Oleh: Mochamad Bugi
Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya ‘ah’, dan janganlah kamu membentak mereka. [QS. Al-Isra' (17): 23]
‘Uquuqul
walidain (durhaka kepada orang tua) adalah dosa besar. Karena itu,
Rasulullah saw. –seperti yang dikutip oleh Ibnu Al-Atsir dalam kitabnya
An-Nihaayah—melarang perbuatan durhaka kepada kedua orang tua.
Seseorang
dikatakan ‘aqqa waalidahu, ya’uqquhu ‘uqaaqan, fahuwa ‘aaqun jika telah
menyakiti hati orang tuanya, mendurhakainya, dan telah keluar darinya.
Kata ini merupakan lawan dari kata al-birru bihi (berbakti kepadanya).
Kata
al-’uquuq (durhaka) berasal dari kata al-’aqq yang berarti asy-syaq
(mematahkan) dan al-qath’u (memotong). Jadi, seorang anak dikatakan
telah durhaka kepada orang tuanya jika dia tidak patuh dan tidak berbuat
baik kepadanya, atau dalam bahasa Arab disebut al-’aaq (anak yang
durhaka). Jamak dari kata al-’aaq adalah al-‘aqaqah. Berdasarkan
pemaknaan ini, maka rambut yang keluar dari kepala seorang bayi yang
baru lahir dari perut ibunya dinamakan dengan aqiiqah, karena rambut itu
akan dipotong.
Yang dimaksud dengan al-’uquuq (durhaka) adalah
mematahkan “tongkat” ketaatan dan “memotong” (memutus) tali hubungan
antara seorang anak dengan orang tuanya.
Jadi, yang dimaksud
dengan perbuatan durhaka kepada kedua orang tua adalah mematahkan
“tongkat” ketaatan kepada keduanya, memutuskan tali hubungan yang
terjalin antara orang tua dengan anaknya, meninggalkan sesuatu yang
disukai keduanya, dan tidak menaati apa yang diperintahkan atau diminta
oleh mereka berdua.
Sebesar apa pun ibadah yang dilakukan oleh
seseorang hamba, itu semua tidak akan mendatangkan manfaat baginya jika
masih diiringi perbuatan durhaka kepada kedua orang tuanya. Sebab, Allah
swt. menggantung semua ibadah itu sampai kedua orang tuanya ridha.
Diriwayatkan
dari Ibnu ‘Abbas r.a. bahwa dia berkata, “Tidaklah seorang muslim
memiliki dua orang tua muslim, (kemudian) dia berbakti kepada keduanya
karena mengharapkan ridha Allah, kecuali Allah akan membukakan dua pintu
untuknya –maksudnya adalah pintu surga–. Jika dia hanya berbakti kepada
satu orang tua (saja), maka (pintu yang dibukakan untuknya) pun hanya
satu. Jika salah satu dari keduanya marah, maka Allah tidak akan
meridhai sang anak sampai orang tuanya itu meridhainya.” Ditanyakan
kepada Ibnu ‘Abbas, “Sekalipun keduanya telah menzaliminya?” Ibnu ‘Abbas
menjawab, “Sekalipun keduanya telah menzaliminya.”
Oleh karena
itu ketika ada seseorang yang memaparkan kepada Rasulullah saw. tentang
perbuatan-perbuatan ketaatan (perbuatan-perbuatan baik) yang telah
dilakukannya, maka Rasulullah saw. pun memberikan jawaban yang sempurna
yang dikaitkan dengan satu syarat, yaitu jika orang itu tidak durhaka
kepada kedua orang tuanya.
Diriwayatkan dari ‘Amr bin Murah
Al-Juhani r.a. bahwa dia berkata, “Seorang lelaki pernah mendatangi Nabi
saw. kemudian berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku telah bersaksi bahwa
tidak ada tuhan (yang haq), kecuali Allah dan bahwa engkau adalah utusan
Allah. Aku (juga) telah melaksanakan shalat lima (waktu), menunaikan
zakat dari hartaku, dan berpuasa pada bulan Ramadhan.’ Nabi menjawab,
‘Barangsiapa yang meninggal dalam keadaan (seperti) ini, maka dia akan
bersama para nabi, shiddiqiin, dan syuhada pada hari Kiamat nanti
seperti ini –beliau memberi isyarat dengan dua jarinya (jari telunjuk
dan jari tengah)—sepanjang dia tidak durhaka kepada kedua orang
tuanya.’”
Hadits-hadits Tentang Durhaka
Muslim
meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi saw. bersabda, “Sungguh
celaka, sungguh celaka, sungguh celaka!” Seseorang bertanya, “Siapa yang
celaka, wahai Rasulullah?” Rasulullah saw. menjawab, “Barangsiapa yang
sempat bertemu dengan kedua orang tuanya, tetapi dia tidak bisa masuk
surga (karena tidak berbakti kepada mereka).”
Diriwayatkan dari
Jabir bin Samrah r.a., dia berkata, Nabi saw. pernah naik ke atas
mimbar, kemudian dia mengucapkan, “Amin, amin, amin.” Lalu beliau
bersabda, “Jibril a.s. telah mendatangiku, kemudian dia berkata, ‘Wahai
Muhammad, barangsiapa yang sempat bertemu dengan salah satu dari kedua
orang tuanya (dan tidak berbakti kepada mereka), kemudian dia meninggal
dunia, maka dia akan masuk neraka dan Allah akan menjauhkan dia dari
(rahmat-Nya). Katakanlah (olehmu) ‘amin’, maka aku pun mengatakan
‘amin’. Jibril kemudian berkata, ‘Wahai Muhammad, barangsiapa yang
menjumpai bulan Ramadhan (dan dia tidak berpuasa) kemudian meninggal
dunia, maka Allah tidak mengampuninya, dimaksukkan ke neraka, dan Allah
akan menjauhkan dia dari (rahmat-Nya). Katakanlah (olehmu) ‘amin’, maka
aku pun mengatakan ‘amin’.’ Jibril kemudian berkata, ‘Barangsiapa yang
ketika disebutkan namamu di sisinya, tetapi dia tidak (membaca) shalawat
kepadamu, kemudian dia meninggal dunia, maka dia akan masuk neraka dan
Allah akan menjauhkan dia dari (rahmat-Nya). Katakanlah (olehmu) ‘amin’,
maka aku mengatakan ‘amin’.'”
Diriwayatkan dari Mughirah, dari
Nabi saw. bahwa beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah telah mengharamkan
kepada kalian perbuatan durhaka kepada ibu-ibu (kalian), menuntut
sesuatu yang bukan hak (kalian), dan mengubur hidup-hidup anak
perempuan. Allah juga telah membenci percakapan tidak jelas sumbernya,
banyak bertanya, dan menyia-nyiakan harta.”
Bukhari-Mualim
meriwayatkan dari Abu Bakrah, dari bapaknya bahwa dia berkata,
“Rasulullah saw. bersabda, ‘Maukan kalian jika aku beritahukan (kepada
kalian) tentang dosa yang paling besar?’ Beliau mengucapkan sabdanya ini
sebanyak tiga kali. Kami menjawab, ‘Mau, ya Rasulullah.’ Rasulullah
saw. menjawab, ‘Menyekutukan Allah dan durhaka kepada orang tua.’ Saat
itu beliau sedang bersandar, kemudian beliau duduk, lalu bersabda,
‘Ketahuilah, (juga) kata-kata palsu dan kesaksian palsu. Ketahuilah,
(juga) kata-kata palsu dan kesaksian palsu.’ Beliau terus mengatakan hal
itu sampai aku berkata, beliau (hampir saja) tidak diam.”
Diriwayatkan
dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Angin surga akan
dihembuskan dari jarak lima ratus tahun dan tidaklah akan mencium bau
surga itu orang yang suka menyebut-nyebut amal perbuatannya, orang yang
durhaka (kepada orang tuanya), dan orang yang kecanduan khamr.”
Diriwayatkan
dari Ibnu ‘Umar r.a. bahwa dia bersabda, Rasulullah saw. bersabda,
“(Ada) tiga orang yang tidak akan dilihat Allah pada hari Kiamat: orang
yang durhaka kepada kedua orang tuannya, orang yang kecanduan khamr, dan
orang yang suka menyebut-nyebut pemberiannya.”
Diriwayatkan dari
‘Abdullah bin ‘Amr bahwa dia berkata, Rasulullah bersabda, “Di antara
dosa yang paling besar adalah (apabila) seorang anak melaknat kedua
orang tuanya.” Seseorang bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin
seorang anak melaknat kedua orang tuannya?” Rasulullah saw. menjawab,
“(Apabila) anak mencaci ayah orang lain, maka berarti dia mencaci
ayahnya (sendiri), dan dia mencaci ibu orang lain, maka berarti dia
telah mencaci ibunya (sendiri).”
Diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a.
bahwa dia berkata, “Rasulullah saw. bersabda, ‘Tidaklah dianggap
berbakti kepada sang ayah jika seseorang menajamkan pandangan (matanya)
kepada ayahnya itu karena ia marah (kepadanya).’”
Diriwayatkan
dari Ibnu ‘Umar r.a., dari Nabi saw. bersabda beliau bersabda,
“Sesungguhnya Allah swt. tidak menyukai perbuatan durhaka (kepada kedua
orang tua).”
Diriwayatkan dari Abu Bakrah r.a. dari Nabi saw.
bahwa beliau bersabda, “Setiap dosa akan Allah tangguhkan (hukumannya)
sesuai dengan kehendak-Nya, kecuali (dosa karena) durhaka kepada kedua
orang tua. Sesungguhnya Allah swt. akan menyegerakan hukuman perbuatan
itu kepada pelakunya di dunia ini sebelum ia meninggal.”
Diriwayatkan
dari Ibnu ‘Umar r.a., dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda, “Keridhaan
Allah itu ada pada keridhaan kedua orang tua, dan kemurkaan-Nya ada pada
kemarahan kedua orang tua.”
Bentuk-bentuk Perbuatan Durhaka
1. Tidak memberikan nafkah kepada orang tua bila mereka membutuhkan.
2. Tidak melayani mereka dan berpaling darinya. Lebih durhaka lagi bila menyuruh orang tua melayani dirinya.
3. Mengumpat kedua orang tuanya di depan orang banyak dan menyebut-nyebut kekurangannya.
4. Mencaci dan melaknat kedua orang tuanya.
5. Menajamkan tatapan mata kepada kedua orang tua ketika marah atau kesal kepada mereka berdua karena suatu hal.
6.
Membuat kedua orang tua bersedih dengan melakukan sesuatu hal, meskipun
sang anak berhak untuk melakukannya. Tapi ingat, hak kedua orang tua
atas diri si anak lebih besar daripada hak si anak.
7. Malu
mengakui kedua orang tuanya di hadapan orang banyak karena keadaan kedua
orang tuanya yang miskin, berpenampilan kampungan, tidak berilmu,
cacat, atau alasan lainnya.
8. Enggan berdiri untuk menghormati orang tua dan mencium tangannya.
9.
Duduk mendahului orang tuanya dan berbicara tanpa meminta izin saat
memimpin majelis di mana orang tuanya hadir di majelis itu. Ini sikap
sombong dan takabur yang membuat orang tua terlecehkan dan marah.
10. Mengatakan “ah” kepada orang tua dan mengeraskan suara di hadapan mereka ketika berselisih.
Penutup
Rasulullah
saw. berpesan, “Berbaktilah (kalian semua) kepada bapak-bapak kalian,
(niscaya) anak-anak kalian akan berbakti kepada kalian.”
Sumber : http://www.dakwatuna.com/2007/durhaka-kepada-orang-tua/
Share
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari) <---> Bagi yang membaca ini alangkah baiknya untuk membagikan pada yang lain, Ayo silahkan dishare.... Teruskan ilmu, jangan disimpan sendiri...
Senin, 17 Oktober 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Ayo bersedekah setiap hari
“Tidak ada satu subuh-pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat.
Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,
sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”
(HR Bukhary 5/270)
Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.
Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.
Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :
1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan
Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :
1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-
2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-
3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-
4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-
5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Terimakasih atas partisipasinya kepada rekan-rekan yang telah berbagi terutama buat mereka yang belum melakukan konfirmasinya, semoga Allah mengganti dengan yang lebih baik dan menjadi amalan yang akan memperberat amal kebaikan di yaumil akhir.
Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,
sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”
(HR Bukhary 5/270)
Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.
Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.
Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :
1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
4. Anak Yatim
5. Buka Puasa
Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
--> Bank BRI Syariah No Rek. 1041682996
--> Bank Muamalat No Rek. 3560009874
--> Bank Mandiri No Rek. 114-00-0594415-5
--> Bank BCA No Rek. 8110330589
Semua atas nama Wagimin.Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan
Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :
1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-
2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-
3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-
4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-
5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.033,-
Penolong Misterius
Ketika senja telah turun mengganti siang dengan malam, seorang laki-laki bergegas mengambil air wudhu. Memenuhi panggilan adzan yang bergaung indah memenuhi angkasa.
"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.
Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.
Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.
"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.
Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.
Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.
Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.
"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.
Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.
"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.
"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.
Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.
"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.
"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.
Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.
Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?
Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.
Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!
"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.
Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.
"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.
"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.
"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.
"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.
"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.
Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.
"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."
"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.
Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.
"Sekarang pulanglah!" kata Ali.
Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.
"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.
Ali tersenyum dan mengangguk.
"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.
"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.
Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.
Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.
Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.
"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"
"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.
Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.
Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.
"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.
Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.
Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.
"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.
Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.
Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.
Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.
"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.
Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.
"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.
"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.
Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.
"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.
"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.
Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.
Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?
Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.
Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!
"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.
Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.
"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.
"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.
"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.
"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.
"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.
Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.
"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."
"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.
Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.
"Sekarang pulanglah!" kata Ali.
Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.
"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.
Ali tersenyum dan mengangguk.
"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.
"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.
Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.
Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.
Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.
"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"
"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.
Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.
Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar