Oleh: Syarifuddin Mustafa, MA
dakwatuna.com – Dalam Hadits Rasulullah saw bersabda, “Setiap
pekerjaan yang baik, jika tidak dimulai dengan “Bismillah” (menyebut
nama Allah) maka (pekerjaan tersebut) akan terputus (dari keberkahan
Allah)”.
Dalam keseharian kita tentunya
selalu melakukan kegiatan dan aktivitas, tanpa kegiatan dan aktivitas
kehidupan kita akan hampa, hambar dan tidak produktif. Kegiatan tersebut
bisa dilakukan dimana saja, di rumah, di kantor, di jalan, di warung,
di pasar, di sekolah dan ditempat-tempat lainnya. Dan –bagi orang
beriman- kegiatan atau aktivitas adalah sarana menebar kebajikan, baik
kata maupun perbuatan selalu memberikan kebaikan pada dirinya dan orang
lain. Bukankah Rasulullah saw mengumpamakan jati diri seorang muslim
seperti seekor lebah. Makanan yang dimakan adalah baik dan yang
dikeluarkan pun baik, lebah hinggap atau tinggal tidak pernah merusak
yang lainnya.
Namun kadangkala kebanyakan dari kita
tidak sadar memulai segala aktivitas atau kegiatan tanpa mengucapkan
membaca kalimat bismillah, padahal diterima atau tidak amal perbuatan
seseorang bergantung pada kalimat tersebut.
Ketika bangun tidur sudahkah kita mengucapkan alhamdulillah dan memulai aktivitas hari itu dengan bismillah?
Ketika akan mandi, berpakaian, sarapan pagi sudahkah kita memulainya dengan bismillah?
Ketika akan berangkat ke kantor, keluar dari rumah, naik kendaraan sudahkah kita memulainya dengan bismillah?
Ketika
di kantor, sudahkah ketika kita masuk ruangan kantor, menyalakan
komputer, membuka berkas atau file, membuka rapat, menulis, membaca
memulainya dengan bismillah?
Begitu banyak lagi aktivitas yang kita lakukan dalam keseharian kita, namun sudahkan kita memulainya dengan bismillah??
Kadang
kita menganggap hal tersebut adalah sepele, padahal di sisi Allah
merupakan kebaikan yang bernilai besar, diberkahi atau tidaknya
perbuatan dan aktivitas seseorang tergantung pada saat memulainya.
Sebenarnya
apa sih keistimewaan dari bismillah sehingga Allah dan Rasul-Nya
mensyariatkan kepada kita untuk memulai segala aktivitas, perbuatan dan
kegiatan dengan membaca bismillah?
Sebagian ulama
salaf mengatakan bahwa “bismillah merupakan inti kandungan ajaran Islam”
karena di situ ada unsur keyakinan terhadap Allah yang telah memberikan
kekuatan sehingga seseorang dapat melakukan aktivitas yang diinginkan,
pangakuan akan ketidakberdayaan seseorang di hadapan Allah Taala. “La
haula wala quwwata illa billah (Tiada daya dan upaya kecuali atas izin
Allah). Apalagi kalau bacaannya kita sempurnakan dengan kata
bismillahirrahmanirrahim maka kita telah meyakini akan kebesaran Allah
yang telah memberikan nikmat dan karunia, kasih sayang dan rahimnya
kepada seluruh makhluk-Nya.
Jika kita runut secara
bahasa, maka akan kita dapatkan keagungan kalimat
bismillahirrahmanirrahim. kata Bismillah misalnya merupakan tiga
rangkaian kata yang mengandung arti yang agung yaitu Ba (bi), Ism, dan
Allah.
1. Huruf ba yang dibaca bi di sini mengandung dua arti:
Pertama:
huruf bi yang diterjemahkan dengan kata “dengan” menyimpan satu kata
yang tidak terucapkan tetapi harus terlintas dalam benak ketika
mengucapkan basmalah, yaitu memulai. Sehingga bismillah berarti “saya
atau kami memulai dengan nama Allah”. Dengan demikian kalimat tersebut
menjadi semacam doa atau pernyataan dari pengucap. Atau dapat juga
diartikan sebagai perintah dari Allah (walaupun kalimat tersebut tidak
berbentuk perintah), “Mulailah dengan nama Allah!”.
Kedua:
huruf bi yang diterjemahkan dengan kata “dengan” itu, dikaitkan dalam
benak dengan kata “kekuasaan dan pertolongan”. Pengucap basmalah
seakan-akan berkata, “dengan kekuasaan Allah dan pertolongan-Nya,
pekerjaan yang sedang saya lakukan ini dapat terlaksana”. Pengucapnya
seharusnya sadar bahwa tanpa kekuasaan Allah dan pertolongan-Nya, apa
yang sedang dikerjakannya itu tidak akan berhasil. Ia menyadari
kelemahan dan keterbatasan dirinya tetapi pada saat yang sama –setelah
menghayati arti basmalah ini – ia memiliki kekuatan dan rasa percaya
diri karena ketika itu dia telah menyandarkan dirinya dan bermohon
bantuan Allah Yang Maha Kuasa itu.
2. Kata Ism setelah
huruf bi terambil dari kata as-sumuw yang berarti tinggi dan mulia atau
dari kata as-simah yang berarti yang berarti tanda. Kata ini biasa
diterjemahkan dengan nama. Nama disebut ism, karena ia seharusnya
dijunjung tinggi atau karena ia menjadi tanda bagi sesuatu.
Syaikh
Al-Maraghi dalam tafsirnya menjelaskan dengan penyebutan nama di sini
berarti dirinya memulai pekerjaan dengan nama Allah dan atas perintahnya
bukan atas dorongan hawa nafsu belaka.
Penyebutan
nama Allah diharapkan pekerjaan itu menjadi kekal disisi Allah. Di sini
bukannya Allah yang nama-Nya disebut itu yang kita harapkan menjadi
kekal karena Dia justru Maha Kekal. Namun yang kita harapkan adalah agar
pekerjaan yang kita lakukan itu serta ganjarannya menjadi kekal sampai
hari kemudian. Banyak pekerjaan yang dilakukan seseorang tetapi tidak
mempunyai bekas apa-apa terhadap dirinya atau masyarakatnya, apalagi
berbekas dan ditemui ganjarannya di hari kemudian. Demikianlah Allah
mentamsilkan perbuatan orang-orang yang kafir yang tidak dibarengi
dengan keikhlasan kepada Allah, “Dan Kami hadapi hasil-hasil karya
mereka (yang baik-baik itu), kemudian Kami jadikan ia (bagaikan) debu
yang beterbangan (sia-sia belaka). (QS 25: 23)
3. kata
Allah, berakar dari kata walaha yang berarti mengherankan atau
menakjubkan. Jadi Tuhan dinamai Allah karena segala perbuatan-Nya
menakjubkan dan mengherankan. Karena itu terdapat petunjuk yang
menyatakan, “Berfikirlah tentang makhluk-makhluk Allah dan jangan
berfikir tentang Dzat-Nya”.
Sementara itu sebagian
ulama mengungkapkan bahwa kata Allah terambil dari kata aliha – ya’lahu
yang berarti menuju dan bermohon. Tuhan dinamai Allah karena seluruh
makhluk menuju serta bermohon kepada-Nya dalam memenuhi kebutuhan
mereka, atau juga berarti menyembah dan mengabdi, sehingga lafazh Allah
berarti “Zat yang berhak disembah dan kepada-Nya tertuju segala
pengabdian”.
Syaikh Mutawalli Sya’rawi, seorang guru
besar pada universitas Al-Azhar, ulama kontemporer dan pakar bahasa
menyebutkan dalam tafsirnya tentang keistimewaan lafadz Allah ; “Lafadz
Allah selalu ada dalam diri manusia, walaupun ia mengingkari wujud-Nya
dengan ucapan atau perbuatannya. Kata ini selalu menunjuk kepada Dia
yang diharapkan bantuan-Nya itu. Perhaitkanlah kata Allah. Bila huruf
pertamanya dihapus, maka ia akan terbaca Lillah yang artinya
“demi/karena Allah”. Bila satu huruf berikutnya dihapus, akan terbaca
lahu, yang artinya untuk-Nya. Bila huruf berikutnya dihapus, maka ia
akan tertulis huruf ha yang dapat dibaca hu (huwa) yang artinya Dia”.
Apabila
anda berkata Allah maka akan terlintas atau seyogianya terlintas dalam
benak Anda segala sifat kesempurnaan. Dia Mahakuat, mahabijaksana,
Mahakaya, Maha Berkreasi, Mahaindah, Mahasuci dan sebagainya. Seseorang
yang mempercayai Tuhan, pasti meyakini bahwa Tuhannya Mahasempurna dalam
segala hal, serta Mahasuci dari segala kekurangan.
Sifat-sifat
Tuhan yang diperkenalkan cukup banyak. Dalam salah satu hadits
dikatakan bahwa sifat (nama-nama) Tuhan berjumlah sembilan puluh
sembilan nama (sifat).
Demikian banyak sifat (nama) Tuhan, namun yang
terpilih dalam basmalah hanya dua sifat, yaitu Ar-Rahman dan Ar-Rahim
yang keduanya terambil dari akar kata yang sama. Agaknya sifat ini
dipilih, karena sifat itulah yang paling dominan. Dalam hal ini Allah
dalam Al-Quran menegaskan “Rahmat-Ku mencakup segala sesuatu”. (QS 7:
156). Sebuah hadits Qudsi menyebutkan bahwa rahmat Allah mengalahkan
amarah-Nya.
Kedua kata tersebut, Ar-Rahman dan
Ar-Rahim, berakar dari kata Rahm yang juga telah masuk dalam
perbendaharaan bahasa Indonesia, yang berarti peranakan atau kandungan.
Apabila disebut kata Rahim, maka yang terlintas di dalam benak adalah
ibu dan anak, dan ketika dapat terbayang betapa besar kasih sayang yang
dicurahkan sang ibu kepada anaknya. Tetapi, jangan disimpulkan bahwa
sifat Rahmat Tuhan sepadan dengan sifat rahmat ibu.
Abu
Hurairah meriwayatkan sabda Rasulullah saw yang mendekatkan gambaran
besarnya rahmat Tuhan: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, “Allah SWT
menjadikan rahmat itu seratus bagian, disimpan di sisi-Nya sembilan
puluh sembilan dan diturunkan-Nya ke bumi itu satu bagian. Satu bagian
inilah yang dibagi pada seluruh makhluk. (begitu ratanya sampai-sampai
satu bagian yang dibagikan itu diperoleh pula oleh) seekor binatang yang
mengangkat kakinya karena dorongan kasih saying, khawatir jangan sampai
menginjak anaknya”. (HR. Muslim)
Dalam ungkapan
lainnya disebutkan bahwa kata Rahman adalah merupakan sifat kasih sayang
Allah kepada seluruh makhluk-Nya yang diberikan di dunia, baik manusia
beriman atau kafir, binatang dan tumbuh-tumbuhan serta makhluk lainnya.
Bukankah kita –dengan kasih sayang-Nya- telah diberikan kehidupan,
diberikan kemudahan menghirup udara, kemudahan berjalan, berlari dan
melakukan segala aktivitasnya, walaupun sangat sedikit dari kita mau
merenungkan apalagi mensyukuri segala nikmat tersebut? Allah senantiasa
memberikan kasih sayang-Nya kepada manusia sekalipun mereka ingkar
kepada-Nya.
Sementara itu kara Rahim diberikan secara
khusus oleh Allah kelak nanti dialam akhirat yaitu hanya bagi mereka
yang beriman dan mensyukuri segala kenikmatan yang telah dianugrahkan
kepada mereka. Kasih sayang-Nya secara khusus diberikan kepada
hamba-hamba-Nya yang mengabdikan dirinya kepada Allah dan yakin bahwa
semua kenikmatan adalah bersumber dari Allah. Bahkan yakin bahwa segala
amal ibadahnya, perbuatan baiknya tidak akan menjamin akan dirinya masuk
ke surga-Nya kecuali karena Rahmat-Nya.
Suatu kali
Rasulullah saw berpesan kepada para sahabatnya, “Bersegeralah kalian
berbuat baik dan perkuatlah hubungan kepada Allah. Dan ketahuilah bahwa
amal kalian tidak menjamin kalian masuk surga. Sambil terheran para
sahabat bertanya, “Termasuk Engkau wahai Rasulullah”? Rasulullah saw
menjawab, “Betul, termasuk saya..kecuali jika Allah menganugrahkan
rahmat-Nya dan karunia-Nya kepadaku”. Wallahu a’lam.
Sumber : http://www.dakwatuna.com/2007/keagungan-bismillah/
Share
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari) <---> Bagi yang membaca ini alangkah baiknya untuk membagikan pada yang lain, Ayo silahkan dishare.... Teruskan ilmu, jangan disimpan sendiri...
Kamis, 22 September 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Ayo bersedekah setiap hari
“Tidak ada satu subuh-pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat.
Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,
sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”
(HR Bukhary 5/270)
Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.
Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.
Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :
1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan
Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :
1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-
2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-
3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-
4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-
5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Terimakasih atas partisipasinya kepada rekan-rekan yang telah berbagi terutama buat mereka yang belum melakukan konfirmasinya, semoga Allah mengganti dengan yang lebih baik dan menjadi amalan yang akan memperberat amal kebaikan di yaumil akhir.
Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,
sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”
(HR Bukhary 5/270)
Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.
Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.
Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :
1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
4. Anak Yatim
5. Buka Puasa
Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
--> Bank BRI Syariah No Rek. 1041682996
--> Bank Muamalat No Rek. 3560009874
--> Bank Mandiri No Rek. 114-00-0594415-5
--> Bank BCA No Rek. 8110330589
Semua atas nama Wagimin.Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan
Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :
1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-
2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-
3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-
4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-
5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.033,-
Penolong Misterius
Ketika senja telah turun mengganti siang dengan malam, seorang laki-laki bergegas mengambil air wudhu. Memenuhi panggilan adzan yang bergaung indah memenuhi angkasa.
"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.
Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.
Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.
"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.
Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.
Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.
Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.
"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.
Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.
"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.
"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.
Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.
"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.
"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.
Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.
Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?
Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.
Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!
"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.
Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.
"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.
"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.
"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.
"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.
"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.
Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.
"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."
"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.
Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.
"Sekarang pulanglah!" kata Ali.
Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.
"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.
Ali tersenyum dan mengangguk.
"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.
"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.
Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.
Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.
Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.
"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"
"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.
Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.
Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.
"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.
Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.
Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.
"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.
Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.
Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.
Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.
"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.
Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.
"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.
"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.
Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.
"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.
"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.
Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.
Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?
Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.
Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!
"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.
Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.
"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.
"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.
"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.
"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.
"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.
Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.
"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."
"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.
Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.
"Sekarang pulanglah!" kata Ali.
Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.
"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.
Ali tersenyum dan mengangguk.
"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.
"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.
Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.
Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.
Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.
"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"
"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.
Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.
Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar