Oleh: Mochamad Bugi
dakwatuna.com -
Setelah Rasulullah saw. wafat, Islam menyebar dalam spektrum yang
luas. Tiga benua lama -Asia, Afrika, dan Eropa-pernah merasakan rahmat
dan keadilan dalam naungan pemerintahan Islam. Tidak terkecuali Spanyol
(Andalusia). Ini negeri di daratan Eropa yang pertama kali masuk dalam
pelukan Islam di zaman Pemerintahan Kekhalifahan Bani Umaiyah.
Sebelumnya,
sejak tahun 597 M, Spanyol dikuasai bangsa Gotic, Jerman. Raja
Roderick yang berkuasa saat itu. Ia berkuasa dengan lalim. Ia membagi
masyarakat Spanyol ke dalam lima kelas sosial. Kelas pertama adalah
keluarga raja, bangsawan, orang-orang kaya, tuan tanah, dan para
penguasa wilayah. Kelas kedua diduduki para pendeta. Kelas ketiga diisi
para pegawai negara seperti pengawal, penjaga istana, dan pegawai
kantor pemerintahan. Mereka hidup pas-pasan dan diperalat penguasa
sebagai alat memeras rakyat.
Kelas keempat adalah para petani,
pedagang, dan kelompok masyarakat yang hidup cukup lainnya. Mereka
dibebani pajak dan pungutan yang tinggi. Dan kelas kelima adalah para
buruh tani, serdadu rendahan, pelayan, dan budak. Mereka paling
menderita hidupnya.
Akibat klasifikasi
sosial itu, rakyat Spanyol tidak kerasan. Sebagian besar mereka hijrah
ke Afrika Utara. Di sini di bawah Pemerintahan Islam yang dipimpin Musa
bin Nusair, mereka merasakan keadilan, kesamaan hak, keamanan, dan
menikmati kemakmuran. Para imigran Spanyol itu kebanyakan beragama
Yahudi dan Kristen. Bahkan, Gubernur Ceuta, bernama Julian, dan putrinya
Florinda -yang dinodai Roderick-ikut mengungsi.
Melihat
kezaliman itu, Musa bin Nusair berencana ingin membebaskan rakyat
Spanyol sekaligus menyampaikan Islam ke negeri itu. Khalifah Al-Walid
bin Abdul Malik memberi izin. Musa segera mengirim Abu Zar’ah dengan 400
pasukan pejalan kaki dan 100 orang pasukan berkuda menyeberangi selat
antara Afrika Utara dan daratan Eropa.
Kamis, 4 Ramadhan 91
Hijriah atau 2 April 710 Masehi, Abu Zar’ah meninggalkan Afrika Utara
menggunakan 8 kapal dimana 4 buah adalah pemberian Gubernur Julian.
Tanggal 25 Ramadhan 91 H atau 23 April 710 H, di malam hari pasukan ini
mendarat di sebuah pulau kecil dekat Kota Tarife yang menjadi sasaran
serangan pertama.
Di petang harinya, pasukan ini berhasil
menaklukan beberapa kota di sepanjang pantai tanpa perlawanan yang
berarti. Padahal jumlah pasukan Abu Zar’ah kalah banyak. Setelah
penaklukan ini, Abu Zar’ah pulang. Keberhasilan ekspedisi Abu Zar’ah ini
membangkitkan semangat Musa bin Nusair untuk menaklukan seluruh
Spanyol. Maka, ia memerintahkan Thariq bin Ziyad membawa pasukan untuk
penaklukan yang kedua.
Thariq bin Ziyad bin Abdullah bin Walgho
bin Walfajun bin Niber Ghasin bin Walhas bin Yathufat bin Nafzau adalah
putra suku Ash-Shadaf, suku Barbar, penduduk asli daerah Al-Atlas,
Afrika Utara. Ia lahir sekitar tahun 50 Hijriah. Ia ahli menunggang
kuda, menggunakan senjata, dan ilmu bela diri.
Senin, 3 Mei 711
M, Thariq membawa 70.000 pasukannya menyeberang ke daratan Eropa dengan
kapal. Sesampai di pantai wilayah Spanyol, ia mengumpulkan pasukannya di
sebuah bukit karang yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar
-diambil dari bahasa Arab “Jabal Thariq”, Bukit Thariq. Lalu ia
memerintahkan pasukannya membakar semua armada kapal yang mereka miliki.
Pasukannya
kaget. Mereka bertanya, “Apa maksud Anda?” “Kalau kapal-kapal itu
dibakar, bagaimana nanti kita bisa pulang?” tanya yang lain.
Dengan
pedang terhunus dan kalimat tegas, Thariq berkata, “Kita datang ke sini
bukan untuk kembali. Kita hanya memiliki dua pilihan: menaklukkan
negeri ini lalu tinggal di sini atau kita semua binasa!”
Kini pasukannya paham. Mereka menyambut panggilan jihad Panglima Perang mereka itu dengan semangat berkobar.
Lalu
Thariq melanjutkan briefingnya. “Wahai seluruh pasukan, kalau sudah
begini ke mana lagi kalian akan lari? Di belakang kalian ada laut dan di
depan kalian ada musuh. Demi Allah swt., satu-satunya milik kalian saat
ini hanyalah kejujuran dan kesabaran. Hanya itu yang dapat kalian
andalkan.
Musuh dengan jumlah pasukan yang besar dan persenjataan
yang lengkap telah siap menyongsong kalian. Sementara senjata kalian
hanyalah pedang. Kalian akan terbantu jika kalian berhasil merebut
senjata dan perlengkapan musuh kalian. Karena itu, secepatnya kalian
harus bisa melumpuhkan mereka. Sebab kalau tidak, kalian akan menemukan
kesulitan besar. Itulah sebabnya kalian harus lebih dahulu menyerang
mereka agar kekuatan mereka lumpuh. Dengan demikian semangat juang kita
akan bangkit.
Musuh kalian itu sudah bertekad bulat akan
mempertahankan negeri mereka sampai titik darah penghabisan. Kenapa kita
juga tidak bertekad bulan untuk menyerang mereka hingga mati syahid?
Saya sama sekali tidka bermaksud menakut-nakuti kalian. Tetapi marilah
kita galang rasa saling percaya di antara kita dan kita galang
keberanian yang merupakan salah satu modal utama perjuangan kita.
Kita
harus bahu membahu. Sesungguhnya saya tahu kalian telah membulatkan
tekad serta semangat sebagai pejuang-pejuang agama dan bangsa. Untuk itu
kelak kalian akan menikmati kesenangan hidup, disamping itu kalian juga
memperoleh balasan pahala yang agung dari Allah swt. Hal itu karena
kalian telah mau menegakkan kalimat-Nya dan membela agama-Nya.
Percayalah,
sesungguhnya Allah swt. adalah penolong utama kalian. Dan sayalah orang
pertama yang akan memenuhi seruan ini di hadapan kalian. Saya akan
hadapi sendiri Raja Roderick yang sombong itu. Mudah-mudahan saya bisa
membunuhnya. Namun, jika ada kesempatan, kalian boleh saja membunuhnya
mendahului saya. Sebab dengan membunuh penguasa lalim itu, negeri ini
dengan mudah kita kuasai. Saya yakin, para pasukannya akan ketakutan.
Dengan demikian, negeri ini akan ada di bawah bendera Islam.”
Mendengar
pasukan Thariq telah mendarat, Raja Roderick mempersiapkan 100.000
tentara dengan persenjataan lengkap. Ia memimpin langsung pasukannya
itu. Musa bin Nusair mengirim bantuan kepada Thariq hanya dengan 5.000
orang. Sehingga total pasukan Thariq hanya 12.000 orang.
Ahad, 28
Ramadhan 92 H atau 19 Juli 711 M, kedua pasukan bertemu dan bertempur
di muara Sungai Barbate. Pasukan muslimin yang kalah banyak terdesak.
Julian dan beberapa orang anak buahnya menyusup ke kubu Roderick. Ia
menyebarkan kabar bahwa pasukan muslimin datang bukan untuk menjajah,
tetapi hanya untuk menghentikan kezaliman Roderick. Jika Roderick
terbunuh, peperangan akan dihentikan.
Usaha Julian berhasil.
Sebagian pasukan Roderick menarik diri dan meninggalkan medan
pertempuran. Akibatnya barisan tentara Roderick kacau. Thariq
memanfatkan situasi itu dan berhasil membunuh Roderick dengan tangannya
sendiri. Mayat Roderick tengelam lalu hanyat dibawa arus Sungai Barbate.
Terbunuhnya
Roderick mematahkan semangat pasukan Spanyol. Markas pertahanan mereka
dengan mudah dikuasai. Keberhasilan ini disambut gembira Musa bin
Nusair. Baginya ini adalah awal yang baik bagi penaklukan seluruh
Spanyol dan negara-negara Eropa.
Setahun kemudian, Rabu, 16
Ramadhan 93 H, Musa bin Nusair bertolak membawa 10.000 pasukan menyusul
Thariq. Dalam perjalanan ia berhasil menaklukkan Merida, Sionia, dan
Sevilla. Sementara pasukan Thariq memabagi pasukannya untuk menaklukkan
Cordova, Granada, dan Malaga. Ia sendiri membawa sebagian pasukannya
menaklukkan Toledo, ibukota Spantol saat itu. Semua ditaklukkan tanpa
perlawanan.
Pasukan Musa dan pasukan Thariq bertemu di Toledo.
Keduanya bergabung untuk menaklukkan Ecija. Setelah itu mereka bergerak
menuju wilayah Pyrenies, Perancis. Hanya dalam waktu 2 tahun, seluruh
daratan Spanyol berhasil dikuasai. Beberapa tahun kemudian Portugis
mereka taklukkan dan mereka ganti namanya dengan Al-Gharb (Barat).
Sungguh
itu keberhasilan yang luar biasa. Musa bin Nusair dan Thariq bin Ziyad
berencana membawa pasukannya terus ke utara untuk menaklukkan seluruh
Eropa. Sebab, waktu itu tidak ada kekuatan dari mana pun yang bisa
menghadap mereka. Namun, niat itu tidak tereaslisasi karena Khalifah
Al-Walid bin Abdul Malik memanggil mereka berdua pulang ke Damaskus.
Thariq pulang terlebih dahulu sementara Musa bin Nusair menyusun
pemerintahan baru di Spanyol.
Setelah bertemu Khalifah, Thariq
bin Ziyad ditakdirkan Allah swt. tidak kembali ke Eropa. Ia sakit dan
menghembuskan nafas. Thariq bin Ziyad telah menorehkan namanya di lembar
sejarah sebagai putra asli Afrika Utara muslim yang menaklukkan daratan
Eropa.
Sumber : http://www.dakwatuna.com/2008/thariq-bin-ziyad-sang-penakluk-spanyol/
Share
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari) <---> Bagi yang membaca ini alangkah baiknya untuk membagikan pada yang lain, Ayo silahkan dishare.... Teruskan ilmu, jangan disimpan sendiri...
Rabu, 19 Oktober 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Ayo bersedekah setiap hari
“Tidak ada satu subuh-pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat.
Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,
sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”
(HR Bukhary 5/270)
Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.
Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.
Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :
1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan
Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :
1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-
2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-
3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-
4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-
5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Terimakasih atas partisipasinya kepada rekan-rekan yang telah berbagi terutama buat mereka yang belum melakukan konfirmasinya, semoga Allah mengganti dengan yang lebih baik dan menjadi amalan yang akan memperberat amal kebaikan di yaumil akhir.
Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,
sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”
(HR Bukhary 5/270)
Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.
Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.
Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :
1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
4. Anak Yatim
5. Buka Puasa
Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
--> Bank BRI Syariah No Rek. 1041682996
--> Bank Muamalat No Rek. 3560009874
--> Bank Mandiri No Rek. 114-00-0594415-5
--> Bank BCA No Rek. 8110330589
Semua atas nama Wagimin.Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan
Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :
1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-
2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-
3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-
4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-
5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.033,-
Penolong Misterius
Ketika senja telah turun mengganti siang dengan malam, seorang laki-laki bergegas mengambil air wudhu. Memenuhi panggilan adzan yang bergaung indah memenuhi angkasa.
"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.
Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.
Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.
"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.
Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.
Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.
Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.
"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.
Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.
"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.
"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.
Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.
"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.
"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.
Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.
Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?
Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.
Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!
"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.
Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.
"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.
"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.
"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.
"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.
"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.
Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.
"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."
"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.
Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.
"Sekarang pulanglah!" kata Ali.
Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.
"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.
Ali tersenyum dan mengangguk.
"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.
"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.
Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.
Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.
Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.
"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"
"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.
Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.
Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.
"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.
Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.
Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.
"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.
Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.
Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.
Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.
"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.
Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.
"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.
"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.
Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.
"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.
"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.
Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.
Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?
Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.
Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!
"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.
Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.
"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.
"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.
"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.
"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.
"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.
Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.
"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."
"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.
Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.
"Sekarang pulanglah!" kata Ali.
Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.
"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.
Ali tersenyum dan mengangguk.
"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.
"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.
Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.
Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.
Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.
"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"
"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.
Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.
Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar