Oleh: Mochamad Bugi
dakwatuna.com
- Masyarakat Islam bagaikan bangunan kokoh. Keluarga bukan saja sebagai
sendi terpenting dalam bangunan tersebut, tetapi uga menjadi unsur
pokok bagi eksistensi umat Islam secara keseluruhan. Karena itu, agama
Islam memberikan perhatian khusus masalah pembentukan keluarga.
Perhatian istimewa terhadap pembentukan keluarga tersebut tercermin dalam beberapa hal, yaitu:
Pertama,
Al-Qur’an menjabarkan cukup terinci tentang pembentukan keluarga ini.
Ayat-ayat tentang pembinaan keluarga termasuk paling banyak jumlahnya
dibandingkan dengan ayat-ayat yang menjelaskan masalah lain. Al-Qur’an
menjelaskan tentang keutamaan menikah, perintah menikah, pergaulan
suami-istri, menyusui anak, dan sebagainya.
Kedua, sejak dini
As-Sunah telah mengajarkan takwinul usrah yang shalihah dengan cara
memilih calon mempelai yang shalihah. Rasulullah saw. bersabda,
“Pilihlah tempat untuk menanam benihmu karena sesungguhnya tabiat
seseorang bisa menurun ke anak.”
Rasulullah Suami Teladan
Rasulullah
saw. sejak masa remaja sudah terkenal sebagai orang yang bersih dan
berbudi mulia. Ketika beliau menginjak usia 25 tahun menikahi Khadijah
binti Khuwailid. Sejak saat itulah beliau mengarungi kehidupan rumah
tangga bahagia penuh ketentraman dan ketenangan.
Rasulullah saw.
amat menghormati wanita, lebih-lebih istrinya. Beliau bersabda,
“Tidaklah orang yang memuliakan wanita kecuali orang yang mulia; dan
tidaklah yang menghinakannya kecuali orang yang hina.”
Menghormati
istri adalah kewajiban suami. Al-Qur’an berkali-kali memerintahkan agar
menghormati dan berbuat baik terhadap istri. Kita tidak mendapatkan
kata-kata dalam Al-Qur’an yang mengharuskan untuk berbuat baik dalam
menggauli istri, baik dalam keadaan marah atau tidak. Kecuali,
ditekankan kewajiban berbuat ma’ruf dan ihsan terhadap istri dan
dilarang menyakiti atau menyiksanya.
Pernah datang seorang wanita
mengadu kepada Rasulullah saw. bahwa suaminya telah memukulnya. Maka
beliau berdiri seraya menolak perlakukan tersebut dengan bersabda,
“Salah seorang dari kamu memukuli istrinya seperti memukul seorang
budang, kemudian setelah itu memeluknya kembali, apakah dia tidak merasa
malu?”
Ketika Rasuluallah saw. mengizinkah memukul istri dengan
pukulan yang tidak membahayakan, dan setelah diberi nasihat serta
ancaman secukupnya, beliau didatangi 70 wanita dan mengadu bahwa mereka
dipukuli suami. Rasulullah saw. berpidato seraya berkata, “Demi Allah,
telah banyak wanita berdatangan kepada keluarga Muhammad untuk
mengadukan suaminya yang sering memukulnya. Demi Allah, mereka yang suka
memukul istri tidaklah aku dapatkan sebagai orang-orang yang terbaik di
antara kamu sekalian.”
Rasulullah saw. merupakan contoh indah
dalam kehidupan rumah tangganya. Beliau sering bercanda dan bergurau
dengan istri-istrinya. Dalam satu riwayat beliau balapan lari dengan
Aisyah, terkadang beliau dikalahkan dan pada hari lain beliau menang.
Beliau senantiasa menegaskan pentingnya sikap lemah lembut dan penuh
kasih sayang kepada istri. Kita jumpai banyak hadits yang seirama dengan
hadits berikut, “Orang mukmin yang paling sempurna adalah yang paling
baik akhlaknya dan paling lembut pada keluarganya.” Riwayat lain,
“Sebaik-baik di antara kamu adalah yang paling baik pada keluarganya dan
aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.”
Di antara yang
menunjukkan keteladanan beliau dalam menghormati istri adalah
menampakkan sikap lembut, penuh kasih sayang, tidak mengkritik hal-hal
yang tidak berguna untuk dikritik, memaafkan kekeliruannya, dan
memperbaiki kesalahannya dengan lembut dan sabar. Bila ada waktu
senggang beliau ikut membantu istrinya dalam mengerjakan kwajiban rumah
tanggannya.
Aisyah pernah ditanya tentang apa yang pernah
dilakukan Rasulullah saw. di rumahnya, beliau menjawab, “Rasulullah
mengerjakan tugas-tugas rumah tangga, dan bila datang waktu shalat, dia
pergi shalat.”
Rasulullah saw. memiliki kelapangan dada dan sikap
toleran terhadap istrinya. Bila istrinya salah atau marah, beliau
memahami betul jiwa seorang wanita yang sering emosional dan berontak.
Beliau memahami betul bahwa rumah tangga adalah tempat yang paling layak
dijadikan contoh bagi seorang muslim adalah rumah tangga yang penuh
cinta dan kebahagiaan. Kehidupan rumah tangga harus dipenuhi gelak tawa,
kelapangan hati, dan kebahagiaan agar tidak membosankan.
Bila
terpaksa harus bertindak tegas, Rasulullah saw. melakukannanya dengan
disertai kelembutan dan kerelaan. Sikap keras dan tegas untuk mengobati
keburukan dalam diri wanita, sedangkan kelembutan dan kasih sayang untuk
mengobati kelemahan dan kelembutan dalam dirinya.
Khadijah Istri Teladan
Khadijah
binti Khuwailid adalah seorang wanita bangsawan Quraisy yang kaya. Dia
diberi gelar wanita suci di masa jahiliyah, juga di masa Islam. Banyak
pembesar Quraisy berupaya meminangnya, tetapi ia selalu menolak. Ia
pedagang yang sering menyuruh orang untuk menjualkan barang dagangannya
keluar kota Mekkah.
Ketika mendengar tentang kejujuran Muhammad
saw., ia menyuruh pembantunya mendatangi dan meminta Muhammad menjualkan
barang dagangannya ke Syam bersama budak lelaki bersama Maisyarah. Nabi
Muhammad menerima permohonan itu dan mendapatkan keuntungan besar dalam
perjalanan pertama ini.
Setelah mendengar kejujuran dan kebaikan
Muhammad, Khadijah tertarik dan meminta kawannya, Nafisah binti
Maniyyah, untuk meminangkan Muhammad. Beliau menerima pinangan itu dan
terjadilah pernikahan ketika beliau berusia 25 tahun sedangkan Khadijah
berusia 40 tahun.
Khadijah sebagai Ummul Mukminin telah
menyiapkan rumah tangga yang nyaman bagi Nabi Muhammad saw. Sebelum
beliau diangkat menjadi Nabi dan membantunya ketika beliau sering
berkhalwat di Gua Hira. Khadijah adalah wanita pertama yang beriman
ketika Nabi mengajaknya masuk Islam. Khadijah adalah sebaik-baiknya
wanita yang mendukung Rasulullah saw. dalam melaksanakan dakwahnya, baik
dengan jiwa, harta, maupun keluarganya. Perikehidupannnya harum
semerbak wangi, penuh kebajikan, dan jiwanya sarat dengan kehalusan.
Rasulullah
saw. pernha menyatakan dukungan ini dengan sabdanya, “Khadijah beriman
kepadaku ketika orang-orang ingkar. Dia membenarkanku ketika orang-orang
mendustakanku. Dan dia menolongku dengan hartanya ketika orang-orang
tidak memberiku apa-apa. Allah mengaruniai aku anak darinya dan
mengharamkan bagku anak dari selainnya.” (Imam Ahmad dalam kitab
Musnad-nya)
Khadijah amat setia dan taat kepada suaminya, bergaul
dengannya, siap mengorbankan kesenangannya demi kesenangan suaminya,
dan membesarkan hati suaminya di kala merasa ketakutan setelah
mendapatkan tugas kenabian. Ia gunakan jiwa dan semua hartanya untuk
mendukung Rasul dan kaum muslimin. Pantaslah kalau Khadijah dijadikan
sebagai istri teladan pendukung risalah dakwah Islam.
Khadijah
mendampingi Rasulullah saw. selama seperempat abad. Berbuat baik di saat
Rasulullah gelisah. Menolong Rasulullah di waktu-waktu sulit. Membantu
Rasulullah dalam menyampaikan risalah dan ikut merasakan penderitaan
pahit akibat tekanan dan boikot orang-orang musyrik Quraisy. Khadijah
menolong tugas suaminya sebagai Nabi dengan jiwa dan hartanya.
Rasulullah
saw. senantiasa menyebut-nyebut kebaikan Khadijah selam hidupnya
sehingga membuat Aisyah cemburu. Dengan ketaatan dan pengorbanan yang
luar biasa itu, pantaslah jika Allah swt. menyampaikan salam lewat
malaikat Jibril kepada Khadijah. Jibril datang kepada Nabi, lalu
berkata, “Wahai Rasulullah, ini Khadiah telah datang membawa sebuah
wadah berisi kuah, makanan dan minuman, apabila datang kepadamu
sampaikan salam dari Tuhannya dan beritahukan kepadanya tentang sebuah
rumah di surga, terbuat dari mutiara yang tiada suara gaduh di dalamnya
dan tiada kepenatan.” (Bukhari)
Itulah Khadijah, sosok seorang
istri yang layak dijadikan teladan bagi wanita-wanita yang mendukung
keshalehan dan tugas dakwah suaminya.
Ciri-ciri Rumah Tangga Muslim
1. Sendi bangunannya adalah ketakwaan kepada Allah swt. Takwa adalah
sendi yang kuat bangunan keluarga. Memilih suami/istri harus sesuai
dengan arahan Rasulullah saw., yaitu utamakan sisi agamanya.
2.
Kebahagiaan rumah tangga bukanlah berdasarkan kesenangan materi saja,
sebab kebahagiaan sejati muncul dari dalam jiwa yang takwa kepada Allah
swt. Bila ketakwaan telah menjadi sendi utama, maka kekurangan materi
menjadi ringan. Ketakwaan yang ada di dalam dada pasangan suami-istri
memunculkan tsiqah (rasa saling percaya) dan akan melahirkan ketentraman
serta ketentraman dalam hubungan suami-istri. Hubungan antara anggota
keluarga akan terasa indah karena semua sadar akan tanggung jawab dan
hak-haknya.
3. Rumah yang dibangun untuk keluarga seharusnya
sederhana dan mengutamakan skala prioritas dengan mengurangi hal-hal
yang tertier dan berlebihan.
4. Dalam makanan dan berpakaian,
seorang muslim amat sederhana, menekankan aspek kebersihan, dan
menghindari dari yang haram, sikap berlebihan (israf), dan
bermewah-mewahan. Semua anggota keluarga dipacu untuk memperbanyak
berinfak dan bersedekah. Hindari syubhat, jauhi yang haram, itu moto
mereka.
5. Anggaran rumah tangga dipenuhi dari rezeki yang halal dan
baik. Sebab, daging yang terbentuk dari daging haram akan dibakar oleh
api neraka. Secara teknis perlu ada kesepakatan antara suami-istri dalam
menentukan besaran dan alokasi anggaran rumah tangga. Yang jelas,
pengeluaran tidak boleh melebihi penghasilan. Cukupi diri dengan hal-hal
yang dibutuhkan, bukan memperbanyak daftar keinginan.
6. Perhatikan
hak-hak Allah swt. Tunaikan zakat, menabung untuk pergi haji, sediakan
kotak khusus untuk sedekah bagi kemaslahatan umat.
Sumber : http://www.dakwatuna.com/2008/sepasang-suami-istri-teladan/
Share
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari) <---> Bagi yang membaca ini alangkah baiknya untuk membagikan pada yang lain, Ayo silahkan dishare.... Teruskan ilmu, jangan disimpan sendiri...
Senin, 07 November 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Ayo bersedekah setiap hari
“Tidak ada satu subuh-pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat.
Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,
sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”
(HR Bukhary 5/270)
Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.
Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.
Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :
1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan
Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :
1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-
2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-
3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-
4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-
5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Terimakasih atas partisipasinya kepada rekan-rekan yang telah berbagi terutama buat mereka yang belum melakukan konfirmasinya, semoga Allah mengganti dengan yang lebih baik dan menjadi amalan yang akan memperberat amal kebaikan di yaumil akhir.
Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,
sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”
(HR Bukhary 5/270)
Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.
Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.
Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :
1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
4. Anak Yatim
5. Buka Puasa
Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
--> Bank BRI Syariah No Rek. 1041682996
--> Bank Muamalat No Rek. 3560009874
--> Bank Mandiri No Rek. 114-00-0594415-5
--> Bank BCA No Rek. 8110330589
Semua atas nama Wagimin.Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan
Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :
1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-
2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-
3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-
4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-
5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.033,-
Penolong Misterius
Ketika senja telah turun mengganti siang dengan malam, seorang laki-laki bergegas mengambil air wudhu. Memenuhi panggilan adzan yang bergaung indah memenuhi angkasa.
"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.
Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.
Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.
"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.
Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.
Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.
Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.
"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.
Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.
"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.
"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.
Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.
"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.
"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.
Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.
Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?
Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.
Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!
"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.
Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.
"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.
"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.
"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.
"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.
"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.
Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.
"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."
"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.
Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.
"Sekarang pulanglah!" kata Ali.
Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.
"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.
Ali tersenyum dan mengangguk.
"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.
"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.
Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.
Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.
Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.
"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"
"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.
Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.
Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.
"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.
Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.
Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.
"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.
Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.
Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.
Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.
"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.
Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.
"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.
"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.
Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.
"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.
"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.
Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.
Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?
Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.
Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!
"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.
Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.
"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.
"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.
"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.
"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.
"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.
Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.
"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."
"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.
Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.
"Sekarang pulanglah!" kata Ali.
Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.
"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.
Ali tersenyum dan mengangguk.
"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.
"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.
Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.
Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.
Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.
"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"
"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.
Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.
Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar