Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Nabi saw. bersabda, “Ketika seorang
hamba berada pada waktu pagi, dua malaikat akan turun kepadanya, lalu
salah satu berkata, ‘Ya Allah, berilah pahala kepada orang yang
menginfakkan hartanya.’ Kemudian malaikat yang satu berkata, ‘Ya Allah,
binasakanlah orang-orang yang bakhil.” (Muttafaq ‘Alaih).
Dari
Abu Umamah r.a., Nabi saw. bersabda, “Wahai anak Adam, seandainya
engkau berikan kelebihan dari hartamu, yang demikian itu lebih baik
bagimu. Dan seandainya engkau kikir, yang demikian itu buruk bagimu.
Menyimpan sekadar untuk keperluan tidaklah dicela, dan dahulukanlah
orang yang menjadi tanggung jawabmu.” (HR. Muslim)
Dari Abu
Hurairah r.a., ia berkata bahwa seseorang telah bertanya kepada Nabi
saw., “Ya Rasulullah, sedekah yang bagaimanakah yang paling besar
pahalanya?” Rasulullah saw. bersabda, “Bersedekah pada waktu sehat,
takut miskin, dan sedang berangan-angan menjadi orang yang kaya.
Janganlah kamu memperlambatnya sehingga maut tiba, lalu kamu berkata,
‘Harta untuk Si Fulan sekian, dan untuk Si Fulan sekian, padahal harta
itu telah menjadi milik Si Fulan (ahli waris).” (HR. Bukhari - Muslim)
Dari
Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw. bersabda, “Sedekah itu tidak akan
mengurangi harta. Allah swt. akan menambah kemuliaan kepada hamba-Nya
yang pemaaf. Dan bagi hamba yang tawadhu’ karena Allah swt., Allah swt.
akan mengangkat (derajatnya). (HR. Muslim)
Abu
Hurairah r.a. berkata bahwa Nabi saw. bersabda, “Ketika seseorang
sedang berada di padang pasir, tiba-tiba ia mendengar suara dari awan,
‘Curahkanlah ke kebun Fulan.’ Maka bergeraklah awan itu, kemudian turun
sebagai hujan di suatu tanah yang keras berbatuan. Lalu, salah satu
tumpukan dari tumpukan bebatuan tersebut menampung seluruh air yang baru
saja turun, sehingga air mengalir ke suatu arah. Ternyata, air itu
mengalir di sebuah tempat di mana seorang laki-laki berdiri di tengah
kebun miliknya sedang meratakan air dengan cangkulnya. Lalu orang
tersebut bertanya kepada pemilik kebun, “Wahai hamba Allah, siapakah
namamu?” Ia menyebutkan sebuah nama yang pernah didengar oleh orang yang
bertanya tersebut dari balik mendung. Kemudian pemilik kebun itu balik
bertanya kepadanya, “Mengapa engkau menanyakan nama saya?” Orang itu
berkata, “Saya telah mendengar suara dari balik awan, ‘Siramilah tanah
Si Fulan,’ dan saya mendengar namamu disebut. Apakah sebenarnya amalanmu
(sehingga mencapai derajat seperti itu)?” Pemilik kebun itu berkata,
“Karena engkau telah menceritakannya, saya pun terpaksa menerangkan
bahwa dari hasil (kebun ini), sepertiga bagian langsung saya sedekahkan
di jalan Allah swt., sepertiga bagian lainnya saya gunakan untuk
keperluan saya dan keluarga saya, dan sepertiga bagian lainnya saya
pergunakan untuk keperluan kebun ini.” (HR. Muslim).
Dari Abu
Hurairah r.a., Nabi saw. bersabda, “Seorang wanita pezina telah
diampuni dosanya karena ketika dalam perjalanan, ia melewati seekor
anjing yang menengadahkan kepalanya sambil menjulurkan lidahnya hampir
mati karena kehausan. Maka, wanita tersebut menanggalkan sepatu
kulitnya, lalu mengikatkannya dengan kain kudungnya, kemudian anjing
tersebut diberi minum olehnya. Maka dengan perbuatannya tersebut, ia
telah diampuni dosanya.” Seseorang bertanya, “Adakah pahala bagi kita
dengan berbuat baik kepada binatang?” Beliau saw. menjawab, “Berbuat
baik kepada setiap yang mempunyai hati (nyawa) terdapat pahala.”
(Muttafaq ‘alaih)
Bersodaqoh pahalanya sepuluh, memberi hutang
(tanpa bunga) pahalanya delapan belas, menghubungkan diri dengan
kawan-kawan pahalanya dua puluh dan silaturrahmi (dengan keluarga)
pahalanya dua puluh empat. (HR. Al Hakim)
Dari Uqbah bin Harits
r.a., ia berkata, “Saya pernah shalat Ashar di belakang Nabi saw., di
Madinah Munawwarah. Setelah salam, beliau berdiri dan berjalan dengan
cepat melewati bahu orang-orang, kemudian beliau masuk ke kamar salah
seorang istri beliau, sehingga orang-orang terkejut melihat perilaku
beliau saw. Ketika Rasulullah saw. keluar, beliau merasakan bahwa
orang-orang merasa heran atas perilakunya, lalu beliau bersabda, ‘Aku
teringat sekeping emas yang tertinggal di rumahku. Aku tidak suka kalau
ajalku tiba nanti, emas tersebut masih ada padaku sehingga menjadi
penghalang bagiku ketika aku ditanya pada hari Hisab nanti. Oleh karena
itu, aku memerintahkan agar emas itu segera dibagi-bagikan.”
(HR.Bukhari).
Allah Tabaraka wata’ala berfirman (di dalam hadits
Qudsi): “Hai anak Adam, infaklah (nafkahkanlah hartamu), niscaya Aku
memberikan nafkah kepadamu.” (HR. Muslim)
Orang yang
mengusahakan bantuan (pertolongan) bagi janda dan orang miskin ibarat
berjihad di jalan Allah dan ibarat orang shalat malam. Ia tidak merasa
lelah dan ia juga ibarat orang berpuasa yang tidak pernah berbuka. (HR.
Bukhari)
Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah Saw,
“Sodaqoh yang bagaimana yang paling besar pahalanya?” Nabi Saw
menjawab, “Saat kamu bersodaqoh hendaklah kamu sehat dan dalam kondisi
pelit (mengekang) dan saat kamu takut melarat tetapi mengharap kaya.
Jangan ditunda sehingga rohmu di tenggorokan baru kamu berkata untuk
Fulan sekian dan untuk Fulan sekian.” (HR. Bukhari)
Barangsiapa
ingin doanya terkabul dan dibebaskan dari kesulitannya hendaklah dia
mengatasi (menyelesaikan) kesulitan orang lain. (HR. Ahmad)
Jauhkan dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan (sodaqoh) sebutir kurma. (Mutafaq’alaih)
Bentengilah
hartamu dengan zakat, obati orang-orang sakit (dari kalanganmu) dengan
bersodaqoh dan persiapkan doa untuk menghadapi datangnya bencana. (HR.
Ath-Thabrani)
Tiada seorang bersodaqoh dengan baik kecuali Allah memelihara kelangsungan warisannya. (HR. Ahmad)
Apabila
anak Adam wafat putuslah amalnya kecuali tiga hal yaitu sodaqoh
jariyah, pengajaran dan penyebaran ilmu yang dimanfaatkannya untuk orang
lain, dan anak (baik laki-laki maupun perempuan) yang mendoakannya.
(HR. Muslim)
Tiap muslim wajib bersodaqoh. Para sahabat bertanya,
“Bagaimana kalau dia tidak memiliki sesuatu?” Nabi Saw menjawab,
“Bekerja dengan ketrampilan tangannya untuk kemanfaatan bagi dirinya
lalu bersodaqoh.” Mereka bertanya lagi. Bagaimana kalau dia tidak
mampu?” Nabi menjawab: “Menolong orang yang membutuhkan yang sedang
teraniaya” Mereka bertanya: “Bagaimana kalau dia tidak melakukannya?”
Nabi menjawab: “Menyuruh berbuat ma’ruf.” Mereka bertanya: “Bagaimana
kalau dia tidak melakukannya?” Nabi Saw menjawab, “Mencegah diri dari
berbuat kejahatan itulah sodaqoh.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sodaqoh paling afdhol ialah yang diberikan kepada keluarga dekat yang bersikap memusuhi. (HR. Ath-Thabrani dan Abu Dawud)
Barangsiapa
diberi Allah harta dan tidak menunaikan zakatnya kelak pada hari
kiamat dia akan dibayang-bayangi dengan seekor ular bermata satu di
tengah dan punya dua lidah yang melilitnya. Ular itu mencengkeram kedua
rahangnya seraya berkata, “Aku hartamu, aku pusaka simpananmu.”
Kemudian nabi Saw membaca firman Allah surat Ali Imran ayat 180: “Dan
janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada
mereka dari karuniaNya menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi
mereka. Sebenarnya kebakhilan itu buruk bagi mereka. Harta yang mereka
bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan
kepunyaan Allah lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi.”
(HR. Bukhari)
Satu dirham memacu dan mendahului seratus ribu
dirham. Para sahabat bertanya, “Bagaimana itu?” Nabi Saw menjawab,
“Seorang memiliki (hanya) dua dirham. Dia mengambil satu dirham dan
bersodaqoh dengannya, dan seorang lagi memiliki harta-benda yang
banyak, dia mengambil seratus ribu dirham untuk disodaqohkannya. (HR.
An-Nasaa’i)
Tidak ada iri hati kecuali terhadap dua perkara,
yakni seorang yang diberi Allah harta lalu dia belanjakan pada sasaran
yang benar, dan seorang diberi Allah ilmu dan kebijaksaan lalu dia
melaksanakan dan mengajarkannya. (HR. Bukhari)
Allah
mengkhususkan pemberian kenikmatanNya kepada kaum-kaum tertentu untuk
kemaslahatan umat manusia. Apabila mereka membelanjakannya
(menggunakannya) untuk kepentingan manusia maka Allah akan
melestarikannya namun bila tidak, maka Allah akan mencabut kenikmatan
itu dan menyerahkannya kepada orang lain. (HR. Ath-Thabrani dan Abu
Dawud)
Abu Dzar Ra berkata bahwa beberapa sahabat Rasulullah Saw
berkata, “Ya Rasulullah, orang-orang yang banyak hartanya memperoleh
lebih banyak pahala. Mereka shalat sebagaimana kami shalat dan berpuasa
sebagaimana kami berpuasa dan mereka bisa bersedekah dengan kelebihan
harta mereka.” Nabi Saw lalu berkata, “Bukankah Allah telah memberimu
apa yang dapat kamu sedekahkan? Tiap-tiap ucapan tasbih adalah sodaqoh,
takbir sodaqoh, tahmid sodaqoh, tahlil sodaqoh, amar makruf sodaqoh,
nahi mungkar sodaqoh, bersenggama dengan isteri pun sodaqoh.” Para
sahabat lalu bertanya, “Apakah melampiaskan syahwat mendapat pahala?”
Nabi menjawab, “Tidakkah kamu mengerti bahwa kalau dilampiaskannya di
tempat yang haram bukankah itu berdosa? Begitu pula kalau syahwat
diletakkan di tempat halal, maka dia memperoleh pahala. (HR. Muslim)
Tiap-tiap
amalan makruf (kebajikan) adalah sodaqoh. Sesungguhnya di antara
amalan makruf ialah berjumpa kawan dengan wajah ceria (senyum) dan
mengurangi isi embermu untuk diisikan ke mangkuk kawanmu. (HR. Ahmad)
Abu
Hurairah r.a. berkata bahwa sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda,
“Seorang laki-laki dari Bani Israil telah berkata, ‘Saya akan
bersedekah.’ Maka pada malam hari ia keluar untuk bersedekah. Dan ia a
telah menyedekahkannya (tanpa sepengetahuannya) ke tangan seorang
pencuri. Pada keesokan harinya, orang-orang membicarakan peristiwa itu,
yakni ada seseorang yang menyedekahkan hartanya kepada seorang pencuri.
Maka orang yang bersedekah itu berkata, “Ya Allah, segala puji
bagi-Mu, sedekah saya telah jatuh ke tangan seorang pencuri.” Kemudian
ia berkeinginan untuk bersedekah sekali lagi. Kemudian ia bersedekah
secara diam-diam, dan ternyata sedekahnya jatuh ke tangan seorang
wanita (ia beranggapan bahwa seorang wanita tidaklah mungkin menjadi
seorang pencuri). Pada keesokan paginya, orang-orang kembali
membicarakan peristiwa semalam, bahwa ada seseorang yang bersedekah
kepada seorang pelacur. Orang yang memberi sedekah tersebut berkata,
“Ya Allah, segala puji bagi-Mu, sedekah saya telah sampai ke tangan
seorang pezina.” Pada malam ketiga, ia keluar untuk bersedekah secara
diam-diam, akan tetapi sedekahnya sampai ke tangan orang kaya. Pada
keesokan paginya, orang-orang berkata bahwa seseorang telah bersedekah
kepada seorang kaya. Orang yang telah memberi sedekah itu berkata, “Ya
Allah, bagi-Mu segala puji. Sedekah saya telah sampai kepada seorang
pencuri, pezina, dan orang kaya.” Pada malam berikutnya, ia bermimpi
bahwa sedekahnya telah dikabulkan oleh Allah swt. Dalam mimpinya, ia
telah diberitahu bahwa wanita yang menerima sedekahnya tersebut adalah
seorang pelacur, dan ia melakukan perbuatan yang keji karena
kemiskinannya. Akan tetapi, setelah menerima sedekah tersebut, ia
berhenti dari perbuatan dosanya. Orang yang kedua adalah orang yang
mencuri karena kemiskinannya. Setelah menerima sedekah tersebut,
pencuri tersebut berhenti dari perbuatan dosanya. Orang yang ketiga
adalah orang yang kaya, tetapi ia tidak pernah bersedekah. Dengan
menerima sedekah tersebut, ia telah mendapat pelajaran dan telah timbul
perasaan di dalam hatinya bahwa dirinya lebih kaya daripada orang yang
memberikan sedekah tersebut. Ia berniat ingin memberikan sedekah lebih
banyak dari sedekah yang baru saja ia terima. Kemudian, orang kaya itu
mendapat taufik untuk bersedekah.” (Kanzul-‘Ummâl)
sumber: Hadits Nabi SAW tentang sedekah
Share
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari) <---> Bagi yang membaca ini alangkah baiknya untuk membagikan pada yang lain, Ayo silahkan dishare.... Teruskan ilmu, jangan disimpan sendiri...
Rabu, 21 September 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Ayo bersedekah setiap hari
“Tidak ada satu subuh-pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat.
Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,
sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”
(HR Bukhary 5/270)
Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.
Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.
Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :
1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan
Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :
1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-
2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-
3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-
4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-
5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Terimakasih atas partisipasinya kepada rekan-rekan yang telah berbagi terutama buat mereka yang belum melakukan konfirmasinya, semoga Allah mengganti dengan yang lebih baik dan menjadi amalan yang akan memperberat amal kebaikan di yaumil akhir.
Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,
sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”
(HR Bukhary 5/270)
Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.
Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.
Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :
1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
4. Anak Yatim
5. Buka Puasa
Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
--> Bank BRI Syariah No Rek. 1041682996
--> Bank Muamalat No Rek. 3560009874
--> Bank Mandiri No Rek. 114-00-0594415-5
--> Bank BCA No Rek. 8110330589
Semua atas nama Wagimin.Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan
Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :
1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-
2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-
3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-
4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-
5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.033,-
Penolong Misterius
Ketika senja telah turun mengganti siang dengan malam, seorang laki-laki bergegas mengambil air wudhu. Memenuhi panggilan adzan yang bergaung indah memenuhi angkasa.
"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.
Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.
Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.
"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.
Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.
Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.
Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.
"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.
Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.
"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.
"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.
Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.
"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.
"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.
Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.
Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?
Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.
Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!
"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.
Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.
"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.
"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.
"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.
"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.
"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.
Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.
"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."
"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.
Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.
"Sekarang pulanglah!" kata Ali.
Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.
"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.
Ali tersenyum dan mengangguk.
"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.
"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.
Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.
Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.
Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.
"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"
"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.
Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.
Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.
"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.
Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.
Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.
"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.
Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.
Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.
Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.
"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.
Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.
"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.
"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.
Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.
"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.
"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.
Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.
Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?
Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.
Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!
"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.
Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.
"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.
"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.
"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.
"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.
"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.
Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.
"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."
"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.
Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.
"Sekarang pulanglah!" kata Ali.
Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.
"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.
Ali tersenyum dan mengangguk.
"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.
"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.
Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.
Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.
Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.
"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"
"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.
Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.
Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar