Oleh: Mochamad Bugi
Definisi
syirik adalah lawan kata dari tauhid, yaitu sikap menyekutukan Allah
secara dzat, sifat, perbuatan, dan ibadah. Adapun syirik secara dzat
adalah dengan meyakini bahwa dzat Allah seperti dzat makhlukNya. Akidah
ini dianut oleh kelompok mujassimah. Syirik secara sifat
artinya seseorang meyakini bahwa sifat-sifat makhluk sama dengan
sifat-sifat Allah. Dengan kata lain, mahluk mempunyai sifat-sifat
seperti sifat-sifat Allah. Tidak ada bedanya sama sekali.
Sedangkan
syirik secara perbuatan artinya seseorang meyakini bahwa makhluk
mengatur alam semesta dan rezeki manusia seperti yang telah diperbuat
Allah selama ini. Sedangkan syirik secara ibadah artinya seseorang
menyembah selain Allah dan mengagungkannya seperti mengagungkan Allah
serta mencintainya seperti mencintai Allah. Syrik-syirik dalam
pengertian tersebut, secara eksplisit maupun implisit, telah ditolak
oleh Islam. Karenanya, seorang muslim harus benar-benar berhat-hati dan
menghindar jauh-jauh dari syirik-syirik seperti yang telah diterangkan
di atas.
Contoh bentuk-bentuk syirik ada banyak. Di antaranya,
pertama, menyembah patung atau berhala (al-ashnaam). Allah swt.
menyebutnya dalam ayat berikut ini.
Demikianlah (perintah Allah).
Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah, maka
itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya. Dan telah dihalalkan
bagi kamu semua binatang ternak, terkecuali yang diterangkan kepadamu
keharamannya, maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan
jauhilah perkataan-perkataan dusta. [QS. Al Hajj (22): 30]
Ingatlah
ketika ia berkata kepada bapaknya, “Wahai Bapakku, mengapa kamu
menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak dapat
menolong kamu sedikitpun?” [QS. Maryam (19): 42]
Menyembah matahari adalah bentuk syirik yang kedua. Allah menolak orang-orang yang menyebah matahari, bulan, dan atau bintang.
Sesungguhnya
Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam
enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam
kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula)
matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada
perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah.
Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam. [QS. Al A'raaf (7): 54]
“Dan
sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari,
dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula)
kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah Yang menciptakannya, jika
kamu hanya kepada-Nya saja menyembah”. [QS. Fushshilat (41): 37]
Bentuk syirik yang ketiga adalah menyembah malaikat dan jin.
Dan
mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah,
padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, dan mereka membohong
(dengan mengatakan) bahwasanya Allah mempunyai anak laki-laki dan
perempuan, tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan. Maha Suci Allah dan Maha
Tinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan. [QS. Al An'aam (6): 100]
“Dan
(ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya
kemudian Allah berfirman kepada malaikat, “Apakah mereka ini dahulu
menyembah kamu?” Malaikat-malaikat itu menjawab, “Maha Suci Engkau.
Engkaulah pelindung kami, bukan mereka. Bahkan mereka telah menyembah
jin; kebanyakan mereka beriman kepada jin itu.”. [QS. Saba' (34): 40-41]
Bentuk
syirik keempat adalah menyembah para nabi, seperti Nabi Isa a.s. yang
disembah kaum Nasrani dan Uzair yang disembah kaum Yahudi. Keduanya
sama-sama dianggap anak Allah.
Orang-orang Yahudi berkata, “Uzair
itu putera Allah,” dan orang-orang Nasrani berkata, “Al masih itu
putera Allah.” Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka
meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah
mereka, bagaimana mereka sampai berpaling?” [QS. At-Taubah (9): 30]
Sesungguhnya
telah kafirlah orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya Allah ialah
Al-Masih putera Maryam.” Padahal Al-Masih (sendiri) berkata, “Hai Bani
Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu.” Sesungguhnya orang yang
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan
kepadanya surga dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi
orang-orang zalim itu seorang penolongpun. [QS. Al-Maidah (5): 72]
Bentuk
syirik yang kelima adalah menyembah rahib atau pendeta. Allah
berfirman, “Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib
mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan)
Al-Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan
Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha
Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.”
Adi bin Hatim r.a.
pernah bertanya kepada Rasulullah mengenai hal tersebut, seraya
berkata, “Sebenarnya mereka tidak menyembah pendeta atau rahib mereka.”
Rasululah saw. menjawab, “Benar, tetapi para rahib atau pendeta itu
telah mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram, sementara
mereka mengikutinya. Bukankah itu tindak penyembahan terhadap mereka?”
Bentuk
syirik yang keenam, menyembah Thaghuut. Istilah thaghuut diambil dari
kata thughyaan artinya melampaui batas. Maksudnya, segala sesuatu yang
disembah selain Allah. Setiap seruan para rasul intinya adalah mengajak
kepada tauhid dan menjauhi thaghuut. Allah berfirman, “Dan sesungguhnya
Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu. Maka di antara umat
itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di
antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka
berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan
orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).” [QS. An-Nahl (16): 36].
Dan
tauhid yang murni tidak akan bisa dicapai tanpa menghindar dari
menyembah thaghuut. Allah berfirman, “Tidak ada paksaan untuk (memasuki)
agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari jalan
yang sesat. Karena itu, barangsiapa yang ingkar kepada thaghuut dan
beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul
tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui.” [QS. Al-Baqarah (2): 256]
Allah bangga dengan
orang-orang beriman yang menjauhi thaghuut. “Dan orang-orang yang
menjauhi thaghut (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah,
bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada
hamba-hamba-Ku.” [QS. Az-Zumar (39): 17]
Bentuk syirik yang
ketujuh adalah menyembah hawa nafsu. Hawa nafsu adalah kecendrungan
untuk melakukan keburukan. Seseorang yang menuhankan hawa nafsu,
mengutamakan keinginan nafsunya di atas cintanya kepada Allah. Dengan
demikian ia telah mentaati hawa nafsunya dan menyembahnya. Allah
berfirman, “Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa
nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara
atasnya?” [QS. Al-Furqaan (25): 43]
“Maka pernahkah kamu melihat
orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah
membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati
pendengaran dan hatinya, dan meletakkan tutupan atas penglihatannya?
Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya
sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” [QS. Al-Jatsiyah
(45): 23]
Macam-macam Syirik
Ada dua macam syirik, yaitu
syirik besar dan syirik kecil. Masing-masing dari kedua macam ini
mempunyai dua dimesi: zhahir (tampak) dan khafiy (tersembunyi).
Syirik
besar (asy-syirkul akbar) adalah tindakan menyekutukan Allah dengan
makhlukNya. Dikatakan syirik besar karena pelakunya tidak akan diampuni
dosanya dan tidak akan masuk surga. Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah
tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia; dan Dia
mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan
Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.” [QS.
An-Nisaa' (4): 116]
Syirik besar ini dibagi dua dimensi: zhahir
dan kafiy. Contoh syirik besat yang zhahir adalah seperti menyembah
bintang, matahari, bulan, patung-patung, batu-batu, pohon-pohon besar,
dan manusia (seperti menyembah Fir’un, raja-raja, Budha, Isa bin Maryam,
malaikat, jin dan Setan). Sementara yang khafiy bisa dicontohkan
seperti meminta kepada orang-orang yang sudah mati dengan keyakinan
bahwa mereka bisa memenuhi apa yang mereka yakini, atau menjadikan
seseorang sebagai pembuat hukum, menghalalkan dan mengharamkan seperti
yang seharusnya menjadi hak Allah swt.
Adapun syirik kecil
(asy-syirkul ashghar) adalah suatu tindakan yang mengarah kepada syirik,
tetapi belum sampai ke tingkat keluar dari tauhid, hanya saja
mengurangi kemurniannya. Syirik kecil juga dua dimensi: dzahir dan
khafiy. Yang zhahir bisa berupa lafal (pernyataan) dan perbuatan.
Contoh
yang berupa lafal adalah bersumpah dengan nama selain Allah dan
mengarah ke syirik seperti “demi Nabi, demi Ka’bah, demi kakek dan
nenek.” Dalam sebuah hadits Rasulullah saw. bersabda, “Man halafa
bighairillahi faqad kafara wa asyraka (siapa yang bersumpah dengan
selain Allah, maka ia kafir dan musyrik).” (HR. Turmidzi nomor 1535).
Termasuk lafal yang mengarah ke syirik pernyataan, “Kalau tidak karena
Allah dan si fulan niscaya ini tidak akan terjadi.” Contoh yang lain
adalah memberikan nama anak dengan Abdul Ka’bah dan lain sebagainya.
Adapun
contoh syirik kecil zhahir yang berupa perbuatan seperti mengalungkan
jimat dengan keyakinan bahwa itu bisa menyelamatkan dari mara bahaya.
Syirik
kecil yang khafiy biasanya berupa niat atau keinginan, seperti riya’
dan sum’ah. Yaitu melakukan tindak ketaatan kepada Allah dengan niat
ingin dipuji orang. Seperti menegakkan shalat dengan tampak khusyu’
karena sedang di samping calon mertua. Seseorang berbuat seperti itu
dengan harapan supaya dipuji sebagai orang shalih. Padahal di saat
sendirian, shalatnya tidak demikian. Riya’ adalah termasuk dosa hati
yang sangat berbahaya. Karena itu, Islam sangat memperhatikan sebab
perbuatan hati adalah faktor yang menentukan bagi baik tidaknya
perbuatan zhahir.
Allah berfirman, “Hai orang-orang beriman,
janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang
yang menafkahkan hartanya karena riya’ kepada manusia dan dia tidak
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu
seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa
hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak
menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” [QS. Al-Baqarah (2):
264]
Dalam sebuah hadits Rasulullah saw. bersabda, “Man samma’a
sammallahu bihii, waman yaraa’ii yaraaillahu bihii (siapa yang
menampakkan amalnya dengan maksud riya’ Allah akan menyingkapnya di hari
Kiamat, dan siapa yang menunjukkan amal shalihnya dengan maksud ingin
dipuji orang, Allah mengeluarkan rahasia tersebut di hari Kiamat).” (HR.
Bukhari 11/288 dan Muslim nomor 2987)
Bahaya-bahaya Syirik
Perbuatan syirik sangat berbahaya. Berikut ini beberapa bahaya yang akan menimpa orang-orang pelaku syirik.
Pertama,
syirik adalah kezhaliman yang nyata. Allah berfirman, “Innasy syirka
ladzlumun adziim (sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar
kezaliman yang besar).” [QS. Luqman (31): 13]. Mengapa disebut
kezhaliman yang besar? Sebab dengan berbuat syirik seseorang telah
menjadikan dirinya sebagai hamba makhluk yang sama dengan dirinya yang
tidak berdaya apa-apa.
Kedua, syirik merupakan sumber khurafat.
Sebab, orang-orang yang meyakini bahwa selain Allah –seperti bintang,
matahari, kayu besar dan lain sebagainya– bisa memberikan manfaat atau
bahaya, berarti ia telah siap melakukan segala khurafat dengan
mendatangi para dukun, kuburan-kuburan angker, dan mengalungkan jimat di
lehernya.
Ketiga, syirik adalah sumber ketakutan dan
kesengsaraan. Allah berfirman, “Akan Kami masukkan ke dalam hati
orang-orang kafir rasa takut disebabkan mereka mempersekutukan Allah
dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang
itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat
tinggal orang-orang yang zhalim.” [QS. Ali Imran (3): 151]
Keempat,
syirik merendahkan derajat kemanusiaan si pelakunya. Allah berfirman,
“Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia
seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau
diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” [QS. Al-Hajj (22): 31]
Kelima,
syirik menghancurkan kecerdasan manusia. Allah berfirman, “Dan mereka
menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan
kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan. Dan mereka
berkata, ‘Mereka itu adalah pemberi syafa`at kepada kami di sisi Allah.’
Katakanlah, ‘Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak
diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) di bumi?’ Maha Suci Allah
dan Maha Tinggi dari apa yang mereka mempersekutukan (itu).” [QS. Yunus
(10): 18]
Keenam, di akhirat nanti orang-orang musyrik tidak akan
mendapatkan ampunan Allah dan akan masuk neraka selama-lamanya. Allah
berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan
(sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik
itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan
(sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat
sejauh-jauhnya.” [QS. An-Nisaa' (4): 116]
Allah juga berfirman,
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka
pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka.
Tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun.” [QS.
Al-Maidah (5): 72]
Sebab-sebab Syirik
Ada tiga sebab
fundamental munculnya prilaku syirik, yaitu al-jahlu (kebodohan),
dha’ful iiman (lemahnya iman), dan taqliid (ikut-ikutan secara
membabi-buta).
Al-jahlu sebab pertama perbuatan syirik. Karenanya
masyarakat sebelum datangnya Islam disebut dengan masyarakat jahiliyah.
Sebab, mereka tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Dalam
kondisi yang penuh dengan kebodohan itu, orang-orang cendrung berbuat
syirik. Karenanya semakin jahiliyah suatu kaum, bisa dipastikan
kecendrungan berbuat syirik semakin kuat. Dan biasanya di tengah
masyarakat jahiliyah para dukun selalu menjadi rujukan utama. Mengapa?
Sebab mereka bodoh, dan dengan kobodohannya mereka tidak tahu bagaimana
seharusnya mengatasi berbagai persoalan yang mereka hadapi.
Ujung-ujungnya para dukun sebagai narasumber yang sangat mereka
agungkan.
Penyebab kedua perbuatan syirik adalah dha’ful iimaan
(lemahnya iman). Seorang yang imannya lemah cendrung berbuat maksiat.
Sebab, rasa takut kepada Allah tidak kuat. Lemahnya rasa takut kepada
Allah ini akan dimanfaatkan oleh hawa nafsu untuk menguasai diri
seseorang. Ketika seseorang dibimbing oleh hawa nafsunya, maka tidak
mustahil ia akan jatuh ke dalam perbuatan-perbuatan syirik seperti
memohon kepada pohonan besar karena ingin segera kaya, datang ke kuburan
para wali untuk minta pertolongan agar ia dipilih jadi presiden, atau
selalu merujuk kepada para dukun untuk suapaya penampilannya tetap
memikat hati orang banyak.
Taqliid sebab yang ketiga. Al-Qur’an
selalu menggambarkan bahwa orang-orang yang menyekutukan Allah selalu
memberi alasan mereka melakukan itu karena mengikuti jejak nenek moyang
mereka. Allah berfirman, “Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji,
mereka berkata, ‘Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang
demikian itu, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya.’ Katakanlah,
‘Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji.’
Mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?”
[QS. Al-A'raf (7): 28]
Dan apabila dikatakan kepada mereka,
“Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah.” Mereka menjawab, “(Tidak),
tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan)
nenek moyang kami.” “(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek
moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat
petunjuk?” [QS. Al-Baqarah (2): 170]
Apabila dikatakan kepada
mereka, “Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti
Rasul.” Mereka menjawab, “Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati
bapak-bapak kami mengerjakannya.” Dan apakah mereka akan mengikuti juga
nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui
apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?” [QS. Al-Maidah (5): 104]
Sumber : http://www.dakwatuna.com/2007/bahaya-menyekutukan-allah/
Share
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari) <---> Bagi yang membaca ini alangkah baiknya untuk membagikan pada yang lain, Ayo silahkan dishare.... Teruskan ilmu, jangan disimpan sendiri...
Senin, 07 November 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Ayo bersedekah setiap hari
“Tidak ada satu subuh-pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat.
Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,
sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”
(HR Bukhary 5/270)
Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.
Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.
Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :
1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan
Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :
1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-
2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-
3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-
4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-
5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Terimakasih atas partisipasinya kepada rekan-rekan yang telah berbagi terutama buat mereka yang belum melakukan konfirmasinya, semoga Allah mengganti dengan yang lebih baik dan menjadi amalan yang akan memperberat amal kebaikan di yaumil akhir.
Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,
sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”
(HR Bukhary 5/270)
Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.
Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.
Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :
1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
4. Anak Yatim
5. Buka Puasa
Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
--> Bank BRI Syariah No Rek. 1041682996
--> Bank Muamalat No Rek. 3560009874
--> Bank Mandiri No Rek. 114-00-0594415-5
--> Bank BCA No Rek. 8110330589
Semua atas nama Wagimin.Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan
Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :
1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-
2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-
3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-
4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-
5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.033,-
Penolong Misterius
Ketika senja telah turun mengganti siang dengan malam, seorang laki-laki bergegas mengambil air wudhu. Memenuhi panggilan adzan yang bergaung indah memenuhi angkasa.
"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.
Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.
Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.
"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.
Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.
Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.
Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.
"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.
Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.
"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.
"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.
Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.
"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.
"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.
Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.
Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?
Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.
Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!
"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.
Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.
"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.
"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.
"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.
"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.
"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.
Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.
"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."
"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.
Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.
"Sekarang pulanglah!" kata Ali.
Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.
"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.
Ali tersenyum dan mengangguk.
"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.
"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.
Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.
Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.
Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.
"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"
"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.
Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.
Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.
"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.
Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.
Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.
"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.
Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.
Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.
Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.
"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.
Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.
"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.
"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.
Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.
"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.
"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.
Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.
Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?
Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.
Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!
"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.
Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.
"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.
"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.
"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.
"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.
"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.
Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.
"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."
"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.
Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.
"Sekarang pulanglah!" kata Ali.
Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.
"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.
Ali tersenyum dan mengangguk.
"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.
"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.
Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.
Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.
Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.
"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"
"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.
Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.
Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar