Oleh: Tim dakwatuna.com
dakwatuna.com-
Penentangan kaum kuffar terhadap dakwah Islam dilakukan dengan segala
cara. Dengan cara hal yang manis menggiurkan, berupa tawaran duniawi,
cara ini tidak mempan. Dengan cara tawar menawar, yaitu tawaran kepada
Muhammad saw. agar menyembah tuhan mereka sehari, dan mereka menyembah
Tuhannya Muhammad sehari. Dengan cara teror, intimidasi bahkan upaya
pembunuhan. Semua cara berujung kegagalan.
Demikianlah Allah
menggagalkan teror, tipuan, dan tawar menawar di hadapan gelombang
dakwah di jalan Allah swt. Mereka gagal memadamkan cahaya iman dan
tauhid.
Maka kaum Quraisy kembali menggunakan cara kekerasan dan
penindasan kepada kaum muslimin dengan perlakuan yang tidak tertahankan
manusia kecuali mereka yang beriman. Rasulullah saw. yang melihat
penderitaan para sahabatnya itu, dan sama sekali tidak bisa melawan,
menyuruh mereka untuk meninggalkan kampung halamannya itu, dilandasi
oleh semangat menyelamatkan, maka terjadilah hijrah ke Habasyah.
Dengki Pangkal Penentangan
Tidak
diragukan lagi bahwa penyebab semua ini adalah rasa iri (hasad) dan
kesombongan tanpa argumentasi seperti yang dilakukan oleh Al-Walid bin
Al-Mughirah, yang mengatakan:
أَيَنْزِلُ عَلَى ” مُحَمَّدٍ ”
وَأُتْرَكُ أناَ كَبِيْرُ قُرَيْشٍ وَسَيِّدُهَا وَيُتْرَكُ أَبُوْ
مَسْعُوْدٍ، وَنَحْنُ عَظِيْمَا الْقَرْيَتَيْنِ ؟
“Bagaimana
mungkin diturunkan kepada Muhammad, tidak kepadaku, sedangkan aku yang
menjadi pembesar dan pemimpin suku Quraisy, tidak diberikan kepada Abu
Mas’ud, sedang kami berdua yang menjadi para pembesar dua negeri.”
Maka Allah turunkan ayat 31-32 surah Az Zukhruf:
“Dan
mereka berkata: “Mengapa Al Quran Ini tidak diturunkan kepada seorang
besar dari salah satu dua negeri (Mekah dan Thaif) ini? Apakah mereka
yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? kami Telah menentukan antara mereka
penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami Telah meninggikan
sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar
sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat
Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”
Pemboikotan Total
Kaum
musyrikin berkumpul untuk menetapkan cara efektif menghentikan Islam
dan Nabinya. Pertemuan itu menghasilkan kesepakatan untuk menulis
selembar kesepakatan pemutusan hubungan total dengan Bani Hasyim dan
Bani Abdil-Muththalib. Pengumuman itu berisi:
1. Barang siapa
yang setuju dengan agama Muhammad, berbelas kasihan kepada salah seorang
pengikutnya yang masuk Islam, atau memberi tempat singgah pada salah
seorang dari mereka, maka ia dianggap sebagai kelompoknya dan diputuskan
hubungan dengannya.
2. Tidak boleh menikah dengannya atau menikahkan dari mereka.
3. Tidak boleh berjual beli dengan mereka.
Kemudian mereka gantung pengumuman ini di salah satu sudut Ka’bah untuk menegaskan kekuatan isinya.
Pertolongan Allah
Di
tengah penderitaan inilah Allah swt. menundukkan sebagian orang Quraisy
untuk membantu kaum muslimin yang terisolir. Di antara mereka itu
adalah Hisyam bin Amr, seorang yang dimuliakan kaumnya. Hisyam membawa
untanya penuh makanan di malam hari ke Bani Hasyim dan Bani Muththalib.
Begitu sampai di dekat lembah ia lepaskan kendali untanya kemudian
dihentikannya unta itu. Demikian juga ketika untanya itu membawakan
pakaian. Untuk meringankan penderitaan kaum muslimin yang terisolir.
Di
tengah isolasi total ini Bani Hasyim dan Bani Muththalib ikut bergabung
baik yang muslim maupun yang kafir kepada Rasulullah saw, mereka masuk
ke syi’b (lembah) Bani Hasyim. Mereka yang kafir bergabung dengan
motivasi kesukuan dan kekerabatan, sedang yang muslim dengan motivasi
akidah. Selain Abu Lahab, yang berada bersama kafir Quraisy mendukung
permusuhannya dengan kaumnya.
Keadaan ini berlangsung selama tiga
tahun, kaum Quraisy. Kaum Quraisy semakin memperketat isolasinya kepada
kaum muslimin sehingga mereka tidak memiliki bekal makanan. Kesulitan
mereka sampai pada kondisi hanya makan dedaunan.
Anak-anak kaum
Muslimin menangis kelaparan, dan tangisan mereka terdengar dari balik
lembah. Kaum Muslimin tetap sabar dan tegar dari tekanan yang
mencelakakan ini dengan terus mengharapkan pertolongan Allah.
Bentuk Kemarahan dan Penindasan
Perhatikanlah
bentuk kemarahan yang sampai ke puncaknya. Ketika datang kafilah datang
ke Mekah, dan salah seorang sahabat Nabi datang ke pasar untuk membeli
makanan bagi keluarganya, maka Abu Lahab seketika itu mengumumkan kepada
para pedagang:
يَا مَعْشَرَ التُجَّارِ غَالُوْا عَلَى أصْحَابِ ”
مُحَمَّد ” حَتَّى لاَ يُدْرِكُوْا مَعَكُمْ شَيْئاً، وَقَدْ عَلِمْتُمْ
مَالِي وَعَلِمْتُمْ كَذَلِكَ وَفَاءَ ذِمَّتِي، فَأنَا ضَامِنٌ، وَلاَ
خَسَارَةَ عَلَيْكُمْ
“Wahai para pedagang! Naikkan hargamu kepada
sahabat-sahabat Muhammad sehingga mereka tidak bisa membeli apapun,
kalian semua sudah mengetahui kekayaanku, dan kalian sudah tahu bahwa
saya akan menepati janjiku, saya akan mengganti kalian semua, tidak akan
ada kerugian atas kalian.”
Maka para pedagang itu menaikkan
harganya berlipat-lipat, dan ketika sahabat itu pulang kembali ke
rumahnya, anak-anaknya menangis kelaparan, dan tangannya kosong tidak
membawa makanan yang bisa mereka konsumsi.
Kemudian pedagang itu
datang ke rumah Abu Lahab, membayar makanan dan pakaian yang mereka
bawa, sehingga kaum mukminin mengalami kelaparan.
Pembatalan Lembar Pengumumam
Allah
swt. tidak akan pernah melupakan Nabi pilihan-Nya dan orang-orang yang
beriman bersamanya. Maka Allah jadikan hati orang-orang masih punya
kasih sayang, berbelas kasihan kepada mereka. Hal ini jelas sejak Hisyam
bin Amr yang membawa untanya dengan perbekalan makanan lalu diarahkan
ke Syi’b, mengantarkan makanan kepada kaum muslimin yang terisolir.
Hisyam
din Amr kemudian menghubungi Zuhair bin Abi Umayyah bin Al Mughirah, ia
sampaikan kepadanya, “Wahai Zuhari, relakah kamu makan makanan,
berpakaian, dan menikah, sementara paman dan bibimu dalam keadaan yang
kamu tahu, tidak boleh jual beli, tidak boleh menikah atau dinikahi.
Sedang aku bersumpah dengan nama Allah: Bahwa kalau paman bibinya Abul
Hakam bin Hisyam (Abu Jahal), kau ajak seperti yang aku sampaikan
kepadamu, mereka tidak akan pernah mau menerimanya.
Zuhair
berkata: “Celaka sekali wahai Hisyam, lalu apa yang bisa kita lakukan?
Aku hanya seorang diri. Demi Allah, jika ada orang lain bersama dengan
kami, maka kami akan cabut isolasi ini, aku batalkan embargo ini.”
Hisyam bin Amr menjawab, “Aku menemukan orang lain.”
Kata Zuhair bin Abi Umayyah, “Siapa dia?”
Kata Hisyam, “Saya.”
Kata Zuahair, “Cari seorang lagi, sehingga kita bertiga.”
Kemudian Hisyam menemui Muth’im bin Adiy, menceritakan seperti yang disampaikan kepada Zuhair bin Umayyah
Kata Muth’im, “Carilah orang ke empat.”
Kemudian Hisyam menemui Abul Buhturiy bin Hisyam, ia sampaikan seperti yang ia sampaikan kepada Muth’im bin Adiy
Abul Buhturiy bertanya, “Adakah orang lain yang membantu hal ini?”
Kata Hisyam, “Ada.”
Kata Abu Buhturiy, “Siapa dia.”
Kata Hisyam, “Zuhair bin Umayyah, Muth’im bin Adiy, dan aku bersamamu
Kata Al Buhturiy, “Carilah orang kelima.”
Kemudian
Hisyam menemui Zam’ah bin Al-Aswad bin Al-Muththalib, ia sampaikan
kepadanya tentang kedekatan hubungan keluarganya dan hak mereka.
Zam’ah menanyakan, “Apakah urusan yang kau sampaikan kepadaku ini ada orang lain?”
Kata Hisyam, “Ada,” kemudian ia sebutkan orang-orang yang telah ia temui.
Kemudian mereka bersepakatan untuk bertemu malam hari di sebuah bukit di Mekah.
Di
sanalah mereka berkumpul dan bersepakat untuk membatalkan pengumuman
pembokiotan. Dan ketika datang pagi hari mereka pergi ke tempat
pertemuannya. Zuhair bin Umayyah thawaf di Ka’bah tujuh kali putaran.
Kemudian berdiri menghadapkan wajahnya kepada para hadirin dan
mengatakan:
Wahai warga Mekah, apakah kita makan, memakai pakaian
sementara Bani Hasyim mati kelaparan, tidak boleh jual beli, demi Allah
saya tidak akan duduk sehingga pengumuman embargo yang zhalim ini
dirobek.
Abu Jahal berkata -ada di salah satu sudut masjid, “Bohong kamu, demi Allah, pengumuman itu tidak boleh dirobek.”
Zam’ah bin Al-Aswad: Engkau, demi Allah, lebih pendusta, kami tidak pernah menyetujuinya sejak engkau menulisnya.
Abul Buhturiy berkata, “Benar Zam’ah, kami tidak setuju tulisan itu dan tidak pernah mengakuinya.”
Al-Muth’im
bin Adi berkata, “Kalian berdua benar, dan bohong orang yang mengatakan
selain yang kalian berdua katakan. Kami berlepas diri darinya dan
tulisan yang ada di dalamnya.”
Hisyam bin Amr berkata seperti yang dikatakan Al-Muth’im bin Adiy
Abu Jahal berkata, “Ini pasti sudah diputuskan di malam hari, kalian telah bermusyawarah tentang hal ini di luar tempat ini.”
Abu Thalib saat itu berada di salah satu sudut masjid menyaksikan pertarungan yang terjadi di antara mereka.
Kemudian
Muth’im bin Adiy berdiri ke tempat ditempelkannya pengumuman itu untuk
merobeknya, dan ternyata pengumuman itu sudah dimakan tanah kecuali
kalimat ‘Bismikallahumma’ yang menjadikan kebiasaan orang Arab menulis
surat.
Perhatikanlah, bagaimana Allah swt. menundukkan mereka ini
untuk membantu Islam dan kaum muslimin, berdiri di sisi yang benar.
Tidak diragukan lagi bahwa yang mendorong hal ini adalah pertolongan
Allah swt. pada rasul-Nya, dan kaum mukminin yang ada.
Kemudian
perhatikan pula, tanah yang makan pengumuman itu, kecuali nama Allah
Yang Maha Agung. Hal ini menjadi bukti yang sempurna bahwa Allah swt.
Maha Suci dari seluruh ucapan orang-orang zhalim.
Dampak Embargo
Embargo ini berdampak baik bagi Islam dan kaum muslimin, antara lain:
1. Kaum muslimin dapat mengambil pelajaran langsung tentang kesabaran
dan daya tahan. Mereka menyadari bahwa kehilangan keuntungan dan
hancuran sarana-sarana kebaikan tertentu adalah kewajiban pertama yang
harus diberikan dalam pengorbanan di jalan aqidah. Tekanan-tekanan itu
tidak akan membunuh para da’i bahkan semakin memperkuat akar dan
dahannya.
2. Bahwa ketika Allah swt. menghendaki salah seorang
hamba-Nya menfokuskan diri pada da’wah, kebaikan, dan perbaikan, akan
diletakkan di hatinya rasa tidak senang dengan apa yang dialami
masyarakatnya, yang berupa kerusakan dan kesesatan.
3. Orang-orang
Quraisy tidak pernah membayangkan bahwa suatu hari nanti, cepat atau
lambat, fajar baru akan terbit, Mekah akan bersih dari berhala, Adzan
berkumandang di seluruh sudutnya, dan orang-orang yang pernah diboikot
itu akan menjadi pemegang kendali, para pemimpin yang memutuskan
persoalan, dan mereka menjadi tawanan yang mengharapkan ampunan. Mereka
hanya meyakini bahwa hari ini dan nanti adalah milik mereka, akan tetapi
Allah balikkan harapannya, dan memberikan kemenangan besar kepada
pembawa kebenaran.
“Dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu
bergembiralah orang-orang yang beriman. Karena pertolongan Allah. Dia
menolong siapa yang dikehendaki-Nya.” (Arrum: 4-5).
Pelajaran Berharga
Motivasi
akidah adalah satu-satunya motivasi kaum muslimin untuk memeluk Islam,
meskipun menghadapi tekanan keras, dan tidak ada motivasi lain, apalagi
yang bersifat materi.
* Di antar cara bijak para da’i
menghadapi ahlul batil adalah dengan argumentasi dan bukti, serta
mendakwahinya dengan berangkat dari realitas yang mereka alami, tidak
boleh menyikapi siksaan dengan siksaan, makian dengan makian.
*
Seorang muslim tidak boleh tunduk dan bertahan dengan gangguan jika
mampu membalasnya, atau ada orang yang membantunya menangkis siksaan
itu. Seperti yang dilakukan kaum muslimin ketika Hamzah dan Umar masuk
Islam, serta bantuan keluarga seperti Abu Thalib.
* diperbolehkan
bagi seorang muslim untuk menangkis ahlil batil, mengungkapkan kepalsuan
akidahnya, penyimpangan fikrahnya dengan serangan tidak membahayakan
diri da’i dan teman-temannya dari jebakan musuh.
* Seorang
pemimpin sukses adalah yang mampu mencerahkan pasukan dan potensinya
untuk menghindari gangguan, dan beralih kepada peperangan terbuka
melawan musuhnya pada waktu, tempat yang baik bagi da’wah.
*
Hijrah kaum muslimin ke Habasah adalah buah dari hubungan baik antara
Islam dan Nasrani, serta kesepakatan untuk melawan kaum musyrikin,
optimalisasi kekuatan yang tidak mengganggu dan memusuhi Islam dengan
terbuka.
* Jika seorang muslim komitmen dengan akidah yang lurus,
maka akan mengusir kebimbangan hatinya, menguatkan cahaya keyakinan
hatinya.
* Kaum kafir melakukan pemutusan total dengan Rasulullah
dan kaum muslimin karena Islam mulai menggoncang sendi-sendi aqidah
mereka yang batil dan eksistensi spiritualnya dengan kuat. Mereka hanya
mengikuti agama nenek moyang dan para pendahulunya.
* Para
pemimpin simbolis yang mendapatkan keuntungan materi, status sosial
adalah orang-orang pertama yang memusuhi Islam, dan akan terus
memusuhinya karena ia takut kehilangan posisi dan popularitas diri.
Kehilangan kekuasaan dan kedudukan.
* Masuk Islamnya Umar dan
Hamzah adalah masuk Islamnya pemimpin yang akan berperan banyak dalam
keseimbangan haq (benar) dan batil (salah).
* Kaum muslim memanfaatkan semangat kesukuan dalam mencabut embargo
* Para da’i ilallah keluar dari ujian dan penderitaan yang menimpanya
dalam keadaan lebih tangguh, lebih kaya pengalaman, lebih mampu
bergerak mencapai sasarannya, ketika mereka dapat mengambil buah ujian
itu.
* Tsiqah yang utuh dengan janji Allah yang akan memberi
pertolongan dan tsiqah yang utuh kepada pemimpin dibarengi dengan
harapan pahala di sisi Allah.
* Berkorban dengan jiwa dan yang paling berharga adalah ciri para da’i yang mengharapkan balasan dari Allah.
* Pertolongan itu pasti datang jika sifat-sifat kelayakan untuk mendapatkan pertolongan itu terpenuhi.
* Ahlul batil mengeluarkan hartanya untuk meninggikan kebatilannya,
maka menjadi kewajiban ahlul haq untuk membelanjakan yang mahal dan
mulia dalam rangka meninggikan kalimatul haq (kebenaran).
* Bangsa
Arab meski dalam jahiliyah memiliki janji dan kesepakatan yang tidak
bisa dilanggar kecuali jika menyatakan dengang terbuka pembatalah janji
itu. Dari itulah mereka tidak bisa keluar dari isi pengumuman itu
sebelum pengumuman itu dirobek.
* Allah swt menjaga kaum muslimin, dan menundukkan tokoh-tokoh kafir untuk membela mereka dan memecah barisan kaum musyrikin.
* Allah memiliki beberapa pasukan, tidak ada yang mengetahuinya
kecuali Allah yang bekerja untuk membantuk kaum muslimin, seperti yang
dilakukan tanah terhadap lembar pengumuman embargo. Allahu a’lam.
Referensi
a. As-Sirah An-Nabawiyah Durusun wa ‘Ibar, karya – DR. Musthafa As-Siba’
b. Sirah Nabawiyah – Ibnu Hisyam
c. Zaadul Ma’ad – Ibnul Qayim
d. Arrahiqul Makhtum – Al Mubarak Furi
e. Nurul Yaqin – Khudhari
f. Assirah Annabawiyah – Ibnu Katsir
Sumber : http://www.dakwatuna.com/2009/boikot-kuffar-quraisy-terhadap-nabi/
Share
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari) <---> Bagi yang membaca ini alangkah baiknya untuk membagikan pada yang lain, Ayo silahkan dishare.... Teruskan ilmu, jangan disimpan sendiri...
Jumat, 21 Oktober 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Ayo bersedekah setiap hari
“Tidak ada satu subuh-pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat.
Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,
sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”
(HR Bukhary 5/270)
Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.
Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.
Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :
1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan
Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :
1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-
2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-
3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-
4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-
5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Terimakasih atas partisipasinya kepada rekan-rekan yang telah berbagi terutama buat mereka yang belum melakukan konfirmasinya, semoga Allah mengganti dengan yang lebih baik dan menjadi amalan yang akan memperberat amal kebaikan di yaumil akhir.
Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,
sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”
(HR Bukhary 5/270)
Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.
Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.
Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :
1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
4. Anak Yatim
5. Buka Puasa
Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
--> Bank BRI Syariah No Rek. 1041682996
--> Bank Muamalat No Rek. 3560009874
--> Bank Mandiri No Rek. 114-00-0594415-5
--> Bank BCA No Rek. 8110330589
Semua atas nama Wagimin.Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan
Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :
1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-
2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-
3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-
4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-
5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.033,-
Penolong Misterius
Ketika senja telah turun mengganti siang dengan malam, seorang laki-laki bergegas mengambil air wudhu. Memenuhi panggilan adzan yang bergaung indah memenuhi angkasa.
"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.
Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.
Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.
"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.
Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.
Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.
Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.
"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.
Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.
"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.
"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.
Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.
"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.
"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.
Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.
Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?
Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.
Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!
"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.
Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.
"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.
"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.
"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.
"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.
"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.
Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.
"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."
"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.
Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.
"Sekarang pulanglah!" kata Ali.
Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.
"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.
Ali tersenyum dan mengangguk.
"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.
"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.
Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.
Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.
Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.
"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"
"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.
Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.
Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.
"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.
Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.
Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.
"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.
Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.
Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.
Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.
"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.
Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.
"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.
"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.
Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.
"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.
"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.
Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.
Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?
Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.
Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!
"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.
Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.
"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.
"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.
"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.
"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.
"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.
Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.
"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."
"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.
Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.
"Sekarang pulanglah!" kata Ali.
Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.
"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.
Ali tersenyum dan mengangguk.
"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.
"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.
Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.
Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.
Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.
"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"
"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.
Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.
Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar