Beberapa waktu terakhir ini, kebutuhan akan ilmu keislaman khususnya 
syariat Islam terasa sangat kuat. Sebab semakin hari umat ini semakin 
sadar pentingnya syariat Islam untuk dijadikan landasan dalam kehidupan.
 Secara lebih rinci, berikut ini adalah beberapa pandangan yang ikut 
mendorong pentingnya kita mengusai syariah.
1. Mengenal Syariah : Bagian dari Identitas Ke-Islaman Seseorang
Seorang
 muslim dengan seorang non muslim tidak dibedakan berdasarkan KTP-nya. 
Juga bukan berdasarkan ras, darah, golongan, bahasa, kebangsaan atau 
keturunan tertentu.Tetapi berdasarkan apa yang diketahuinya tentang 
ajaran Islam serta diyakini kebenarannya.
Tidak mungkin seorang 
bisa dikatakan muslim manakala dia tidak mengenal Allah SWT. Dan 
tidak-lah seseorang mengenal Allah SWT, manakala dia tidak mengenal 
ajaran-Nya serta syariat yang telah diturunkan-Nya.
Sehingga 
mengetahui ilmu-ilmu syariat merupakan bagian tak terpisahkan dari 
status keislaman seseorang. Maka sudah seharusnya seorang muslim 
menguasai ilmu syariah, karena syariat itu merupakan penjabaran serta 
uraian dari perintah Allah SWT kepada hamba-Nya
2. Allah SWT Mewajibkan Setiap Muslim Belajar Syariah
Mempejari
 Islam adalah kewajiban pertama setiap muslim yang sudah aqil baligh. 
Ilmu-ilmu ke-Islaman yang utama adalah bagaimana mengetahui MAU-nya 
Allah SWT terhadap diri kita. Dan itu adalah ilmu syariah. Allah SWT 
berfirman :
فَاسْأَلُواْ أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
...Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan (ulama) jika kamu tidak mengetahui (QS. An-Nahl : 43)
Paling tidak,
setiap
 muslim wajib melakukan thaharah, shalat, puasa, zakat dan bentuk ibadah
 ritual lainnya. Dan agar ibadah ritual itu bisa syah dan diterima oleh 
Allah SWT, tidak boleh dilakukan dengan pendekatan improvisasi atau 
sekedar menduga-duga semata. Harus ada dasar dan dalil yang jelas dan 
kuat. Karena ibadah ritual itu tidak boleh dilakukan kecuali sesuai 
dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Dan penjelasan 
secara rinci dan detail tentang bagaimana format dan bentuk ibadah yang 
sesuai dengan apa yang diajarkan oleh beliau hanya ada dalam syariat 
Islam.
3. Syariah Adalah Kunci Memahami Al-Quran & As-Sunnah
Sumber
 utama ajaran Islam adalah Al-Quran yang terdiri dari 6.000-an ayat dan 
Al-Hadits yang berjumlah ratusan ribu hadits. Namun bagaimana mengambil 
kesimpulan hukum atas suatu masalah dengan menggunakan dalil-dalil yang 
sedemikian banyak, harus ada sebuah metodologi yang ilmiyah
Ilmu 
syariah telah berhasil menjelaskan dengan pasti dan tepat tiap potong 
ayat dan hadits yang bertebaran. Dengan menguasai ilmu syariah, maka 
Al-Quran dan As-Sunnah bisa dipahami dengan benar sebagaimana Rasulullah
 SAW mengajarkannya.
Sebaliknya, tanpa penguasaan ilmu syariah, 
Al-Quran dan Sunnah bisa diselewengkan dan dimanfaatkan dengan cara yang
 tidak benar. Ilmu Syariah adalah kunci untuk memahami Al-Quran dan 
As-Sunnah dengan metode yang benar, ilmiyah dan shahih.
Di dalam 
Al-Quran disebutkan bahwa pencuri harus dipotong tangannya, pezina harus
 dirajam, pembunuh nyawa harus diqishash dan seterusnya. Memang demikian
 zahir nash ayat Al-Quran. Namun apakah anak yang mencuri mangga 
tetangga harus dipotong tangannya ? Apakah wanita yang diperkosa juga 
harus dirajam lantaran melakukan hubungan seksual di luar nikah? Apakah 
semua orang yang membunuh tidak sengaja harus dibunuh juga ?
Di 
dalam Syariah Islam akan dijelaskan pencuri yang bagaimanakah yang harus
 dipotong tangannya. Tidak semua orang yang mencuri harus dipotong 
tangan. Ada sekian banyak persyaratan yang harus terpenuhi agar seorang 
pencuri bisa dipotong tangan. Misalnya barang yang dicuri harus berada 
dalam penjagaan, nilainya sudah memenuhi batas minimal, bukan milik umum
 dan lainnya. Bahkan kriteria seorang pencuri tidak sama dengan 
pencopet, penjambret, penipu atau koruptor.
Demikian juga dengan 
pezina, tidak semua yang berzina harus dihukum rajam. Selain hanya yang 
sudah pernah menikah, harus ada empat orang saksi lakil-laki, akil, 
baligh, dan menyaksikan secara bersama di waktu dan tempat yang sama 
melihat peristiwa masuknya kemaluan laki-laki ke dalam kemaluan 
perempuan. Tanpa hal itu, hukum rajam tidak boleh dilakukan. Kecuali 
bila pezina itu sendiri yang menyatakan ikrar dan pengakuan atas zina 
yang dilakukannya. Dan yang paling penting, hukum rajam haram dilakukan 
kecuali oleh sebuah institusi hukum formal yang diakui dalam sebuah 
negara yang berdaulat.
Dan hal yang sama juga berlaku pada hukum 
qishash dan hukum-hukum hudud lainnya. Sebuha tindakan hukum yang hanya 
berlandaskan kepada satu dua dalil tapi tanpa kelengkapan ilmu syariah 
justru bertentangan dengan hukum Islam sendiri.
4. Ilmu Syariah Adalah Porsi Terbesar Ajaran Islam
Dibandingkan
 dengan masalah aqidah, ahlaq atau pun bidang lainnya, masalah syariah 
dan fiqih menempati porsi terbesar dalam khazanah ilmu-ilmu ke-Islaman. 
Bahkan yang disebut dengan `ulama` itu lebih identik sebagai orang yang 
ahli di syariah ketimbang ahli di bidang lainnya.
Sehingga 
sebagai ilmu yang merupakan porsi terbesar dalam ajaran Islam, ilmu 
syariah ini menjadi penting untuk dikuasai. Seorang muslim itu masih 
wajar bila tidak menguasai ilmu tafsir, hadits, bahasa Arab, Ushul Fqih,
 Kaidah Ushul dan lainnya. Tetapi khusus dalam ilmu syarriah khususnya 
fiqih, nyaris mustahil bila tidak dikuasai, meski dalam porsi yang 
seadanya. Sebab tidak mungkin kita bisa beribadah dengan benar tanpa 
menguasai ilmu fiqih ibadah itu sendiri.
Memang tidak semua 
detail ilmu syariah wajib dikuasai, namun untuk bagian yang paling dasar
 seperti masalah thaharah, shalat, nikah dan lainnya, mengetahui 
hukum-hukumnya adalah hal yang mutlak.
5. Tinginya Kedudukan Orang Yang Menguasai Syariah
Allah SWT telah meninggikan derajat orang yang memiliki ilmu syariah dengan firman-Nya :
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
...Allah
 akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang 
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui
 apa yang kamu kerjakan.(QS. Al-Mujaadilah : 11)
Sehingga tampuk 
kepemimpinan skala mikro dan makro menjadi hak para ahli ilmu syariah. 
Seorang imam shalat diutamakan orang yang lebih mendalam pemahamannya. 
(afqahuhum). Bukan yang lebih tua, sudah menikah, lebih senior dalam 
struktur pergerakan, lebih tenar atau lebih punya kepemiminan. Namun 
imam shalat hendaklah orang yang lebih faqih dalam masalah agama.
Demikian
 juga hal yang terkait dengan kepemimpinan umat, yang lebih layak 
diangkat adalah mereka yang lebih punya kepahaman terhadap syarait. 
Sejak masa shahabat dan14 abad perjalanan umat, yang menjadi pemimpin 
umat ini adalah orang-orang yang paham dan mengerti syariah. Paling 
tidak, para khalifah dalam sejarah Islam selalu didampingi oleh ulama 
dan ahli syariah
6. Tidak Paham Syariah Adalah Akar Perpecahan
Para
 ulama syariah terbiasa berbeda pendapat, karena berbeda hasil ijtihad 
sudah menjadi keniscayaan. Namun mereka sangat menghormati perbedaan 
diantara mereka. Sehingga tidak saling mencaci, menjelekkan atau 
menafikan.
Sebaliknya, semakin awam seseorang terhadap ilmu 
syariah, biasanya akan semakin tidak punya mental untuk berbeda 
pendapat. Sedikit perbedaan di kalangan mereka sudah memungkinkan untuk 
terjadinya perpecahan, pertikaian, bahkan saling menjelekkan satu sama 
lain.
Hal itu terjadi karena seseorang hanya berpegangan kepada 
dalil yang sedikit dan parsial. Tetapi merasa sudah pandai dan paling 
benar sendiri. Padahal dalil yang diyakininya paling benar itu masih 
harus berhadapan dengan banyak dalil lainnya yang tidak kalah kuatnya. 
Jadi bagaimana mungkin dia merasa paling benar sendiri ?
Paling 
tidak, dengan mempelajari ilmu syariah, kita jadi tahu bahwa pendapat 
yang kita pegang ini bukanlah satu-satunya pendapat. Di luar sana, masih
 ada pendapat lainnya yang tidak kalah kuatnya dan sama-sama bersumber 
dari kitab dan sunnah juga. Maka kita jadi memahami perbandingan mazhab 
di kalangan para fuqaha, sebab mereka memang punya kapasitas untuk 
melakukan istimbath hukum dengan masing-masing menhaj / metodologinya
7. Keberadaan Ahli Syariah Sangat Menentukan Eksistensi Umat Islam
Agama
 Islam telah dijamin tidak akan hilang dari muka bumi sampai kiamat, 
namun tidak ada jaminan bila umatnya mengalami kemunduran dan kejatuhan.
 Sejarah membuktikan bahwa mundurnya umat Islam terjadi manakala para 
ulama telah wafat dan tidak ada lagi ahli syariah di tengah umat.
Sebaliknya,
 bila Allah SWT menghendaki kebaikan pada umat Islam, niscaya akan 
dimulai dari lahirnya para ulama dan kembali manusia kepada syariat-Nya.
8. Tipu Daya Orientalis dan Sekuleris Sangat Efektif Bila Lemah di Bidang Syariah
Racun pemikiran Orientalis dan Sekuleris tidak akan mempan bila tubuh umat diimunisasi dengan pemahaman syariah
Bila
 tingkat pemahaman umat terhadap syariah lemah, maka dengan mudah 
pemikiran orientalis akan merasuk dan menjangkiti fikrah umat. 
Sebaliknya, bila umat ini punya tingkat pemahaman yang mendalam terdapat
 ilmu syariah, semua tipu daya itu akan menjadi mentah.
Pemahaman
 syariat Islam akan menjadi filter atas kerusakan fikrah umat. 
Sebaliknya, semakin awam dari syariat, umat ini akan semakin menjadi 
bulan-bulanan pemikiran yang merusak.
9. Tanpa Ilmu Syariah Bisa Melahirkan Sikap Ekstrim Membabi Buta
Sikap-sikap
 ekstrim dan keterlaluan dalam pelaksanaan agama seringkali menimpa 
banyak umat Islam. Barangkali niatnya sudah baik, yaitu ingin 
menjalankan ajaran agama. Tetapi bila semangat itu tidak diiringi dengan
 ilmu syariah yang benar, sangatbesar kemungkinan terjadi kesalahan 
fatal yang merugikan.
Dahulu di masa shahabat ada seorang yang 
terluka di kepala. Seharusnya dia tidak boleh mandi karena parah 
sakitnya. Namun dia berjunub pada malamnya dan pagi hari dia bertanya 
kepada temannya, apakah dia harus mandi atau tidak. Temannya mengatakan 
bahwa dia harus mandi. Lalu mandilah dia dan tidak lama kemudian 
meninggal. Betapa sedih Rasulullah SAW tatkala mendengar kabar itu. 
Sebab teman yang memberi fatwa itu bertindak tanpa ilmu dan menyebabkan 
kematian. Padahal seharusnya dalam kondisi demikian, cukuplah dengan 
bertayammum saja. Maka dia sudah boleh shalat. Tidak wajib mandi junub 
meski malamnya keluar mani.
10. Keharusan Ada Sebagian Dari Ummat Yang Mendalami Syariah
Kalau
 kita bandingkan antara jumlah orang awam dan jumlah para ulama, kita 
akan menemukan perbandingan yang jauh dari proporsional. Dengan kata 
lain, ulama di masa sekarang ini termasuk `makhluk langka` bahkan nyaris
 punah.
Tanpa mengurangi rasa hormat dan penghargaan atas jasa 
mereka selama ini, namun kenyataanya bahwa kebanyakan tokoh agama serta 
para penceramah yang kita dapati masih minim dari penguasan secara 
mendetail dalam kisi-kisi ilmu syariah. Tidak sedikit dari mereka yang 
sama sekali buta bahasa arab. Dan otomatis rujukan satu-satunya hanya 
buku terjemahan saja. Bahkan ketika membaca Al-Quran pun tidak paham 
maknanya. Apalagi membaca hadits-hadits nabawi. Dan jangan ditanya 
bagaimana mereka bisa merujuk kepada kajian syariah Islam dari para 
fuqaha sepanjang sejarah, karena nyaris semua literaturnya memang dalam 
bahasa arab.
Lalu kita bisa pikirkan sendiri bagaimana kualitas 
umatnya bila para tokoh agama pun masih dalam taraf yang kurang 
membahagiakan itu ?
Maka memperbanyak jumlah ulama serta 
menyebar-luaskan ilmu-ilmu syariah menjadi hal yang mutlak dilakukan. 
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT tentang keharusan adanya 
sekelompok orang yang berkonsentrasi mendalami ilmu-ilmu syariah.
Tidak
 sepatutnya bagi mu'minin itu pergi semuanya . Mengapa tidak pergi dari 
tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam 
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada 
kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat 
menjaga dirinya.(QS. At-Taubah : 122)
11. Masuk Islam Secara Kaaffah : Mustahil Tanpa Syariah
Sebagai
 muslim yang baik, komitmen dan konsisten dalam memeluk agama Islam, 
tentu kita tahu bahwa kita wajib menerima Islam secara kaaffah, tidak 
sepotong-sepotong. Allah SWT telah memerintahkan hal dalam firman-Nya :
  Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam 
keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. 
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.(QS. Al-Baqarah : 208)
Tapi
 bagaimanakah kita bisa menjalankan Islam secara kaaffah, kalau kita 
tidak bisa membedakan manakah diantara perbuatan itu yang termasuk 
bagian dari Islam atau bukan ?
Sebab seringkali kita dihadapkan 
kepada bentuk-bentuk pengamalan yang disinyalir sebagai islami, tetapi 
kita tidak tahu kedudukan yang sesungguhnya. Katakanlah sebagai contoh 
mudah misalnya tentang memahami perbuatan Rasulullah SAW. Apakah semua 
hal yang dilakukan oleh beliau itu menjadi bagian langsung dari syariat 
agama ini ? Ataukah ada wilayah yang tidak termasuk bagian dari syariat ?
Lebih
 rinci lagi, kita dapati dalam hadits bahwa Rasulullah SAW naik unta, 
minum susu kambing mentah, istinja` dengan batu, khutbah memegang 
tongkat, di rumahnya tidak ada wc dan seterusnya. Apakah hari ini kita 
wajib melakukan hal yang sama dengan beliau sebagai pengejawantahan 
bahwa Rasululah SAW adalah suri teladan ? Apakah kita juga harus naik 
unta ? Haruskah kita minum susu kambing yang tidak dimasak dahulu ? 
Apakah para khatib wajib berkhutbah sambil memegang tongkat ? Dan 
tegakah kita berintinja` hanya dengan batu ? Dan haruskah kita buang air
 di alam terbuka, karena dahulu Rasulullah SAW melakukannya ?
Tentu
 kita perlu merinci lebih detail, manakah dari semua perbuatan dan 
perkataan beliau SAW yang menjadi bagian dari syariah dan mana yang 
secara kebetulan menjadi hal-hal teknis yang tidak perlu dimasukkan ke 
dalam ajaran agama ini. Dan untuk itu, harus ada sebuah metodologi yang 
bisa dijadikan patokan. Metodologi itu adalah syariat Islam.
Dengan
 syariat Islam, kita bisa memilah dan menentukan manakah dari diri 
Rasulullah SAW yang menjadi bagian dari ajaran Islam. Dan manakah yang 
bukan termasuk ajaran selain hanya faktor kebetulan dan teknis semata.
Penutup
Itulah
 beberapa hal yang perlu kita renungkan bersama. Betapa syariat Islam 
ini memang perlu kita pelajari dengan sebaik-baiknya. Tidak perlu 
menunggu dan membuang waktu. Sekaranglah waktu yang tepat untuk mulai 
belajar. Semoga Allah SWT memudahkan jalan kita masuk surga karena kita 
telah menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu keislaman selama di dunia 
ini.
Hanadallahu Wa Iyyakum Ajma`in
Sumber :  http://kampussyariah.com/web/11.php
Share
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari) <---> Bagi yang membaca ini alangkah baiknya untuk membagikan pada yang lain, Ayo silahkan dishare.... Teruskan ilmu, jangan disimpan sendiri...
Jumat, 23 September 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Ayo bersedekah setiap hari
“Tidak ada satu subuh-pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat.
Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,
sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”
(HR Bukhary 5/270)
Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.
Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.
Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :
1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan
Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :
1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-
2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-
3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-
4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-
5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Terimakasih atas partisipasinya kepada rekan-rekan yang telah berbagi terutama buat mereka yang belum melakukan konfirmasinya, semoga Allah mengganti dengan yang lebih baik dan menjadi amalan yang akan memperberat amal kebaikan di yaumil akhir.
Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,
sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”
(HR Bukhary 5/270)
Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.
Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.
Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :
1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
4. Anak Yatim
5. Buka Puasa
Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
--> Bank BRI Syariah No Rek. 1041682996 
--> Bank Muamalat No Rek. 3560009874 
--> Bank Mandiri No Rek. 114-00-0594415-5
--> Bank BCA No Rek. 8110330589
Semua atas nama Wagimin.Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan
Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :
1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-
2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-
3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-
4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-
5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.033,-
Penolong Misterius
Ketika senja telah turun mengganti siang dengan malam, seorang laki-laki   bergegas mengambil air wudhu. Memenuhi panggilan adzan yang bergaung   indah memenuhi angkasa.
"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.
Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.
Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.
"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.
Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.
Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.
Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.
"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.
Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.
"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.
"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.
Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.
"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.
"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.
Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.
Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?
Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.
Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!
"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.
Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.
"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.
"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.
"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.
"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.
"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.
Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.
"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."
"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.
Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.
"Sekarang pulanglah!" kata Ali.
Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.
"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.
Ali tersenyum dan mengangguk.
"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.
"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.
Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.
Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.
Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.
"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"
"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.
Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.
Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.
"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.
Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.
Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.
"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.
Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.
Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.
Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.
"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.
Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.
"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.
"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.
Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.
"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.
"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.
Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.
Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?
Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.
Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!
"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.
Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.
"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.
"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.
"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.
"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.
"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.
Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.
"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."
"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.
Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.
"Sekarang pulanglah!" kata Ali.
Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.
"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.
Ali tersenyum dan mengangguk.
"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.
"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.
Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.
Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.
Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.
"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"
"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.
Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.
Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar