Oleh: Ulis Tofa, Lc
dakwatuna.com – Di
antara tanda kasih sayang Allah swt terhadap manusia adalah diutusnya
Rasul ditengah-tengah mereka. Inilah nikmat paling besar yang Allah swt
karuniakan kepada manusia. Agar para Rasul menjadi penerang bagi
orang-orang yang salah jalan. Menjadi penunjuk bagi orang-orang yang
tersesat.
Hal paling utama dan berharga yang dipersembahkan para
Rasul kepada manusia setelah penunjukan jalan hidayah Allah swt. adalah
mereka, para Rasul sebagai contoh teladan bagi yang meniti jalan
menuju Allah swt, agar orang beriman mengambil apa yang mereka
contohkan dalam segenap urusan dan bidang, fiddunya wal akhirah.
Allah swt berfirman tentang pribadi Nabi kita Muhammad saw.:
“Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” Al Ahzab:21
Berkata Ibnu
Katsir ketika menafsirkan ayat ini: “Inilah ayat mendasar yang berisikan
anjuran menjadikan Rasulullah saw sebagai suri teladan, dalam ucapan,
perbuatan dan keadannya.”
Dan bukti
kemurahan Allah swt terhadap umat Islam ini adalah, bahwa sirah atau
perjalanan hidup Nabi saw. baik berupa ucapan, perbuatan dan keadaannya
direkam dan dijaga oleh para tokoh –ahli hadits- yang mukhlis. Dan
mereka menyampaikan apa yang datang dari Rasul kepada orang lain dengan
sangat amanah.
Contoh sederhana adalah tentang petunjuk Nabi
bagaimana beliau makan, cara minum, berpakaian, berhias, bagaimana
beliau tidur dan ketika terjaga, ketika beliau mukim atau sedang safar,
ketika beliau tertawa atau menangis, dalam kesungguhan atau canda, dalam
suasana ibadah atau hubungan sosial, perihal urusan agama atau dunia,
ketika kondisi damai atau saat perang, dalam berinteraksi dengan kerabat
atau orang yang jauh, menghadapi teman atau lawan, sampai pada
sisi-sisi yang menurut orang bilang “intim” dalam hubungan suami-istri.
Semuanya terekam, tercatat dan diriwayatkan dengan sahih dalam sirah
perjalanan hidup beliau saw.
Dalam tulisan sederhana ini kami
paparkan petunjuk Nabi saw. tentang bagaimana beliau berinteraksi dengan
istri-istrinya. Bagaimana beliau bermu’amalah dan menjaga mereka. serta
bagaimana beliau melaksanakan kewajibannya untuk memenuhi hak-hak
mereka.
Muhammad Bersikap Adil
Nabi Muhammad saw. sangat
memperhatikan perilaku adil terhadap istri-istrinya dalam segala hal,
termasuk sesuatu yang remeh dan sepele. Beliau adil terhadap
istri-istrinya dalam pemberian tempat tinggal, nafkah, pembagian
bermalam, dan jadwal berkunjung. Beliau ketika bertandang ke salah satu
rumah istrinya, setelah itu beliau berkunjung ke rumah istri-istri
beliau yang lain.
Soal cinta, beliau lebih mencintai Aisyah
dibanding istri-istri beliau yang lain, namun beliau tidak pernah
membedakan Aisyah dengan yang lain selamanya. Meskipun di sisi lain,
beliau beristighfar kepada Allah swt karena tidak bisa berlaku adil di
dalam membagi cinta atau perasaan hati kepada istri-istrinya, karena
persoalan yang satu ini adalah hak preogratif Allah swt. saja.
Rasulullah saw. bersabda:
(اللهم إن هذا قسمي فيما أملك، فلا تلمني فيما لا أملك)
“Ya Allah, inilah pembagianku yang saya bisa. Maka jangan cela aku atas apa yang aku tidak kuasa.”
Ketika
beliau dalam kondisi sakit yang menyebabkan maut menjemput, beliau
meminta kepada istrinya yang lain agar diperkenankan berada di rumah
Aisyah. Bahkan ketika beliau mengadakan perjalanan atau peperangan,
beliau mengundi di antara istri-istrinya. Siapa yang kebagian undian,
dialah yang menyertai Rasulullah saw.
Muhammad Bermusyawarah Dengan Para Istrinya
Rasulullah
saw mengajak istri-istrinya bermusyawarah dalam banyak urusan. Beliau
sangat menghargai pendapat-pendapat mereka. Padahal wanita pada masa
jahiliyah, sebelum datangnya Islam diperlakukan seperti barang dagangan
semata, dijual dan dibeli, tidak dianggap pendapatnya, meskipun itu
berkaitan dengan urusan yang langsung dan khusus dengannya.
Islam
datang mengangkat martabat wanita, bahwa mereka sejajar dengan
laki-laki, kecuali hak qawamah atau kepemimpinan keluarga, berada
ditangan laki-laki. Allah swt berfirman:
“Dan para wanita
mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang
ma’ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan
daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” Al
Baqarah:228.
Adalah pendapat dari Ummu Salamah ra pada peristiwa
Hudaibiyah, membawa berkah dan keselamatan bagi umat Islam. Ummu Salamah
memberi masukan kepada Nabi agar keluar menemui para sahabat tanpa
berbicara dengan siapa pun, langsung menyembelih hadyu atau seekor domba
dan mencukur rambutnya. Ketika beliau melaksanakan hal itu, para
sahabat dengan serta-merta menjalankan perintah Nabi saw, padahal
sebelumnya mereka tidak mau melaksanakan perintah Rasul, karena mereka
merasa pada pihak yang kalah pada peristiwa itu. Mereka melihat bahwa
syarat yang diajukan kaum kafir Quraisy tidak menguntungkan kaum
muslimin.
Muhammad Lapang Dada dan Penyayang
Istri-istri
Rasulullah saw memberi masukan tentang suatu hal kepada Nabi, beliau
menerima dan memberlakukan mereka dengan lembut. Beliau tidak pernah
memukul salah seorang dari mereka sekali pun. Belum pernah terjadi
demikian sebelum datangnya Islam. Perempuan sebelum Islam tidak punya
hak bertanya, mendiskusikan dan memberi masukan apalagi menuntut.
Umar ra berkata:
“Saya
marah terhadap istriku, ketika ia membantah pendapatku, saya tidak
terima dia meluruskanku. Maka ia berkata; “Mengapa kamu tidak mau
menerima pendapatku, demi Allah, bahwa istri-istri Rasulullah memberi
pendapatnya kepada beliau, bahkan salah satu dari mereka ngambek dan
tidak menyapanya sehari-semalam. Umar berkata; “Saya langsung bergegas
menuju rumah Hafshah dan bertanya: “Apakah kamu memberi masukan kepada
Rasulullah saw? ia menjawab: Ya. Umar bertanya lagi, “Apakah salah
seorang di antara kalian ada yang ngambek dan tidak menegur Rasul selama
sehari-semalam? Ia menjawab: Ya. Umar berkata: “Sungguh akan rugi orang
yang melakukan demikian di antara kalian.”
Cara Nabi Meluruskan Keluarganya
Rasulullah
saw tidak pernah menggap sepele kesalahan yang diperbuat oleh salah
satu dari istri. Beliau pasti meluruskan dengan cara yang baik.
Diriwayatkan dari Aisyah:
تقول عائشة رضي الله عنها: ما رأيت صانعة
طعام مثل صفية صنعت لرسول الله طعاما وهو في بيتي، فارتعدت من شدة الغيرة
فكسرت الإناء ثم ندمت فقلت: يا رسول الله ما كفارة ما صنعت؟ قال: إناء مثل
إناء، وطعام مثل طعام.
“Saya tidak pernah melihat orang yang lebih
baik di dalam membuatkan masakan, selain Shafiyah. Ia membuatkan
hidangan untuk Rasulullah saw di rumahku. Seketika saya cemburu dan
membanting piring beserta isinya.” Saya menyesal, seraya berkata kepada
Rasulullah saw. “Apa kafarat atas perilaku yang saya lakukan?”
Rasulullah saw menjawab: “Piring diganti piring, dan makanan diganti
makanan.”
Rasulullah saw. menjadi pendengar yang baik. Beliau
memberi kesempatan kepada istri-istrinya kebebasan untuk berbicara.
Namun beliau tidak toleransi terhadap kesalahan sekecil apa pun. Aisyah
berkata kepada Nabi setelah wafatnya Khadijah ra.:
“Kenapa kamu
selalu mengenang seorang janda tua, padahal Allah telah memberi ganti
kepadamu dengan yang lebih baik.” Maka Rasulullah saw marah, seraya
berkata: “Sunggguh, demi Allah, Allah tidak memberi ganti kepadaku yang
lebih baik darinya. Ia telah beriman kepadaku ketika manusia
mengingkariku. Ia menolongku ketika manusia memusuhiku. Saya dikaruniai
anak darinya, yang tidak Allah berikan lewat selainnya.”
Muhammad Pelayan Bagi Keluarganya
Rasulullah
saw tidak pernah meninggalkan khidmah atau pelayanan ketika di dalam
rumah. Beliau selalu bermurah hati menolong istri-istrinya jika kondisi
menuntut itu. Rasulullah saw bersabda:
وكان يقول: (خدمتك زوجتك صدقة)
“Pelayanan Anda untuk istri Anda adalah sedekah.”
Adalah Rasulullah saw mencuci pakaian, membersihkan sendal dan pekerjaan lainnya yang dibutuhkan oleh anggota keluarganya.
Muhammad Berhias Untuk Istrinya
Rasulullah
saw mengetahu betul kebutuhan sorang wanita untuk berdandan di depan
laki-lakinya, begitu juga laki-laki berdandan untuk istrinya. Adalah
Rasulullah saw paling tampan, paling rapi di antara manusia lainnya.
Beliau menyuruh sahabat-sahabatnya agar berhias untuk istri-istri mereka
dan menjaga kebersihan dan kerapihan. Rasulullah saw bersabda:
وكان يقول: (اغسلوا ثيابكم وخذوا من شعوركم واستاكوا وتزينوا وتنظفوا فإن بني إسرائيل لم يكونوا يفعلون ذلك فزنت نساؤهم).
“Cucilah
baju kalian. Sisirlah rambut kalian. Rapilah, berhiaslah, bersihkanlah
diri kalian. Karena Bani Isra’il tidak melaksanakan hal demikian,
sehingga wanita-wanita mereka berzina.”
Muhammad dan Canda-Ria
Rasulullah
saw tidak tidak lupa bermain, bercanda-ria dengan istri-istri beliau,
meskipun tanggungjawab dan beban berat di pundaknya. Karena rehat, canda
akan menyegarkan suasan hati, menggemberakan jiwa, memperbaharui
semangat dan mengembalikan fitalitas fisik.
فعن عائشة – رضي الله
عنها- أنها قالت خرجنا مع رسول الله (صلى الله عليه وسلم) في سفر فنزلنا
منزل فقال لها : تعالي حتى أُسابقك قالت: فسابقته فسبقته، وخرجت معه بعد
ذلك في سفر آخر فنزلنا منزلا فقال: تعالي حتى أسابقك قالت: فسبقني، فضرب
بين كتفي وقال : هذه بتلك).
Dari Aisyah ra berkata: “Kami keluar
bersama Rasulullah saw dalam suatu safar. Kami turun di suatu tempat.
Beliau memanggil saya dan berkata: “Ayo adu lari” Aisyah berkata: Kami
berdua adu lari dan saya pemenangnya. Pada kesempatan safar yang lain,
Rasulullah saw mengajak lomba lari. Aisyah berkata: “Pada kali ini
beliau mengalahkanku. Maka Rasulullah saw bersabda: “Kemenangan ini
untuk membalas kekalahan sebelumnya.” Allahu A’lam
Sumber : http://www.dakwatuna.com/2008/muhammad-sebagai-seorang-suami/
Share
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari) <---> Bagi yang membaca ini alangkah baiknya untuk membagikan pada yang lain, Ayo silahkan dishare.... Teruskan ilmu, jangan disimpan sendiri...
Rabu, 19 Oktober 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Ayo bersedekah setiap hari
“Tidak ada satu subuh-pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat.
Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,
sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”
(HR Bukhary 5/270)
Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.
Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.
Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :
1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan
Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :
1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-
2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-
3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-
4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-
5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Terimakasih atas partisipasinya kepada rekan-rekan yang telah berbagi terutama buat mereka yang belum melakukan konfirmasinya, semoga Allah mengganti dengan yang lebih baik dan menjadi amalan yang akan memperberat amal kebaikan di yaumil akhir.
Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,
sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”
(HR Bukhary 5/270)
Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.
Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.
Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :
1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
4. Anak Yatim
5. Buka Puasa
Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
--> Bank BRI Syariah No Rek. 1041682996
--> Bank Muamalat No Rek. 3560009874
--> Bank Mandiri No Rek. 114-00-0594415-5
--> Bank BCA No Rek. 8110330589
Semua atas nama Wagimin.Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan
Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :
1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-
2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-
3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-
4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-
5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.033,-
Penolong Misterius
Ketika senja telah turun mengganti siang dengan malam, seorang laki-laki bergegas mengambil air wudhu. Memenuhi panggilan adzan yang bergaung indah memenuhi angkasa.
"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.
Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.
Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.
"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.
Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.
Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.
Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.
"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.
Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.
"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.
"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.
Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.
"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.
"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.
Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.
Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?
Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.
Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!
"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.
Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.
"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.
"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.
"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.
"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.
"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.
Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.
"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."
"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.
Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.
"Sekarang pulanglah!" kata Ali.
Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.
"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.
Ali tersenyum dan mengangguk.
"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.
"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.
Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.
Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.
Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.
"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"
"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.
Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.
Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.
"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.
Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.
Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.
"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.
Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.
Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.
Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.
"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.
Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.
"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.
"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.
Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.
"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.
"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.
Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.
Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?
Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.
Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!
"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.
Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.
"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.
"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.
"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.
"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.
"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.
Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.
"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."
"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.
Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.
"Sekarang pulanglah!" kata Ali.
Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.
"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.
Ali tersenyum dan mengangguk.
"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.
"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.
Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.
Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.
Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.
"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"
"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.
Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.
Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar