Oleh: DR. Amir Faishol Fath
Sesungguhnya
Allah Telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka
dengan memberikan surga untuk mereka. mereka berperang pada jalan
Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu Telah menjadi) janji
yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al-Qur’an. Dan
siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka
bergembiralah dengan jual-beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah
kemenangan yang besar. (At Taubah: 111)
Ibnu Jarir At-Thabari dan
Al-Qurthuby meriwayatkan bahwa Abdullah bin Rawahah berkata kepada
Rasulullah saw., “Sebutkan syarat untuk Allah dan dirimu sesuai dengan
keinginanmu.” Rasulullah menjawab, “Syarat untuk Allah hendaknya kamu
semua menyembahNya dan tidak menyekutukanNya. Adapun syarat untukku
hendaknya kamu semua membelaku dengan jiwa dan hartamu.” Para sahabat
berkata, “Jika kami memenuhi persyaratan tersebut, apa yang akan kami
dapatkan?” Rasulullah menjawab, “Surga.” Para sahabat menjawab, “Ini
sebuah bisnis yang menguntungkan, maka kami tidak akan mundur sedikit
pun.” Lalu turunlah ayat di atas. (lihat Al-Jami’ li ahkamil Qur’an,
karya Al-Qurthuby vol. 8, h. 169).
Berbisnis Dengan Allah
Allah
berfirman, “Sesungguhnya Allah Telah membeli dari orang-orang mukmin
diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka
berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh.” Ayat
ini menggambarkan bahwa setiap hamba yang mengaku beriman seharusnya
telah melakukan transaksi dengan Allah, yaitu dengan menyerahkan segala
jiwa dan harta untuk Allah, untuk kemudian kelak menerima surga sebagai
balasannya. Artinya, semasih sang hamba sibuk menggunakan jiwa dan
hartanya hanya untuk kepentingan dirinya, jauh dari keinginan Allah,
berarti transaksi belum terjadi.
Lalu
bagaimana supaya transaksi itu terjadi? Seorang hamba hendaknya
menggunakan seluruh jiwa raga dan hartanya untuk semata menghamba kepada
Allah. Dengan bahasa lain, dalam seluruh kegiatan hidupnya tidak ada
lain kecuali hanyalah investasi amal shalih untuk Allah swt. Investasi
ini tidak hanya berupa ibadah ritual saja, melainkan juga bisa berupa:
berbakti kepada kedua orang tua, berbuat baik kepada istri dan anak,
menyambung silaturrahmi, menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar, berdakwah
dan jihad di jalan Allah, menyambung ukhuwah karena Allah, berbuat baik
kepada tetangga, membantu orang-orang lemah, miskin dan korban bencana,
mendamaikan orang yang berselisih, saling menolong dalam ketakwaan,
menjenguk orang sakit, menyingkirkan duri dari jalanan, dan lain
sebagainya.
Segala amal shalih bagi Allah adalah investasi
berharga dan sangat mulia, sekalipun tampak di mata manusia tidak ada
nilainya. Sebab, Allah swt. tidak akan pernah menyia-nyiakan investasi
amal shalih sekalipun hanya sebesar atom: famayya’mal mitsqala dzarratin
khyray yarah (barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah
pun, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya) (Az-Zalzalah: 7).
Sebaliknya, siapa yang menginvestasikan keburukan sekecil apapun, Allah
swt. juga akan mencatatnya: wamayya’mal mitsqaala dzarratin syarray
yarah (dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun,
niscaya dia akan melihat (balasan)-nya pula. (Az-Zalzalah: 8 ).
Menjadi Investor Dakwah Dan Jihad
Ketika
seorang hamba bertransaksi dengan Allah, dengan menginvestasikan jiwa
raga dan hartanya untuk Allah, maka di saat yang sama ia telah siap
melaksanakan tugas apa saja dariNya, dan untuk menegakkan ajaranNya. Di
antara tugas yang sangat Allah muliakan adalah berdakwah di jalanNya.
Allah berfirman, “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang
yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shalih dan berkata:
“Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?” (Fushshilat:
33).
Dakwah di jalan Allah adalah suatu keharusan. Tanpa dakwah
kehidupan manusia akan menjadi hancur. Itulah sebabnya mengapa Allah
dalam setiap fase sejarah manusia selalu mengutus nabi-nabi yang tugas
utamanya adalah berdakwah. Dari sini tampak bahwa seorang hamba
hendaknya selalu membuktikan dirinya sebagai penegak ajaran Allah di
muka bumi. Ingat, bahwa setan tidak pernah istirahat siang dan malam
untuk menyesatkan manusia. Setan berjanji: “Demi kekuasaan Engkau, aku
akan menyesatkan mereka semuanya.” (Shaad: 82). Dalam surat lain, Iblis
menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar
akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus.”
(Al-A’raaf: 16). Perhatikan janji perjuangan setan itu. Benarkah ia
telah membuktikan janjinya? Ternyata benar, di mana-mana segala jaringan
dan berbagai kemungkinan setan selalu menempuhnya. Padahal ia tahu
bahwa perbuatan tersebut pasti mengantarkannya ke neraka. Namun demikian
ia tetap bekerja keras untuk itu.
Lalu untuk melawan serangan
ganas pasukan setan, kita justru berleha-leha. Bermegah-megah dengan
dunia. Dua puluh empat jam dalam sehari kita habiskan hanya untuk
mengurus harta. Ngobrol dalam pembicaraan yang tidak ada gunanya.
Bukankah itu semua justru merupakan perangkap setan? Berapa banyak orang
yang mengaku hamba Allah tetapi dalam pekerjaannya sehari-hari ikut
setan? Shalat sering kali diabaikan hanya karena rapat. Dosa-dosa
menjadi kebanggaan. Harta haram diperebutkan dengan segala cara. Banyak
orang yang shalatnya rajin, korupsinya juga rajin. Banyak yang hajinya
rajin, berzina juga rajin.
Seorang hamba Allah seharusnya telah
menginvestasikan jiwa raga dan hartanya untukNya. Jika ini benar-benar
lakukan secara jujur, ia pasti akan menggunakan seluruh jatah hidupnya
untuk berdakwah kepadaNya. Berdakwah dengan mengerahkan segala kemampuan
demi tegaknya ajaran Allah, terutama berdakwah dengan amal, artinya ia
sendiri mengamalkan ajaranNya dengan sebenar-benarnya. Pengertian dakwah
yang sebenarnya bukan hanya terfokus pada aktivitas menyampaikan.
Banyak orang yang paham bahwa dakwah hanya menyampaikan. Padahal tidak
demikian. Sungguh tidak disebut seorang dai, jika hanya menyampaikan,
sementara dirinya tidak mengamalkan apa yang disampaikan. Allah
berfirman: “Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan
apa-apa yang tiada kamu kerjakan.” (Shaf: 3). Rasulullah saw. adalah
contoh pribadi dai sejati. Seluruh hidupnya dari pembicaraan dan
perbuatan mengandung pelajaran. Langkah ini telah diikuti secara
maksimal oleh sahabat-sahabatnya. Karenanya, hidup mereka penuh berkah.
Allah swt. senantiasa menurunkan pertolonganNya kepada mereka.
Tidak
ada jalan bagi siapa pun yang mengaku diri sebagai hamba Allah, kecuali
hanya dengan tunduk total kepadaNya. Mematuhi segala ajaranNya dan
menjauhi segala laranganNya. Lebih dari itu ia aktif berdakwah di
jalanNya. Inilah seharusnya jalan sang hamba dalam menginvestasikan jiwa
raga dan hartanya di jalan Allah. Puncak yang paling tinggi dari
seluruh bentuk investasi tersebut adalah berperang di jalan Allah,
melawan pasukan orang-orang kafir yang menyerang dan memusuhi Allah.
Allah berfirman pada ayat di atas, “Mereka berperang pada jalan Allah;
lalu mereka membunuh atau terbunuh.” Di sini seorang hamba benar-benar
tidak hanya mengorbankan tenaga dan hartanya, melainkan lebih dari itu
seluruh jiwa raganya diserahkan sebagai hadiah terbaik kepada Allah swt.
Tidak sedikit dari para sahabat Rasulullah saw. yang telah membuktikan
hakikat ini. Mereka berani berhijrah dari kota Makkah ke kota Madinah
meninggalkan kekayaan yang telah mereka kumpulkan bertahun-tahun hanya
karena Allah. Lebih dari itu mereka senantiasa terlibat langsung dalam
berbagai pertempuran melawan orang kafir, dan telah banyak dari mereka
yang gugur di medan tempur hanya karena Allah. Inilah gambaran investasi
yang sebenarnya dari perjalanan seorang hamba kepada Allah Tuhannya.
Janji Allah Bagi Para Investor Dakwah Dan Jihad
Ustadz
Sayyid Quthub –ketika menafsirkan ayat di atas– mengatakan bahwa
kebenaran harus bergerak, menghadapi berbagai tantangan kebathilan,
sehingga manusia terbebas dari penyembahan terhadap makhluk, menuju
penyembahan terhadap Al-Khaliq (lihat Fi dzilaalil qur’an vol. 3. h.
1717). Sejalan dengan ini setiap muslim harus juga bergerak, mengerahkan
segala kemampuan untuk menegakkan kebenaran tersebut. Bila ini
dilakukan dengan sungguh-sungguh, Allah berjanji bagi mereka akan
memberikan surga sebagai balasannya.
Wa’dan alaihi haqqa, artinya
bahwa janji ini pasti Allah penuhi. Dan janji ini sudah Allah tegaskan
juga pada umat-umat terdahulu. Apakah Anda berminat?
Sumber : http://www.dakwatuna.com/2007/investasi-yang-menguntungkan/
Share
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari) <---> Bagi yang membaca ini alangkah baiknya untuk membagikan pada yang lain, Ayo silahkan dishare.... Teruskan ilmu, jangan disimpan sendiri...
Rabu, 19 Oktober 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Ayo bersedekah setiap hari
“Tidak ada satu subuh-pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat.
Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,
sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”
(HR Bukhary 5/270)
Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.
Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.
Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :
1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan
Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :
1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-
2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-
3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-
4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-
5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Terimakasih atas partisipasinya kepada rekan-rekan yang telah berbagi terutama buat mereka yang belum melakukan konfirmasinya, semoga Allah mengganti dengan yang lebih baik dan menjadi amalan yang akan memperberat amal kebaikan di yaumil akhir.
Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,
sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”
(HR Bukhary 5/270)
Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.
Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.
Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :
1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
4. Anak Yatim
5. Buka Puasa
Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
--> Bank BRI Syariah No Rek. 1041682996
--> Bank Muamalat No Rek. 3560009874
--> Bank Mandiri No Rek. 114-00-0594415-5
--> Bank BCA No Rek. 8110330589
Semua atas nama Wagimin.Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan
Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :
1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-
2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-
3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-
4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-
5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.033,-
Penolong Misterius
Ketika senja telah turun mengganti siang dengan malam, seorang laki-laki bergegas mengambil air wudhu. Memenuhi panggilan adzan yang bergaung indah memenuhi angkasa.
"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.
Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.
Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.
"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.
Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.
Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.
Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.
"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.
Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.
"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.
"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.
Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.
"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.
"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.
Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.
Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?
Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.
Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!
"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.
Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.
"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.
"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.
"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.
"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.
"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.
Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.
"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."
"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.
Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.
"Sekarang pulanglah!" kata Ali.
Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.
"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.
Ali tersenyum dan mengangguk.
"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.
"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.
Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.
Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.
Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.
"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"
"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.
Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.
Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.
"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.
Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.
Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.
"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.
Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.
Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.
Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.
"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.
Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.
"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.
"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.
Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.
"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.
"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.
Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.
Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?
Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.
Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!
"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.
Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.
"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.
"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.
"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.
"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.
"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.
Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.
"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."
"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.
Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.
"Sekarang pulanglah!" kata Ali.
Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.
"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.
Ali tersenyum dan mengangguk.
"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.
"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.
Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.
Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.
Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.
"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"
"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.
Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.
Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar