Oleh: Tim dakwatuna.com
Dari
Huzhaifah bin Al-Yaman berkata, “Manusia biasa bertanya pada Rasulullah
saw. tentang kebaikan, sedang aku bertanya kepada beliau tentang
kejahatan, karena khawatir akan mengenaiku.” Saya berkata, “Wahai
Rasulullah, kami dahulu di masa Jahiliyah dan penuh kejahatan, kemudian
Allah mendatangkan kebaikan ini (Islam). Apakah setelah kebaikan ini ada
lagi keburukan?” Rasul saw. menjawab, ”Ya.” “Apakah setelah keburukan
itu ada kebaikan?” Rasul saw. menjawab, ”Ya, tetapi ada polusinya.” “Apa
polusinya?” Rasul saw. menjawab, ”Kaum yang mengambil hidayah dengan
hidayah yang bukan dariku, engkau kenali dan engkau ingkari.” Saya
berkata, ”Apakah setelah kebaikan itu ada keburukan?” Rasul saw.
menjawab, ”Ya, tetapi ada para penyeru ke neraka jahanam; barangsiapa
yang menyambut mereka ke neraka, maka mereka melamparkannya ke dalam
neraka.” Saya berkata, ”Ya Rasulullah, terangkan ciri mereka pada kami?”
Rasul saw. menjawab, ”(Kulit) mereka sama dengan kulit kita, berbicara
sesuai bahasa kita.” Saya berkata, ”Apa yang engkau perintahkan padaku
jika aku menjumpai hal itu?” Rasul saw. bersabda, ”Komitmen dengan
jamaah muslimin dan imamnya.” Saya berkata, ”Jika tidak ada pada mereka
jamaah dan imam?” Rasul saw. menjawab, ”Tinggalkan semua firqah itu,
walaupun engkau harus menggigit akar pohon sampai menjumpai kematian dan
engkau tetap dalam kondisi tersebut.” (Bukhari dan Muslim)
Hadits
ini menceritakan satu informasi kenabian yang mutlak kebenarannya.
Apalagi hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, dua
imam hadits yang disepakati keshahihan haditsnya oleh para ulama. Dan
hadits ini dikeluarkan oleh Huzhaifah bin Yaman ra. seorang sahabat
Rasul shalallahu ‘alaihi wa sallam yang sangat pakar di bidang fitnah
dan masa depan. Pertanyaan yang dikemukakan Huzhaifah terasa aneh, kalau
sahabat lain bertanya tentang kebaikan, justru ia bertanya tentang
keburukan, agar dapat diantisipasi oleh dirinya dan umat Islam.
Huzhaifah paling tahu masalah-masalah rahasia, tidak salah kalau ia
disebut inteljen Rasulullah saw. Umar bin Khattab ra. ketika ingin
mengetahui orang-orang munafik bertanya pada Huzhaifah bin Yaman. Bahkan
Umar sendiri –karena begitu besar rasa takutnya– bertanya apakah ada
sifat kemunafikan pada dirinya, yang kemudian di jawab Huzhaifah, tidak
ada.
Hadits ini menceritakan betapa nanti akan terjadi distorsi
pengamalan umat Islam terhadap ajaran Islam. Sehingga Islam diliputi
polusi atau syubhat yang mengkaburkan kebenaran ajaran Islam. Pada saat
itulah muncul fitnah dan banyak orang-orang yang menyeru ke pintu neraka
Jahanam (Du’at ilaa abwaabi Jahnnam).
Dakwah yang paling gencar
yang dilakukan para penyeru ke jahanam adalah mengajak manusia agar
tidak melibatkan Islam dalam kehidupan mereka. Pada sisi yang lain
mereka juga menyeru untuk menghalalkan segala cara dalam aktivitas
kehidupannya. Dari sisi pemikiran yang banyak diseru oleh para penyeru
ke neraka jahanam adalah kesesatan, penyimpangan, dan syubhat yang
dimasukkan atas nama ajaran Islam. Sehingga muncullah aliran sesat dan
gerakan kemurtadan yang mengatasnamakan Islam, dan umat Islam banyak
yang tertipu dengan ajakan mereka.
KARAKTERISTIK PARA PENYERU KE NERAKA JAHANNAM
1. Memiliki Warna Kulit dan Bahasa yang Sama dengan Mayoritas Rakyat.
Para
penyeru tersebut ternyata para pemimpin atau tokoh masyarakat atau
tokoh politik atau tokoh agama yang diikuti oleh banyak masa sebagaimana
disebutkan dalam riwayat lain oleh imam Muslim, yaitu: “Pemimpin yang
tidak mengambil hidayah Rasul dan juga tidak mengikuti sunnahnya.”
Ungkapan yang sama juga disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Qashash:
41-42, “Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia)
ke neraka dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong. Dan Kami
ikutkanlah laknat kepada mereka di dunia ini; dan pada hari kiamat
mereka termasuk orang-orang yang dijauhkan (dari rahmat Allah).”
Mereka
muncul dari kelompok Islam dan memimpin umat Islam. Kulit dan bahasanya
sama dengan mayoritas umat Islam. Merekalah kelompok yang paling bahaya
bagi umat Islam karena mereka menggunakan istilah-istilah Islam yang
dapat menyesatkan umat Islam, mereka juga sangat membahayakan karena
lahir dari kelompok Islam dan memiliki pengikut yang banyak dari umat
Islam.
2. Mengajak Manusia ke Neraka Jahannam
Ungkapan-ungkapan
mereka mengandung kekufuran dan kefasikan, dan mereka menyangka itu
benar. Ungkapan kufur itu dibungkus ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits.
Sementara masyarakat awam banyak yang mengikuti pemimpin tersebut karena
kebodohannya. Ungkapannya ibarat sabda, perbuatannya selalu dianggap
benar. Pemimpin tersebut mengajak rakyatnya untuk masuk ke neraka
Jahanam (sadar atau tidak sadar) dengan berbagai macam cara. Maka mereka
adalah pemimpin yang sesat dan menyesatkan.
Adapun cara-cara yang digunakan manusia untuk menyesatkan mereka dan mengajak ke neraka antara lain:
a.
Memimpin rakyatnya ke jalan setan yang mengantarkan ke neraka. “Ia
berjalan di muka kaumnya di hari kiamat lalu memasukkan mereka ke dalam
neraka. Neraka itu seburuk-buruk tempat yang didatangi.” (QS. Hud: 98)
b.
Mengunakan sarana media massa. “(ucapan mereka) menyebabkan mereka
memikul dosa-dosanya dengan sepenuh-penuhnya pada hari kiamat, dan
sebagian dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui
sedikitpun (bahwa mereka disesatkan). Ingatlah, amat buruklah dosa yang
mereka pikul itu.” (QS An-Nahl: 25)
“Mereka ingin memadamkan
cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru)
menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya.” (QS.
As-Shaaf: 8 ).
c. Menggunakan sarana musik dan nyanyian. “Dan di
antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak
berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan
dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. mereka itu akan memperoleh
azab yang menghinakan.” (QS. Luqmaan: 6)
d. Mengubah nikmat Allah
dengan kekufuran. “Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah
menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah
kebinasaan? Yaitu, neraka Jahanam; mereka masuk ke dalamnya; dan itulah
seburuk-buruk tempat kediaman.”
Dalam upayanya untuk menyesatkan
manusia para pemimpin itu menggunakan berbagai macam cara yang
dikuasainya. Seperti menggunakan harta untuk menipu kaum lemah dan
miskin, menggunakan media. Bahkan, kalau tidak mau tunduk, mereka
menyiksanya dan membunuhnya. Begitulah di antara ciri penyeru ke neraka
Jahanam.
3. Mereka Memiliki Hati Setan
Hal ini sebagaimana
disebutkan dalam hadits riwayat Muslim: ”Hati mereka adalah hati setan
dalam jasad manusia.” Para penyeru ke neraka Jahanam hati mereka sangat
keras melebihi kerasnya batu sehingga tidak merasakan apa yang dirasakan
umatnya. Bahkan untuk mengokohkan kekuasaanya mereka tidak segan-segan
menyakiti, menyiksa, dan membunuh rakyatnya (pengikutnya) sendiri.
Sesungguhnya
hati jika sudah mengeras, maka kehilangan daya sensitivitasnya. Mereka
menganggap sama antara yang baik dengan yang buruk, tidak merasakan
penderitaan rakyatnya. Semuanya serba diremehkan. Kesakitan masyarakat
dianggap biasa, lumrah, dan tidak dianggap repot. Dan hati setan tentu
saja lebih keras dan lebih jahat dari semua hati. Penderitaan masyarakat
dianggap hiburan yang menyenangkan. Kesesatan masyarakat adalah tujuan
mereka sehingga pada saat masyarakat sesat memudahkan untuk ditundukkan
dan patuh kepadanya.
PERBUATAN PARA PENYERU KE NERAKA JAHANAM
1. Mengekor pada Orang lain
Walaupun
di mata masyarakat mereka adalah pemimpin tetapi pada dasarnya mereka
mengekor pihak lain. Para penyeru ke neraka jahanam biasanya adalah
antek-antek orang kafir. Allah swt berfirman: Dan bila mereka berjumpa
dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: “Kami telah
beriman.” Dan bila mereka kembali kepada setan-setan mereka, mereka
mengatakan: “Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah
berolok-olok.” (QS. Al Baqarah: 14).
2. Menganggap Rendah Kaumnya
Karena
mengekor pada yang lain sehingga mereka merasakan dan menganggap rendah
pada diri dan kaumnya. Mereka memaksa kaumnya untuk mengikuti pola
hidup kaum kafir yang menjadi acuan. Karena itu, pemimpin -pemimpin
seperti ini pada hakekatnya pengekor.
3. Menghancurkan Nilai-Nilai Moral
Para
penyeru ke neraka Jahanam menginginkan agar masyarakat tidak komitmen
pada ajaran Islam, karena hal itu akan menyulitkan mereka. Lebih dari
itu ketika masyarakat komitmen pada ajaran Islam maka mereka susah
menguasainya sehingga mereka berusaha menjauhkan masyarakat dari
nilai-nilai Islam. Allah swt. berfirman: “Dan orang-orang yang kafir
maka kecelakaanlah bagi mereka dan Allah menghapus amal-amal mereka.
Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa
yang diturunkan Allah (Al-Qur’an) lalu Allah menghapuskan
(pahala-pahala) amal-amal mereka.” (QS. Muhammad: 8-9).
4. Memerangi Dakwah Islam
Ini
terjadi jika kekuasaan ada di tangan mereka. Mungkin pada awalnya
mereka tidak secara langsung memerangi dakwah tetapi mempersempit ruang
lingkupnya. Mereka kemudian menuduh orang-orang yang berdakwah dengan
tuduhan yang keji seperti ekstrimis, fundamentalis, provokator, dan
teroris. Hal ini menyebabkan masa menjauhi dakwah dan aktivisnya. Di
sisi lain menumbuhsuburkan dakwah yang tidak membahayakan kekuasaannya
seperti menumbuhsuburkan tasawuf, filsafat, pemikiran sosialis, dan
lain-lain. Lebih jauh lagi mereka berani menyiksa dan membunuh aktivis
dakwah karena mereka sudah memvonisnya sebagai teroris yang membahayakan
negara.
Demikian aktivitas para penyeru ke neraka Jahanam
menggiring manusia untuk disesatkan dengan berbagai macam cara dan
sarana sampai pada akhirnya mereka mengikuti penyeru tersebut untuk
masuk bersama-sama ke neraka Jahanam. Oleh karena itu para dai kebenaran
tidak boleh gentar menghadapi mereka dan terus-menerus mendakwahkan
Islam, mengikhlaskan niat, merapatkan barisan menggalang kekuatan, dan
menjelaskan kesalahan dan kesesatan mereka sehingga masyarakat tahu dan
sadar akan kebenaran ajaran Islam dan sampai ajaran Islam tegak di bumi
ini.
Sikap Muslim terhadap mereka
Sikap yang harus dilakukan oleh setiap muslim dalam menghadapi kelompok ini dapat dipetakan dalam beberapa tahap:
1. Bersabar
Yang
dimaksud bersabar di sini bukan sabar menerima kebatilan mereka, tetapi
bersabar dalam menolak kebatilan mereka, karena diam dalam kemaksiatan
adalah sebuah kemaksiatan. Bersabar ketika sebagian umat Islam terkena
fitnah dan keburukan mereka. Bersabar untuk terus melakukan persiapan
diri untuk menghadapi keburukan mereka
2. Melakukan Reformasi
Umat
Islam semuanya harus turut melakukan reformasi. Reformasi dari sistem
yang ada menuju sistem Islam. Reformasi dari akhlak yang penuh dengan
bentuk kemaksiatan seperti kemusyrikan, perzinaan, seks bebas dan
pornografi, korupsi, kezaliman lainnya, menuju akhlak Islam.
3. Komitmen dengan Persatuan Umat Islam
Dalam
kondisi yang serba rusak ini, maka umat Islam harus terjaga
keislamannya dan terhindar dari berbagai macam polusi jahiliyah. Umat
Islam harus komitmen kepada persatuan umat Islam, menjauh dari
penyimpangan, dan berjuang untuk menegakkan Islam. Dan itulah kunci
selamat dari fitnah.
4. Berjihad
Dan cara yang terakhir
yang harus dilakukan oleh orang-orang beriman, sesuai dengan arahan
Al-Qur’an dan Sunnah, yaitu berjihad terus menerus dengan berbagai macam
tingkatan jihad untuk menghancurkan kebatilan dan kemungkaran sehingga
tidak ada lagi fitnah di muka bumi ini, dan ketundukkan dan ketaatan
hanya untuk Allah semata. Wallahu a’lam bishawwab.
Sumber : http://www.dakwatuna.com/2007/para-penyeru-ke-neraka-jahanam/
Share
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari) <---> Bagi yang membaca ini alangkah baiknya untuk membagikan pada yang lain, Ayo silahkan dishare.... Teruskan ilmu, jangan disimpan sendiri...
Jumat, 21 Oktober 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Ayo bersedekah setiap hari
“Tidak ada satu subuh-pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat.
Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,
sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”
(HR Bukhary 5/270)
Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.
Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.
Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :
1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan
Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :
1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-
2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-
3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-
4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-
5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Terimakasih atas partisipasinya kepada rekan-rekan yang telah berbagi terutama buat mereka yang belum melakukan konfirmasinya, semoga Allah mengganti dengan yang lebih baik dan menjadi amalan yang akan memperberat amal kebaikan di yaumil akhir.
Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,
sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”
(HR Bukhary 5/270)
Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.
Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.
Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :
1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
4. Anak Yatim
5. Buka Puasa
Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
--> Bank BRI Syariah No Rek. 1041682996
--> Bank Muamalat No Rek. 3560009874
--> Bank Mandiri No Rek. 114-00-0594415-5
--> Bank BCA No Rek. 8110330589
Semua atas nama Wagimin.Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan
Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :
1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-
2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-
3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-
4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-
5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.033,-
Penolong Misterius
Ketika senja telah turun mengganti siang dengan malam, seorang laki-laki bergegas mengambil air wudhu. Memenuhi panggilan adzan yang bergaung indah memenuhi angkasa.
"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.
Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.
Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.
"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.
Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.
Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.
Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.
"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.
Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.
"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.
"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.
Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.
"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.
"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.
Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.
Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?
Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.
Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!
"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.
Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.
"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.
"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.
"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.
"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.
"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.
Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.
"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."
"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.
Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.
"Sekarang pulanglah!" kata Ali.
Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.
"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.
Ali tersenyum dan mengangguk.
"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.
"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.
Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.
Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.
Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.
"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"
"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.
Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.
Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.
"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.
Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.
Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.
"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.
Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.
Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.
Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.
"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.
Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.
"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.
"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.
Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.
"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.
"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.
Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.
Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?
Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.
Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!
"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.
Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.
"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.
"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.
"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.
"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.
"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.
Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.
"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."
"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.
Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.
"Sekarang pulanglah!" kata Ali.
Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.
"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.
Ali tersenyum dan mengangguk.
"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.
"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.
Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.
Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.
Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.
"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"
"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.
Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.
Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar