Oleh: Tim dakwatuna.com
Tidak
dapat dipungkiri bahwa era sekarang adalah Era Amerika Serikat (al-Ashr
al-Amriki). Seluruh dunia memiliki ketergantungan yang sangat besar
terhadap AS, Israel dan sekutunya. AS dan Eropa yang beragama Nashrani
dan Israel yang Yahudi sangat kuat mencengkeram dunia Islam. Bahkan
sebagiannya dibawah kendali langsung mereka seperti Arab Saudi, Kuwait,
Mesir, Irak dan lain-lain. Realitas yang buruk ini telah diprediksikan
oleh Rasulullah saw. dalam haditsnya: Dari Said Al-Khudri, dari Nabi saw
bersabda:” Kamu pasti akan mengikuti sunah perjalanan orang sebelummu,
sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta hingga walaupun mereka
masuk lubang biawak kamu akan mengikutinya”. Sahabat bertanya, ”Wahai
Rasulullah saw apakah mereka Yahudi dan Nashrani”. Rasul saw menjawab,
”Siapa lagi!” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Beginilah nasib dunia
Islam di akhir jaman yang diprediksikan Rasulullah saw. Mereka akan
mengikuti apa saja yang datang dari Yahudi dan Nashrani, kecuali sedikit
diantara mereka yang sadar. Dan prediksi tersebut sekarang benar-benar
sedang menimpa sebagian besar umat Islam dan dunia Islam.
Dari
segi kehidupan sosial, sebagian besar umat Islam hampir sama dengan
mereka. Hiburan yang disukai, mode pakaian yang dipakai, makanan yang
dinikmati, film-film yang ditonton, bebasnya hubungan lawan jenis dan
lain-lain. Pola hidup sosial Yahudi dan Nashrani melanda kehidupan umat
Islam dengan dipandu media massa khususnya televisi.
Dalam kehidupan ekonomi,
sistem
bunga atau riba mendominasi persendian ekonomi dunia dimana dunia Islam
secara terpaksa atau sukarela harus mengikutinya. Riba’ yang sangat
zhalim dan merusak telah begitu kuat mewarnai ekonomi dunia, termasuk
dunia Islam. Lembaga-lembaga ekonomi dunia seperti IMF, Bank Dunia, WTO
dll mendikte semua laju perekonomian di dunia Islam. Akibatnya krisis
ekonomi dan keuangan disebabkan hutang dan korupsi menimpa sebagian
besar dunia Islam.
Begitu juga pengekoran umat Islam terhadap
Yahudi dan Nashrani terjadi dalam kehidupan politik. Politik dibangun
atas dasar nilai-nilai sekuler, mencampakkan agama dan moral dalam dunia
politik, bahkan siapa yang membawa agama dalam politik dianggap
mempolitisasi agama. Begitu buruknya kehidupan politik umat Islam,
sampai departemen yang mestinya mencerminkan nilai-nilai Islam, yaitu
departemen agama, menjadi departemen yang paling buruk dan sarang
korupsi.
WAHN
Buruknya realitas sosial politik umat Islam di
akhir zaman disebutkan dalam sebuah hadits Rasulullah saw., beliau
bersabda: Dari Tsauban berkata, Rasulullah saw. bersabda, ”Hampir saja
bangsa-bangsa mengepung kamu, seperti kelompok orang lapar siap melahap
makanan”. Berkata seorang sahabat, ”Apakah karena jumlah kami sedikit
pada waktu itu?” Rasul saw. menjawab, ”Jumlah kalian pada saat itu
banyak, tetapi kualitas kalian seperti buih ditengah lautan. Allah
mencabut rasa takut dari musuh terhadap kalian, dan memasukkan kedalam
hati kalian penyakit Wahn”. Berkata seorang sahabat, ”Wahai Rasulullah
saw., apa itu Wahn?” Rasul saw. berkata, ”Cinta dunia dan takut mati.”
(H.R. Ahmad dan Abu Daud)
Inilah sebab utama dari realitas umat
Islam, yaitu wahn. Penyakit cinta dunia dan takut mati sudah
menghinggapi mayoritas umat Islam, sehingga mereka tidak ditakuti lagi
oleh musuh, bahkan menjadi bulan-bulanan orang kafir. Banyak umat Islam
yang berkhianat dan menjadi kaki-tangan musuh Islam, hanya karena
iming-iming dunia. Bangsa Amerika, Israel dan sekutunya menjadi kuat di
negeri muslim, karena di setiap negeri muslim banyak agen dan boneka AS
dan Israel. Bahkan yang lebih parah dari itu, bahwa agen AS dan Israel
itu adalah para penguasa negeri muslim sendiri atau kelompok yang dekat
dengan penguasa.
Dunia dengan segala isinya seperti harta, tahta
dan wanita sudah sedemikian kuatnya memperbudak sebagian umat Islam
sehingga mereka menjadi budak para penjajah, baik AS Nashrani dan Israel
Yahudi. Dan pada saat mereka begitu kuatnya mencintai dunia dan
diperbudak oleh dunia, maka pada saat yang sama mereka takut mati. Takut
mati karena takut berpisah dengan dunia dan takut mati karena banyak
dosa. Demikianlah para penguasa dunia Islam diam, pada saat AS membantai
rakyat muslim Irak, dan Israel membantai rakyat muslim Palestina.
Mengikuti Yahudi dan Nashrani
Kecenderungan
yang kuat terhadap dunia atau wahn, menyebabkan umat Islam mengekor dan
tunduk patuh kepada dunia barat yang notabenenya dikuasi Yahudi dan
Nashrani. Dan ketika umat Islam mengikuti Yahudi dan Nashrani, maka
banyak sekali kemiripan dengan meraka. Beberapa kemiripian dan sikap
mengekor yang dilakukan umat Islam terhadap Yahudi dan Nashrani, di
antaranya:
I. PenYikapan terhadap Agama (Sekuler)
Kaum
Yahudi dan Nashrani bersikap sekuler dalam kehidupan. Mereka
mencampakkan agama dari kehidupan sosial politik. Dalam memandang
sesuatu, Kaum Yahudi dan Nashrani tidak berdasarkan agama mereka. Ruang
lingkup agama dipersempit hanya di tempat-tempat ibadah saja. Sedangkan
kehidupan sosial politik jauh dari nilai-nilai agama. Karena mereka
meyakini bahwa agama sudah tidak berfungsi lagi untuk memberikan solusi
kehidupan.
Gerakan sekuler tumbuh dan berkembang di dunia barat,
dan berkembang ke seluruh penjuru dunia seiring dengan datangnya para
penjajah barat ke dunia Islam. Maka berkembanglah sekulerisme di dunia
Islam. Kehidupan sosial politik di negara-negara Islam jauh dari
nilai-nilai ke-Islaman dan sekulerisme begitu sangat kuatnya di dunia
Islam.
Sedangkan di Indonesia, sekulerisme sangat mudah dibaca
dan sangat transparan. Jika kita melihat partai-partai politik, maka
mayoritasnya partai sekuler, sampai partai yang basis masanya ormas
Islam sekalipun, masih sangat kental dengan nilai-nilai sekulernya.
Sekulerisme begitu sangat dalam masuk dalam sendi-sendi kehidupan sosial
politik di Indonesia. Simbol-simbol pemerintahan, pakaian masyarakat,
bahasa yang digunakan dll sarat dari nilai-nilai sekulerisme. Sementara
dakwah Islam, masih sangat sedikit yang mengajak pada kesempurnaan Islam
dan penerapannya dalam kehidupan masyarakat. Dakwah yang dominan di
Indonesia adalah dakwah tasawuf yang mengajak pada dzikir yang sektoral,
pembinaan dan manajemen hati yang sektoral dan sejenisnya.
II. PenYikapan terhadap Al-Qur’an
Pensikapan
sebagian umat Islam terhadap kitab suci Al-Qur’an sebagaimana Yahudi
dan Nashrani mensikapi Taurat dan Injil. Kemiripan sikap ini pula
menimbulkan fenomena dan dampak yang agak sama yang menimpa antara umat
Islam dengan mereka. Beberapa kemiripan tersebut seperti disebutkan
dalam informasi Al-Qur’an dan Hadits sbb:
1. Umiyah (Buta Huruf tentang Al-Qur’an)
Allah
berfirman, “Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui
Al Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya
menduga-duga.” (Al-Baqarah 78)
Sifat yang menimpa bangsa Yahudi
terkait dengan kitab Tauratnya juga menimpa umat Islam terkait dengan
Al-Qur’an, dimana mayoritas umat Islam buta huruf tentang Al-Qur’an,
dalam arti tidak pandai membacanya apalagi memahaminya dengan baik.
2. Juz’iyah Al-Iman (Parsial dan Tidak Utuh dalam Mengimani Al-Qur’an)
Allah
berfirman, “Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan
ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang
berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia,
dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat.
Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.” (Al-Baqarah 85)
Ayat
yang menyebutkan sikap Bani Israil terhadap Taurat ini juga menimpa
umat Islam dimana banyak diantara mereka yang beriman pada sebagian ayat
Al-Qur’an dan ingkar pada sebagian ayat yang lain. Umat Islam banyak
yang beriman pada ayat yang mengajarkan shalat, puasa dan haji, tetapi
mereka juga mengingkari ayat atau ajaran lain seperti tidak mengimani
pengharaman riba’, tidak beriman pada ayat-ayat yang terkait hukum
pidana (qishash dan hudud) dan hukum-hukum lain yang terkait dengan
masalah politik dan pemerintahan.
3. Ittiba Manhaj Al-Basyari (Mengikuti Hukum Produk Manusia)
“Dan
hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang
diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan
berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan
kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika
mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka
ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah
kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya
kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. Apakah hukum Jahiliyah
yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada
(hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?”
(QS Al-Maa-idah 49-50)
Inilah
musibah terbesar yang menimpa umat Islam di hampir seluruh dunia Islam
pada akhir zaman, mereka mengikuti hukum sekuler buatan manusia. Bahkan
di negara yang mayoritas penduduknya umat Islam, mereka tidak berdaya
bahkan menolak terhadap pemberlakuan hukum Islam. Kondisi ini akan tetap
berlangsung sehingga mereka merubah dirinya sendiri, berda’wah dan
membebaskan dari semua pengaruh asing yang menimpa umat Islam.
4. Tidak Memahami Kedudukan Al-Qur’an
“Sesungguhnya
Al Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan
memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal
saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (Al-Israa’:� 9)
Umat
Islam tidak mengetahui dan tidak mendudukkan Al-Qur’an sesuai
fungsinya. Al-Qur’an yang berfungsi sebagai hidayah untuk manusia yang
hidup tetapi banyak diselewengkan, Sebagian umat Islam hanya menggunakan
Al-Qur’an terbatas sebagai bacaan untuk orang meninggal dan dibaca saat
ada orang yang meninggal. Al-Qur’an yang berfungsi sebagai pedoman
hidup hanya ramai di musabaqahkan. Sebagaian yang lain hanya menjadikan
Al-Qur’an sebagai kaligrafi yang menjadi hiasan dinding di masjid-masjid
atau di tempat lainnya. Sebagian yang lain menjadikan Al-Qur’an sebagai
jimat, yang lain hanya menjadi pajangan pelengkap perpustakaan yang
jarang dibaca atau bahkan tidak pernah dibaca.
5. Hajr Al-Qur’an (Meninggalkan Al-Qur’an)
Berkatalah Rasul: “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur’an ini suatu yang tidak diacuhkan”.
Meninggalkan
Al-Qur’an adalah salah satu masalah besar yang menimpa umat Islam. Umat
Islam banyak yang meninggalkan Al-Qur’an, dalam arti tidak memahami,
tidak membaca, tidak mentadaburi, tidak membaca, tidak mengamalkan dan
tidak menjadikan pedoman hidup dalam kehidupan mereka. Umat Islam lebih
asyik dengan televisi, koran, majalah, lagu-lagu, musik dan lainnya.
Jauhnya umat Islam menyebabkan hinanya mereka dalam kehidupan dunia.
Salah satu rahasia kejayaan umat Islam apabila mereka komitmen dengan
Al-Qur’an dan menjadikannya pedoman hidup.
III. PenYikapan terhadap Ahli Agama (Kultus)
Allah
Taala berfirman, ”Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan
rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka
mempertuhankan) Al Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh
menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.”
(At-Taubah: 31)
Inilah sikap Yahudi dan Nasrani terhadap ahli
agama mereka. Dan ternyata banyak dari umat Islam yang mengkultuskan
ulama dan kyai dan menempatkan mereka pada posisi Tuhan yang suci dan
tidak pernah salah.
Terkait dengan surat At-Taubah 31,
diriwayatkan dalam beberapa hadits diantaranya oleh Ahmad, At-Tirmidzi
dan At-Tabrani bahwa Adi bin Hatim yang baru masuk Islam datang kepada
Rasulullah saw. yang masih memakai kalung salib dan Rasulullah saw.
memerintahkan untuk melepaskannya. Kemudian Rasul saw. membacakan ayat
tadi. Adi menyanggahnya, ”Wahai Rasulullah kami tidak menyembahnya”.
Tetapi Rasulullah saw menjawabnya, ”Bukankah mereka mengharamkan yang
dihalalkan Allah dan menghalalkan yang diharamkan Allah?” Betul”, kata
Adi. Rasul saw. meneruskan, ”Itulah ibadah mereka”.
Demikianlah
pendapat mayoritas ulama jika sudah menghalalkan apa yang diharamkan
Allah dan mengharamkan apa yang dihalalkan Allah dan mentaatinya maka
itulah bentuk penyembahan terhadap ahli agama. Dan ini pula yang banyak
menimpa umat Islam, mereka mentaati secar buta apa yang dikatakan ulama
atau kyai padahal bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadits.
IV. PenYikapan terhadap Dunia (Rakus)
Penyakit
utama Yahudi adalah sangat rakus terhadap dunia, baik harta, kekuasaan
maupun wanita sebagaimana direkam dalam Al-Qur’an, Allah Taala
berfirman, “Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling
loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari
orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu
tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya
dari siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan”. (Al-Baqarah
96)
Penyakit ini pula yang menimpa sebagian besar umat Islam
sebagaimana disebutkan dalam hadits wahn. Perlombaan sebagian umat Islam
terhadap dunia telah membuat mereka buta dan tuli sehingga menghalalkan
segala cara. Inilah fenomena yang terjadi di Indonesia dan sebagian
negeri muslim lainnya. Mayoritas penduduknya muslim tetapi menjadi
negera terkorup di dunia, paling banyak hutangnya, paling jorok, paling
rusak dll. Sungguh sangat jauh antara Islam dan realitas umat Islam.
Di
antara dorongan dunia yang paling kuat daya tariknya adalah syahwat
wanita. Dan inilah yang sedang menimpa kita. Fenomena seks bebas,
pornografi merupakan santapan harian bagi sebagian umat Islam. Dan
realitas ini sangat cerdas dimanfaatkan oleh broker seks bebas. Manusia
yang sedang rakus dan lahap terhadap syahwat mendapatkan makanan dan
pemandangan yang sangat cocok bagi mereka. Lebih ironis lagi orang-orang
yang rusak itu dianggap paling berjasa oleh sebagian kyai dan ulama,
karena dapat menghibur manusia Indonesia yang lagi stress. Memang
manusia Indonesia sedang terkena penyakit dan penyakit itu adalah
penyakit hati dan syahwat. Dan mereka memuaskan rasa sakit itu,
sebagaimana narkoba memuaskan orang yang sedang kecanduan narkoba itu.
Rasulullah
saw. bersabda: Dari Abu Said Al-Khudri ra. Nabi saw. bersabda:”
Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau, dan sesungguhnya Allah akan
menguji kalian, maka Allah akan melihat bagaimana kamu memperlakukan
dunia. Hati-hatilah terhadap dunia dan hati-hatilah terhadap wanita,
karena fitnah yang pertama menimpa Bani Israil adalah pada wanita” (HR
Muslim)
V. PenYikapan terhadap Akhirat (Meremehkan)
Allah
SWT. berfirman: Artinya: Dan mereka berkata: “Kami sekali-kali tidak
akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja.”
Katakanlah: “Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah
tidak akan memungkiri janji-Nya ataukah kamu hanya mengatakan terhadap
Allah apa yang tidak kamu ketahui?”. (Bukan demikian), yang benar,
barangsiapa berbuat dosa dan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka
itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya” (QS Al-Baqarah 80-81).
Inilah
sikap mereka yaitu Yahudi terhadap akhirat, lebih khusus lagi terhadap
neraka. Mereka meremehkan siksa api neraka. Dan ternyata penyakit ini
juga banyak menimpa umat Islam. Sebagian umat Islam yang meremehkan
siksa api neraka membuat mereka melalaikan kewajiban Islam, seperti
menegakkan shalat, zakat, puasa, haji, menutup aurat dll. Pada saat yang
sama mereka juga tidak takut berbuat dosa. Inilah fenomena potret umat
Islam.
Umat Islam yang melakukan korupsi, suap, manipulasi, dan
curang dalam kehidupan politik. Umat Islam yang bertransaksi dengan riba
dalam kehidupan ekonomi. Umat Islam yang meramaikan tempat hiburan dan
prostitusi dalam keremangan malam, bahkan siang sekalipun. Umat Islam
yang memenuhi meja-meja judi disetiap pelosok kota dan negeri. Umat
Islam yang banyak menjadi korban narkoba. Umat Islam dan sebagian kaum
muslimat yang buka aurat bahkan telanjang ditonton masyarakat. Dan masih
banyak lagi daftar kejahatan sebagain umat yang mengaku umat Islam. Dan
itulah potret dan realitas umat Islam hari ini.
Dan ketikan umat
Islam terus mengikuti pola hidup Yahudi dan Nashrani dan mengekor pada
kepentingan mereka, maka akan berakibat sangat buruk yaitu murtad dan
jatuh pada jurang kekafiran. Naudzubillahi min dzaalik. Semoga kita
diselamatkan dari bahaya tersebut sebagaimana yang Allah ingatkan kepada
kita semua: “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti
sebahagian dari orang-orang yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan
mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman.” (Ali
Imran: 100)
Sumber : http://www.dakwatuna.com/2006/realita-umat-islam-hari-ini/
Share
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari) <---> Bagi yang membaca ini alangkah baiknya untuk membagikan pada yang lain, Ayo silahkan dishare.... Teruskan ilmu, jangan disimpan sendiri...
Jumat, 23 September 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Ayo bersedekah setiap hari
“Tidak ada satu subuh-pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat.
Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,
sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”
(HR Bukhary 5/270)
Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.
Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.
Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :
1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan
Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :
1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-
2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-
3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-
4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-
5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Terimakasih atas partisipasinya kepada rekan-rekan yang telah berbagi terutama buat mereka yang belum melakukan konfirmasinya, semoga Allah mengganti dengan yang lebih baik dan menjadi amalan yang akan memperberat amal kebaikan di yaumil akhir.
Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,
sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”
(HR Bukhary 5/270)
Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.
Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.
Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :
1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
4. Anak Yatim
5. Buka Puasa
Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
--> Bank BRI Syariah No Rek. 1041682996
--> Bank Muamalat No Rek. 3560009874
--> Bank Mandiri No Rek. 114-00-0594415-5
--> Bank BCA No Rek. 8110330589
Semua atas nama Wagimin.Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan
Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :
1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-
2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-
3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-
4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-
5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.033,-
Penolong Misterius
Ketika senja telah turun mengganti siang dengan malam, seorang laki-laki bergegas mengambil air wudhu. Memenuhi panggilan adzan yang bergaung indah memenuhi angkasa.
"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.
Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.
Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.
"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.
Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.
Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.
Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.
"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.
Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.
"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.
"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.
Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.
"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.
"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.
Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.
Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?
Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.
Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!
"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.
Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.
"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.
"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.
"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.
"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.
"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.
Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.
"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."
"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.
Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.
"Sekarang pulanglah!" kata Ali.
Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.
"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.
Ali tersenyum dan mengangguk.
"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.
"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.
Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.
Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.
Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.
"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"
"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.
Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.
Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.
"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.
Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.
Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.
"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.
Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.
Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.
Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.
"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.
Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.
"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.
"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.
Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.
"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.
"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.
Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.
Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?
Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.
Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!
"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.
Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.
"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.
"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.
"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.
"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.
"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.
Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.
"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."
"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.
Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.
"Sekarang pulanglah!" kata Ali.
Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.
"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.
Ali tersenyum dan mengangguk.
"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.
"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.
Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.
Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.
Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.
"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"
"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.
Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.
Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar