Oleh: Rikza Maulan, M.Ag
dakwatuna.com -
Dari Nawas bin Sam’an r.a. dari Nabi Muhammad saw., beliau bersabda,
“Kebaikan adalah akhlak yang baik, sedangkan dosa adalah segala hal
yang mengusik jiwamu dan engkau tidak suka jika orang lain melihatnya.”
(Muslim)
Dan dari Wabishah bin Ma’bad ra berkata, ‘Aku datang
kepada Rasulullah saw., maka beliau bersabda, “Apakah engkau datang
untuk ertanya tentang kebaikan?” Aku menjawab, “Benar, wahai
Rasulullah.” Lalu beliau bersabda, “Mintalah fatwa kepada hatimu
sendiri. Kebaikan adalah apa yang karenanya jiwa dan hati menjadi
tentram. Dan dosa adalah apa yang mengusik jiwa dan meragukan hati,
meskipun orang-orang memberikan fatwa kepadamu dan mereka
membenarkannya.” (Ahmad dan Darimi)
Sanad Hadits:
Hadits
di atas memiliki sanad yang lengkap (sebagaimana yang terdapat dalam
Shahih Muslim, Kitab Al-Bir Wa Al-Sillah Wa Al-Adab, Bab Tafsir Al-Bir
Wa Al-Itsm, hadits no 2553).
Takhrij Hadits :
Hadits ini (sebagaimana teks hadits di atas, riwayat Imam Muslim) melalui jalur sahabat An-Nawas bin Sam’an, diriwayatkan oleh:
• Imam Muslim dalam Shahihnya, Kitab Al-Bir Wa Al-Sillah Wa Al-Adab, Bab Tafsir Al-Bir Wa Al-Itsm, hadits no 2553.
•
Imam Turmudzi dalam Jami’nya, Kitab Al-Zuhud ‘An Rasulillah Sallallahu
Alaihi Wasallam, Bab Ma Ja’a Fi Al-Bir Wa Al-Itsm, Hadits no 2389.
•
Imam Ahmad bin Hambal dalam Musnadnya, Musnad Al-Syamiyin, Hadits
Annawas bin Sam’an Al-Kilabi Al-Anshari, hadits no 17179, 17180 &
17181.
• Imam Al-Darimi dalam Sunannya, Kitab Al-Riqaq, Bab Fi Al-Bir Wa Al-Itsm, hadits no. 2789.
Sedangkan hadits yang kedua, diriwayatkan oleh:
• Imam Ahmad bin Hambal dalam Musnadnya, Musnad Al-Syamiyin, Hadits Wabishah bin Ma’bad Al-Asady, hadits no. 17545.
• Imam Ad-Darimi dalam Sunannya, Kitab Buyu’, Bab Da’ Ma Yuribuka Ila Mala Yuribuka, Hadits no. 2533.
Tarjamatur Rawi
• An-Nawas bin Sam’an Al-Kilabi
Beliau
merupakan salah seorang sahabat Rasulullah saw. yang dikenal sebagai
Ahlus Suffah, yaitu sahabat yang tinggal di tepian masjid dalam rangka
mendekatkan diri kepada Allah saw. Beliau tinggal di luar kota Madinah
dan memilih untuk tidak berhijrah ke Madinah. Beliau lebih suka pulang
pergi ke Madinah dalam rangka bertanya permasalahan agama kepada
Rasulullah saw. Mengenai ketidakhijrahannya ini beliau mengemukakan,
‘Bahwa di antara kami jika telah berhijrah, maka ia tidak lagi bertanya
kepada Rasulullah saw. tentang sesuatu pun. Maka aku bertanya kepada
Rasulullah saw. tentang al-birr (kebaikan) dan al-itsm (dosa).
• Jubair bin Nufair
Beliau
adalah Jubari bin Nufair bin Malik, Abu Abdurrahman Al-Hadhrami
Al-Hamshi. Merupakan salah seorang Kibar Al-Tabiin. Tinggal di Syam dan
wafat pula di Syam pada tahun 80 H. Mengambil hadits diantaranya dari
Busr bin Jahasy, Tsauban dan Jurtsum. Sedangkan yang mengambil hadits
dari beliau diantaranya adalah, Al-Harits bin Yazid, Khalid bin Ma’dan
bin Abikarib, ‘Aidzullah bin Abdillah, Abdurrahman bin Jubair bin
Nufair, Makhul, Yahya bin Jabir bin Hasan dsb. Adapun derajatnya dalam
Jarh Wa Ta’dil adalah Tsiqah.
• Abdurrahman bin Jubair bin Nufair
Beliau
adalah Abdurrahman bin Jubair bin Nufair Abu Humaid Al-Hadhrami
Al-Hamshi. Merupakan salah seorang Wustha Minat Tabiin. Tinggal di Syam
dan wafat pada tahun 118 H. Mengambil hadits diantaranya dari Anas bin
Malik, Jubair bin Nufair bin Malik, Jundub bin Junadah, Mu’adz bin
Jabal, Al-Harist bin Muawiyah dsb. Sedangkan yang mengambil hadits dari
beliau diantaranya adalah Zuhair bin Salim, Syuraih, Atha’ bin Sa’ib bin
Malik, Shafwan bin Amru bin Haram, Muhammad bin Al-Walid bin Amir, Isa
bin Salim dsb. Sedangkan derajatnya dalam Jarah Wa Ta’dil, para ulama
mengatakannya sebagai Tsiqah.
Gambaran Umum Tentang Hadits
Secara
umum hadits menggambarkan mengenai kebaikan dan dosa. Yaitu bahwa yang
dimaksud dengan ‘kebaikan’ adalah akhlak yang baik sedangkan yang
dimaksud dengan dosa adalah sesuatu yang ‘diragukan’ oleh diri kita
sendiri, serta kita tidak menginginkan jika orang lain melihat kita
melakukan hal tersebut. Hadits ini sekaligus menghilangkan ‘kebingungan
atau kesamaran’ antara ‘sesuatu’ yang baik dan sesuatu yang buruk,
terutama jika kesamaran tersebut terdapat dalam diri pelaku sendiri.
Mengomentari
hadits ini, Ibnu Hajar Al-Atsqalani mengemukakan bahwa hadits ini
termasuk hadits yang singkat dan padat, bahkan merupakan hadits yang
paling padat, karena kebaikan itu mencakup semua perbuatan yang baik dan
sifat yang ma’ruf. Sedangkan dosa mencakup semua perbuatan yang buruk
dan jelek; baik kecil maupun besar. Oleh sebab itu Rasulullah saw.
memasangkan di antara keduanya sebagai dua hal yang berlawanan.
Makna Al-Birr
Secara
bahasa, al-birr berarti kebaikan. Bahkan sebagian ulama mendefinisikan
“al-birr” ini dengan sebuah nama/istilah yang mencakup segala macam
bentuk kebaikan. Sehingga tidaklah ada satu bentuk kebaikan pun,
melainkan dicakup oleh kata al-birr ini. Meskipun demikian, terdapat
juga ulama yang secara khusus memberikan makna yang dimaksud dari kata
al-birr ini, diantara maknanya adalah hubungan baik, ketaatan, dan
kelembutan.
Dalam Al-Qur’an, banyak sekali ayat-ayat yang
menggunakan kata atau akar kata al-birr ini. Sejauh pengamatan penulis,
setidaknya terdapat delapan kata al-birr yang disebutkan dalam
al-Qur’an, yang berbentuk mashdar. Sedangkan jika ditelusuri dari akar
katanya, setidaknya akan kita temukan delapan belas kali kata ini
disebutkan dalam Al-Qur’an. Dan dari delapan belas kata al-birr dalam
Al-Qur’an ini, dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Kebaikan dalam arti umum
Seperti
firman Allah swt. (Al-Maidah: 2), “… Dan tolong menolonglah kalian
dalam kebaikan dan ketakwaan, dan janganlah kalian bertolong menolong
dalam perbuatan dosa dan permusuhan …”
Oleh karenanya, Allah swt.
melarang kita untuk memerintahkan orang lain mengerjakan kebaikan,
sementara kita sendiri tidak melaksanakannya: “Mengapa kalian
memerintahkan orang lain untuk mengerjakan kebaikan, sedangkan kamu
melupkan dirimu sendiri, padahal kalian membaca al-kitab (Taurat), maka
tidakkah kamu berfikir?” (Al-Baqarah: 44)
2. Kebaikan dalam arti birrul walidain
Kebaikan
seperti ini adalah sebagaimana yang difirmankan Allah SWT dalam QS.
Maryam: 14, “Dan berbakti kepada kedua orangtuanya, dan bukanlah ia
orang yang sombong lagi durhaka.”
3. Kebaikan dalam berinfak.
Sebagaimana
digambarkan dalam Al-Qur’an (Ali Imran: 92), “Kamu sekali-kali tidak
akan sampai pada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan
harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan sesungguhnya
Allah mengetahuinya.”
4. Kebaikan dalam bentuk sifat manusia yang baik.
Seperti
yang Allah swt. firmankan (Ali Imran: 193), “Ya Allah ampunilah
dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan
wafatkanlah kami bersama orang-orang yang berbakti.”
5. Keluasan cakupan bentuk kebaikan
Yaitu sebagaimana yang Allah swt. jelaskan dalam Al-Qur’an (Al-Baqarah: 177)
Akhlak Yang Baik
Al-birr
yang mengandung makna begitu luas sebagaimana dijelaskan di atas,
diberi penekanan oleh Rasulullah saw., bahwa yang dimaksud dengan
al-birr adalah husnul khuluq atau akhlak yang baik. Akhlak yang baik
memiliki urgensitas yang sangat penting dalam pribadi seorang mu’min,
diantaranya adalah :
• Akhlak yang baik merupakan refleksi dari
keimanan seseorang kepada Allah swt. Oleh karenanya Rasulullah saw.
mengatakan dalam salah satu haditsnya: Dari Abu Said Al-Khudri ra
berkata, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, ‘Ada dua hal yang keduanya
tidak mungkin terkumpul dalam diri seorang mu’min, yaitu bakhil dan
akhlak yang buruk.’ (Turmudzi)
• Akhlak yang baik merupakan bukti
ketinggian keimanan seseorang. Semakin tinggi imannya maka akan semakin
sempurna akhlaknya. Dalam hal ini, Rasulullah saw. mengemukakan: Dari
Abu Hurairah ra berkata bahwasanya Rasulullah saw. bersabda,
‘Sesempurna-sempurnanya keimanan seorang mu’min adalah yang terbaik
akhlaknya.’ (Abu Daud)
• Akhlak yang baik memiliki timbangan yang
begitu besar di akhirat kelak, serta dapat menjadikan pelakunya menjadi
ahlul jannah. Dalam sebuah hadits Rasulullah saw. bersabda: Dari Abu
Hurairah ra berkata, bahwasannya Rasulullah saw. ditanya tentang sesuatu
yang paling banyak memasukkan orang ke dalam surga. Rasulullah saw.
menjawab, ‘Ketakwaan kepada Allah SWT dan akhlak yang baik.’ Dan beliau
ditanya tentang sesuatu yang paling banyak memasukkan orang ke dalam
neraka, beliau menjawab, ‘Lisan dan kemaluan.’ (Turmudzi)
Seorang
mu’min diminta untuk senantiasa berakhlak yang baik dalam bermuamalah
terhadap siapapun dan di manapun, walaupun akhlak terhadap sesama
manusia lebih ditekankan. Akhlak yang baik adalah mencakup segala macam
bentuk kebaikan dalam bermuaamalah diantaranya adalah, jujur, amanah,
menyambung persaudaraan, kasih sayang, lembut, tidak mudah marah,
pemaaf, menjaga lisan, qanaah, tawadhu’, itsar, istiqomah, murah senyum,
penolong, menepati janji, ridha, sabar, syukur, ‘iffah, adil, menyukai
kebersihan dsb. Atau dengan kata lain, akhlak yang baik adalah segala
perbuatan dan sifat yang positif, tidak mengandung unsur negatif serta
tidak melanggar larangan-larangan Allah swt.
Istafti Qalbak (Mintalah Fatwa Pada Hatimu)
Ketika
manusia sulit untuk membedakan antara kebaikan dengan keburukan, maka
sesungguhnya ia dapat meminta pendapat dari hatinya sendiri mengenai hal
tersebut; apakah perbuatan yang dilakukannya itu termasuk kebaikan
(al-birr) ataukah bukan? Hadits di atas menggambarkan bahwa sesuatu yang
‘meragukan’ saja sudah masuk dalam kategori dosa (baca ; al-itsm),
apalagi jika kita merasa tidak suka perbuatan tersebut diketahui orang
lain, maka akan menjadi semakin jelas perbedaan antara kebaikan dan
keburukan tersebut. Dan membedakan hal seperti ini, sesungguhnya
merupakan fitrah manusia. Dan manusia diminta untuk meminta pendapat
dari fitrahnya.
Secara fitrah, manusia akan merasa terusik
jiwanya, kehilangan ketentramannya, tertekan, dan gelisah manakala
melakukan perbuatan dosa, kendatipun manusia membenarkan perbuatannya
tersebut. Karena perbuatan tersebut akan berlabuh di hatinya. Sedangkan
hati merupakan sentral dari baik buruknya seorang manusia. Dalam sebuah
hadtis, Rasulullah saw. bersabda :
Dari Khudzaifah ra berkata,
aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Hati itu terpaparkan dengan
fitnah-fitnah seperti tikar yang terurai sehalai demi sehelai. Hati
manasaja yang termakan dengan fitnah-fitnah tersebut (melakukan
kemaksiatan), maka akan ternoda hatinya dengan noda-noda hitam. Dan hati
mana saja yang menolak fitnah-fitnah tersebut, maka akan terwarna
dengan warna putih, hingga nanti hati tersebut akan menjadi satu
diantara dua; (1) menjadi putih seperti shafa (sesuatu yang bersih dan
jernih), maka hati seperti ini tidak akan terganggu dengan fitnah-fitnah
lainnya selama masih ada langit dan bumi. Dan (2) menjadi hati yang
hitam yang kelam seperti cangkir yang dibalikkan yang tidak dapat
mengetahui suatu kebaikan dan tidak pula dapat mengingkari kemungkaran,
kecuali dari apa yang dilakukan berdasarkan hawa nafsunya.’ (Muslim)
Namun
yang perlu digaris bawahi dalam masalah ini adalah bahwa tiada keraguan
bagi sesuatu yang telah jelas-jelas diharamkan oleh Allah, ataupun yang
telah dihalalkan Allah swt. Adapun keraguan yang yang dimaksud dalam
hadits ini adalah keraguan yang tiada batasan jelas antara hak dan
batil, tidak ada larangan secara syar’i namun hati kita menjadi ragu
serta gelisah karenanya.
Hikmah Tarbawiyah
1. Pentingnya
‘amaliyah qalbi’ dalam hati setiap mu’min, khususnya aktivis da’wah.
Karena qalbu merupakan bashirah yang dapat menunjukkan seseorang jalan
yang baik dari jalan yang buru. Qalbu merupakan alat pemilah dan pemisah
antara kesamaran yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
2.
Bahwa bagaimanapun juga manusia dalam kehidupannya akan menemukan satu
keraguan dalam hidupnya; apakah dalam muamalah maliyah, ijtima’iyah,
siyasiyah dan lain sebagainya. Oleh karenanya memungsikan qalbu secara
fitrahnya dengan baik adalah satu solusi untuk dapat menemukan jalan
kebenaran.
3. Bagaimanapun juga perbuatan dosa akan memberikan
dampak negatif dalam kejiwaan seseorang. Kegundahan, gelisah, tidak
tenang dan hal-hal negatif lainnya yang bersifat psikis. Karena
perbuatan maksiat akan melahirkan noda-noda hitam dalam hati. Dan hati
merupakan bahan bakar utama seseorang dalam mengarungi samudera
kehidupan.
4. Ketika menemukan suatu perkara yang meragukan,
membingungkan terlebih-lebih jika kita tidak menginginkan orang lain
melihat kita dalam hal tersebut, maka segeralah ditinggalkan. Karena
perkara tersebut sudah pasti termasuk perbuatan dosa, meskipun orang
memfatwakannya halal.
5. Diantara cara yang cukup efektif dalam
menekuni jalan yang baik adalah dengan cara berakhlak yang baik. Karena
Allah akan memberikan jalan bagi akhlak yang baik, yang tidak akan Allah
berikan pada yang lainnya.
Wallahu A’lam Bis Shawab
Sumber : http://www.dakwatuna.com/2008/kebaikan-dan-dosa/
Share
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari) <---> Bagi yang membaca ini alangkah baiknya untuk membagikan pada yang lain, Ayo silahkan dishare.... Teruskan ilmu, jangan disimpan sendiri...
Jumat, 21 Oktober 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Ayo bersedekah setiap hari
“Tidak ada satu subuh-pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat.
Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,
sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”
(HR Bukhary 5/270)
Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.
Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.
Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :
1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan
Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :
1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-
2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-
3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-
4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-
5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Terimakasih atas partisipasinya kepada rekan-rekan yang telah berbagi terutama buat mereka yang belum melakukan konfirmasinya, semoga Allah mengganti dengan yang lebih baik dan menjadi amalan yang akan memperberat amal kebaikan di yaumil akhir.
Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,
sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”
(HR Bukhary 5/270)
Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.
Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.
Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :
1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
4. Anak Yatim
5. Buka Puasa
Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
--> Bank BRI Syariah No Rek. 1041682996
--> Bank Muamalat No Rek. 3560009874
--> Bank Mandiri No Rek. 114-00-0594415-5
--> Bank BCA No Rek. 8110330589
Semua atas nama Wagimin.Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan
Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :
1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-
2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-
3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-
4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-
5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.033,-
Penolong Misterius
Ketika senja telah turun mengganti siang dengan malam, seorang laki-laki bergegas mengambil air wudhu. Memenuhi panggilan adzan yang bergaung indah memenuhi angkasa.
"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.
Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.
Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.
"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.
Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.
Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.
Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.
"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.
Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.
"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.
"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.
Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.
"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.
"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.
Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.
Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?
Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.
Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!
"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.
Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.
"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.
"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.
"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.
"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.
"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.
Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.
"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."
"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.
Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.
"Sekarang pulanglah!" kata Ali.
Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.
"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.
Ali tersenyum dan mengangguk.
"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.
"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.
Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.
Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.
Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.
"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"
"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.
Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.
Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.
"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.
Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.
Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.
"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.
Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.
Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.
Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.
"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.
Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.
"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.
"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.
Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.
"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.
"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.
Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.
Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?
Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.
Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!
"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.
Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.
"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.
"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.
"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.
"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.
"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.
Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.
"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."
"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.
Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.
"Sekarang pulanglah!" kata Ali.
Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.
"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.
Ali tersenyum dan mengangguk.
"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.
"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.
Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.
Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.
Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.
"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"
"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.
Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.
Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar