Oleh: Tim dakwatuna.com
BEBERAPA FAKTA SEJARAH
Pertama
Abu
Thalib wafat pada tahun kesepuluh kenabian Muhammad saw. Selama
hayatnya, Abu Thalib merupakan pembela Nabi yang gigih, sehingga
orang-orang kafir Quraisy tidak berani mengganggu atau menyakiti Nabi
secara langsung. Abu Thalib adalah seorang yang terhormat di kalangan
mereka. Setelah dia wafat, mulailah orang-orang Quraisy menghalangi dan
mengganggu Nabi secara langsung. Nabi sangat berduka dengan kematian
pamannya itu.
Meski membela Nabi, Abu Thalib hingga saat
menghembuskan nafas terakhir tetap tidak mau mengucapkan dua kalimat
syahadat. Ini karena ia ingin mempertahankan wibawa Bani Muthallib di
mata masyarakat Quraisy secara keseluruhan.
Kedua
Pada
tahun yang sama wafat pula isteri Nabi, Khadijah. Dia adalah srikandi
yang mampu meringankan penderitaan Nabi yang disebabkan oleh tindakan
kasar orang-orang kafir Quraisy. Tentu wafatnya Khadijah menimbulkan
rasa sedih di hati Nabi Muhammad saw.
Tahun kesepuluh kenabian
ini, karena terjadi peristiwa wafatnya dua orang pembela dakwah Nabi—Abu
Thalib dan Khadijah—oleh para sejarahwan disebut sebagai amul hazni
(tahun duka cita).
Ketiga
Dengan
makin meningkatnya gangguan dan teror serta siksaan kafir Quraisy
terhadap kaum Muslimin, maka hijrahlah Nabi ke Thaif dengan harapan akan
memperoleh pertolongan serta penerimaan yang sebaik-baiknya dari
orang-orang Bani Tsaqif di sana.
Akan tetapi Nabi mendapati
kenyataan yang sebaliknya. Orang-orang Bani Tsaqif mengerahkan
anak-anak mereka untuk melempari Nabi dengan batu. Nabi menderita
luka-luka. Melihat keadaan itu, Nabi pun berlindung di dalam sebuah
kebun dan berdoa kepada Allah swt.
Doa dimaksud berbunyi:
“Wahai Tuhanku, kepada-Mu hamba mengadukan lemahnya kekuatanku, sempitnya upayaku, dan hinanya aku di mata manusia.
Wahai
Tuhan, Engkaulah yang lebih pengasih dari semua pengasih, Engkaulah
pelindung orang-orang yang lemah dan Engkaulah Tuhanku.
Kepada
siapakah Engkau akan menyerahkan diri hamba ini? Kepada yang jauh dan
menghadapiku dengan muka masamkah, atau kepada musuh yang membenciku?
Kalau Engkau tiada memurkaiku, tiadalah mengapa. Tetapi maafmulah yang sangat kudambakan.
Aku
berlindung di bawah nur-Mu yang menerangi semua kegelapan, dan
atasnyalah urusan dunia dan akhirat akan menjadi baik, agar janganlah
kiranya Engkau turunkan murka-Mu kepadaku.
Untukmulah aku rela dihinakan, asal saja Engkau masih mencintaiku.
Dan tiada daya dan upaya, tiada kekuatan, kecuali dari-Mu.”
Keempat
Pada
suatu malam, atas kekuasaan Allah swt. Rasulullah saw. melakukan
perjalanan ke Isra’ Mi’raj. Dari Makkah ke Yerusalem. Dari Masjidil
Haram ke Masjidil Aqsha. Setelah itu Mi’raj ke Shidratul Muntaha.
Saat
Mi’raj ke Shidratul Muntaha, Rasulullah saw. mendapat perintah langsung
dari Allah swt. untuk menunaikan sholat lima waktu. Rasulullah saw.
juga bertemu dengan para nabi-nabi terdahulu.
Kelima
Di
musim haji Rasulullah saw. datang menemui setiap kafilah haji yang
datang. Beliau mendakwahi dan mengajak mereka beriman kepada Allah swt.
Rasulullah saw. bertemu dengan rombongan haji dari Yatsrib di Aqabah.
Tujuh orang rombongan haji dari Yatsrib ini bersyahadat dan berbai’at
kepada Rasulullah saw.
BEBERAPA PELAJARAN YANG BISA DIAMBIL
Pertama
Seorang
dai boleh saja mengangkat salah seorang anggota keluarganya sebagai
pelindung, manakala ia bersedia membela pribadi sang dai, walaupun dia
belum mau menerima isi dakwahnya sendiri. Fanatisme kesukuan atau
kekeluargaan boleh saja dimanfaatkan sejauh tidak menggerogoti dai dan
ajaran-ajaran yang didakwahkannya. Dengan kata lain, sejauh tidak
menimbulkan kemungkaran-kemungkaran.
Kedua
Isteri yang
shalihah dan yakin akan kebenaran apa yang didakwahkan suaminya, akan
dapat meringankan kesulitan-kesulitan yang menghalangi dakwah, kalau
saja dia terlibat dalam cita-cita dakwah itu. Hal ini akan membantu
mengatasi kesulitankesulitan yang melanda sang suami, sang dai itu,
sehingga dia semakin berketetapan hati untuk meneruskan cita-cita
dakwahnya. Apa yang telah dilakukan oleh Sayyidatina Khadijah terhadap
Rasulullah saw. tidak lain adalah keteladan tentang bagaimana peran yang
dapat dimainkan oleh isteri dalam membela dakwah untuk kebenaran dan
kebaikan. Peran yang diambil oleh sang isteri itu tentulah menunjang
kesuksesan sang dai di satu pihak, dan membuatnya bersemangat untuk
terus menjalankan dakwahnya di lain pihak.
Ketiga
Sedih
karena ditinggal pembela dakwah betapapun sang pembela itu belum
beriman terhadap kebenaran isi dakwah, dan sedih karena ditinggalkan
sang isteri yang sudah beriman dan ikut bertanggung jawab terhadap
kesuksesan dakwah, tentulah merupakan kesedihan yang timbul dari sikap
ikhlas dan tulus dalam menjalankan dakwah, serta merupakan tanda
penghargaan sang dai untuk sang isteri yang sanggup berkorban demi
kepentingan yang sama. Inilah dasarnya mengapa Nabi Muhammad saw. selalu
mendoakan Abu Thalib yang meninggal dalam keadaan belum mengikrarkan
dua kalimat syahadat. Tersebutlah dalam suatu riwayat, Nabi mengucapkan
kata-kata sebagai berikut, “Mudah-mudahan Allah memberikan rahmat dan
ampunan-Nya bagimu (Abu Thalib). Aku akan selalu memintakan ampun
untukmu, hingga Allah mencegahku.”
Hadits inipada masa
selanjutnya dijadikan sebagai dasar hukum oleh kaum Muslimin tentang
bolehnya mendoakan nenek moyangnya yang sudah meninggal, tapi belum
masuk Islam. Akan tetapi kebiasaan seperti ini dilarang oleh Allah swt.
melalui firman-Nya, “Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan onang-onang yang
beniman memohonkan ampunan kepada Allah untuk orang-orang yang syirik,
walaupun mereka itu kaum kerabatnya sendiri, sesudah jelas bagi mereka,
orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahanam.” [QS. At-Taubah
(9): 113]
Dapat dimaklumi jika Rasulullah saw. selama hayatnya
senantiasa mengenang jasa-jasa Khadijah, selalu memperlihatkan kasih
sayang, dan selalu baik kepada sahabat-sahabat Khadijah di semasa
hidupnya. Siti Aisyah sendiri merasa cemburu lantaran seringnya Nabi
menyanjung-nyanjung Khadijah. Imam Bukhari meriwayatkan pertanyaan
Aisyah itu sebagai benikut.
Aisyah mengatakan, “Cemburuku kepada
isteri-isteri Rasulullah yang lain tidaklah sebesar cemburuku kepada
Siti Khadijah. Memang aku tidak sempat bertemu muka dengannya, tetapi
Nabi sering menyebutnya. Beliau pernah memotong kambing, dan setelah
dipotong-potong dibagikannyalah daging itu kepada sahabat-sahabat
Khadijah. Pernah aku mengatakan kepadanya agaknya beliau (Khadijah) itu
merupakan satu-satunya wanita di dunia ini, ya Rasulullah. Nabi menjawab
celotehku itu dengan mengatakan Khadijah adalah seorang wanita yang
demikian demikian demikian, dan saya dikaruniai keturunan darinya.”
Keempat
Hijrah
Rasulullah ke Thaif, setelah penduduk Makkah tak berkenan kepadanya,
menandakan kesungguhan dan kemauan keras Nabi untuk meneruskan dakwahnya
dan menyatakan beliau tidak mengenal putus asa serta tidak kehilangan
akal untuk mencari lapangan (medan) dakwah yang baru. Sedangkan arti
yang terkandung dalam peristiwa pengerahan anak-anak oleh Bani Tsaqif
untuk menghajar Nabi ketika berada di Thaif adalah kejahatan selalu
dilakukan dengan menunggangi orang-orang yang tidak mengerti apa-apa.
Dan
darah yang mengalir dari luka-luka di kaki Nabi saw. akibat lemparan
batu Bani Tsaqif merupakan peristiwa yang mengingatkan para da’i akan
perlunya ketangguhan mental dalam melaksanakan dakwah. Sebab, berdakwah
adalah tugas yang selalu akan dihadapkan pada tantangan dan gangguan
fisik.
Begitulah kesungguhan Rasulullah saw. dalam mengemban misi
suci dari Allah swt. Di tengah-tengah situasi yang sulit, keseriusan
Rasulullah saw. dalam berdakwah tercermin dalam doa beliau ketika
menyelamatkan diri di dalam kebun. Rasulullah tidak berkeberatan
terhadap segala siksaan yang diterimanya, tetapi justru kemurkaan Allah
sajalah yang beliau takuti. Beliau hanya berkepentingan untuk memperoleh
ridha Allah, bukan ridhanya para pemimpin dan pembesar negara atau
kerajaan, bukan juga keridhaan masyarakat umum dan orang-orang yang
degil.
Kelima
Mukjizat Isra’ Mi’raj itu mengandung beberapa rahasia. Tetapi di sini akan kita lihat tiga saja, yaitu:
1.
Masalah Masjid Al-Aqsha dan sekitarnya (Palestina) berkaitan dengan
persoalan dunia Islam. Oleh karena Makkah telah menjadi pusat dunia
Islam dan merupakan lambang persatuan, dan membela Palestina adalah juga
berarti membela Islam, maka setiap Muslim wajib melakukan pembelaan
itu. Sebaliknya melalaikan pembelaan, berarti mengenyampingkan Islam,
yang dengan sendirinya akan merupakan dosa yang akan mengundang murka
Allah kepada kaum Mukminin seluruh dunia.
2. Mu’jizat Isra’dan
Mi’raj ini menandakan ketinggian martabat kaum Muslimin dan wajibnya
mengutamakan Islam daripada tuntutan hawa nafsu duniawi. Isra’ Mi’raj
juga menegaskan bahwa ketinggian kedudukan dan martabat serta cita-cita
Islam itu merupakan monopoli kaum Muslimin.
3. Mengisyaratkan
mungkinnya dilakukan penjelajahan ke luar angkasa sepanjang sejarah.
Disamping itu diisyaratkan pula mungkinnya kembali dari penjelajahan
angkasa luar ke planet bumi ini dalam keadaan selamat. Kalau Rasulullah
saw. dulu mengalami hal itu dengan mu’jizatnya, maka bagi manusia biasa
hal tersebut hanya mungkin dengan ilmu dan pemikiran.
Keenam
Diwajibkannya
shalat pada waktu Isra’ Mi’raj mengandung hikmah, shalat itu merupakan
Mi’raj bagi orang yang beriman. Seakan Allah hendak mengatakan kepada
manusia, kalau Mi’rajnya Rasulullah dijalaninya dengan jasad dan
rohnya, maka kamu (kaum Muslimin) hendaknya menjadikan shalat lima waktu
sehari semalam itu sebagai Mi’rajmu, dengan roh dan kalbumu naik
kepada-Ku. Dan hendaklah pendakian spiritualmu itu merupakan usaha
melampaui nafsu syahwat dan penyaksian sebagian tanda-tanda keagungan,
kekuasaan, dan keesaan-Ku. Sebab dengan cara itu sajalah kamu sekalian
dimungkinkan menjadi pengendali segala sesuatu yang ada di bumi ini.
Tidak dengan jalan perbudakan, paksaan, ataupun peperangan, melainkan
dengan jalan yang baik dan mulia.
Ketujuh
Kontak yang
dilakukan Rasulullah dengan jamaah haji setiap tahun itu menandakan
seorang dai tidak sepantasnya membatasi sasaran dan lingkup dakwahnya
sekitar orang-orang yang ada di sekelilingnya saja. Sebaliknya ia harus
menjangkau tempat-tempat orang-orang berkumpul atau mungkin berkumpul di
situ. Juga tidak pantas kalau ia cepat putus asa, karena orang-orang
enggan menerima ajakannya. Sebab Allah telah mempersiapkan
pengikut-pengikut setia yang tidak terduga sebelumnya. Dan seringkali
sekelompok kecil orang justru berperan besar dalam mensukseskan dakwah
dan memerangi kejahatan, berikut pecinta-pecintanya.
Berimannya
tujuh orang yang dijumpai Nabi di Aqabah misalnya, ternyata merupakan
cikal bakal kaum Anshar, yang di samping menjadi penolong kalangan
Muhajirin, juga menjadi landasan yang kokoh bagi berdirinya negara yang
memprogramkan penghapusan syinik dan musyrik, untuk selanjutnya
membangun kekuasaan iman yang kekal abadi.
Sumber : http://www.dakwatuna.com/2007/saat-saat-menjelang-hijrah-ke-madinah/
Share
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari) <---> Bagi yang membaca ini alangkah baiknya untuk membagikan pada yang lain, Ayo silahkan dishare.... Teruskan ilmu, jangan disimpan sendiri...
Senin, 17 Oktober 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Ayo bersedekah setiap hari
“Tidak ada satu subuh-pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat.
Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,
sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”
(HR Bukhary 5/270)
Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.
Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.
Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :
1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan
Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :
1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-
2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-
3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-
4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-
5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Terimakasih atas partisipasinya kepada rekan-rekan yang telah berbagi terutama buat mereka yang belum melakukan konfirmasinya, semoga Allah mengganti dengan yang lebih baik dan menjadi amalan yang akan memperberat amal kebaikan di yaumil akhir.
Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,
sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”
(HR Bukhary 5/270)
Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.
Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.
Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :
1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
4. Anak Yatim
5. Buka Puasa
Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
--> Bank BRI Syariah No Rek. 1041682996
--> Bank Muamalat No Rek. 3560009874
--> Bank Mandiri No Rek. 114-00-0594415-5
--> Bank BCA No Rek. 8110330589
Semua atas nama Wagimin.Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan
Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :
1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-
2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-
3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-
4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-
5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.033,-
Penolong Misterius
Ketika senja telah turun mengganti siang dengan malam, seorang laki-laki bergegas mengambil air wudhu. Memenuhi panggilan adzan yang bergaung indah memenuhi angkasa.
"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.
Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.
Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.
"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.
Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.
Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.
Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.
"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.
Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.
"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.
"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.
Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.
"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.
"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.
Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.
Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?
Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.
Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!
"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.
Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.
"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.
"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.
"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.
"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.
"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.
Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.
"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."
"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.
Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.
"Sekarang pulanglah!" kata Ali.
Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.
"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.
Ali tersenyum dan mengangguk.
"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.
"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.
Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.
Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.
Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.
"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"
"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.
Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.
Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.
"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.
Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.
Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.
"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.
Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.
Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.
Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.
"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.
Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.
"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.
"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.
Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.
"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.
"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.
Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.
Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?
Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.
Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!
"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.
Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.
"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.
"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.
"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.
"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.
"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.
Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.
"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."
"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.
Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.
"Sekarang pulanglah!" kata Ali.
Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.
"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.
Ali tersenyum dan mengangguk.
"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.
"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.
Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.
Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.
Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.
"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"
"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.
Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.
Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar