan istri menikmati perjalanan rutin di pagi itu. Namun ada satu rasa di dalam hati mereka yang tengah bersemi. KEBAHAGIAAN & KEDAMAIAN, itu yang mereka rasakan.


***


Energi kebaikan itu dirasakan oleh Yudi sepanjang hari. Senyum terus terkembang di wajahnya. Semua orang yang ia jumpai selalu menyapanya. Alangkah berkah hari itu Yudi rasakan.

Pukul 16.00 WIB hari itu usai shalat Ashar, Direktur SDM di kantornya memanggil Yudi datang ke ruangan. Tak terlintas di benak Yudi, ada apa gerangan?

Yudi mengetuk pintu dan meminta izin untuk masuk. Setelah duduk di sebuah kursi di ruang itu, Yudi bertanya ada apa gerangan ia dipanggil.

Wajah sang direktur terlihat ceria. Beberapa kali senyuman terulas di wajahnya. Yudi bergumam, ini mungkin menjadi satu lagi penambah keberkahan hari Yudi.

Setelah berbincang beberapa lama, sang direktur memberitahukan bahwa tahun ini seperti masa-masa sebelumnya perusahaan memberangkatkan 1 orang dari pegawai untuk berangkat ibadah haji. Direktur SDM itu memberitahukan bahwa pegawai yang beruntung tahun itu adalah YUDI!!!

Allahu Akbar…., ! tubuh Yudi berguncang hebat. Tak mampu menahan gemuruh dalam ruang batinnya. Ia pun bersyukur kepada Allah dan tersungkur sujud. Ia tidak hanya menjabat tangan sang direktur, saking girangnya ia memeluk tubuh sang direktur dan ia ucapkan terima kasih berulang kali.


***

Ia kembali ke rumah dengan hati berbunga. Rasanya kali itu adalah perjalanan pulang ke rumah yang paling indah yang pernah ia alami. Sambil memegang kemudi mobil, berkali-kali bulir air mata menetes di pipi Yudi. "Alangkah Pemurahnya Allah!" hatinya memuji.

Yudi pun tiba di rumah. Setelah mobil diparkir, ia pun lari berhambur mencari istrinya. Istrinya terheran-heran melihat gelagat suaminya, kemudia ia pun menanyakan Yudi apa yang terjadi?

Yudi lalu menceritakan kabar gembira bahwa dirinya akan berangkat haji tahun ini.

Setelah keduanya merasakan kegembiraan itu, keduanya pun mengerti bahwa Allah Swt memberikan anugerah yang amat berharga itu setelah Yudi dan istri memberikan bantuan kepada seorang ibu tetangga tadi pagi!


Betapa pertolongan Allah amat cepat mendahului bantuan yang diberikan seorang hamba untuk saudaranya!

Sumber :  http://www.haryobayu.web.id/?aksi=detail_blog&nomor=431


Share

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayo bersedekah setiap hari

“Tidak ada satu subuh-pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat.

Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,

sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”

(HR Bukhary 5/270)

Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.

Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.

Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :

1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
4. Anak Yatim
5. Buka Puasa

Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
--> Bank BRI Syariah No Rek. 1041682996
--> Bank Muamalat No Rek. 3560009874
--> Bank Mandiri No Rek. 114-00-0594415-5
--> Bank BCA No Rek. 8110330589
Semua atas nama Wagimin.

Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan

Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :


1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-

2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-

3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-

4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-

5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.033,-

Terimakasih atas partisipasinya kepada rekan-rekan yang telah berbagi terutama buat mereka yang belum melakukan konfirmasinya, semoga Allah mengganti dengan yang lebih baik dan menjadi amalan yang akan memperberat amal kebaikan di yaumil akhir.

Penolong Misterius

Ketika senja telah turun mengganti siang dengan malam, seorang laki-laki bergegas mengambil air wudhu. Memenuhi panggilan adzan yang bergaung indah memenuhi angkasa.

"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.

Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.

Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.

"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.

Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.

Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.

Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.

"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.

Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.

"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.

"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.

Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.

"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.

"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.

Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.

Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?

Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.

Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!

"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.

Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.

"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.

"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.

"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.

"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.

"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.

Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.

"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."

"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.

Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.

"Sekarang pulanglah!" kata Ali.

Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.

"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.

Ali tersenyum dan mengangguk.

"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.

"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.

Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.

Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.

Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.

"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"

"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.

Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.

Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.