Oleh: Iman Santoso, Lc
Kita
sekarang berada di akhir zaman. Kiamat sudah dekat. Salah satu tanda
kiamat adalah munculnya Dajjaal. Ada Dajjaal yang sebenarnya
sebagaimana disebutkan dalam hadits-hadits shahih, dan ada pula anak
buah Dajjaal atau orang-orang yang memiliki karakter seperti Dajjaal.
Keduanya senantiasa menimbulkan fitnah, kerusakan, dan penyesatan.
Proyek perusakan dan penyesatan mereka, kadang begitu gamblang menyolok
mata. Kadang dibungkus dengan berbagai macam alasan yang masuk akal.
Bagi
umat Islam yang memahami Islam atau belajar tentang Islam, pasti
mendengar berita tentang Dajjaal. Karena hadits yang membicarakan
tentang Dajjaal sangat banyak dan kebenaran beritanya sampai ke tingkat
mutawattir (periwayatan hadits yang disampaikan oleh orang banyak dari
satu generasi ke generasi berikutnya). Dan hadits mutawwatir dipastikan
kebenarannya dan tidak ada yang mengingkarinya dari kalangan ulama.
Datangnya
Dajjaal yang kemudian berhadapan dan dibunuh oleh Nabi Isa a.s.,
merupakan salah satu tanda-tanda dari hari kiamat. Bahkan Nabi Isa a.s.
bukan hanya membunuh Dajjaal, tetapi menghancurkan salib dan memerangi
orang-orang kafir. Nabi Isa a.s. pada saat itu menjadi pemimpin yang
adil dan mengikuti syariat Nabi Muhammad saw. Berita tentang turunnya
Dajjaal dan Nabi Isa a.s. adalah aqidah yang harus diyakini oleh umat
Islam secara keseluruhan, karena bersumber dari hadits shahih dari
Rasulullah saw.
Begitu besarnya bahaya
fitnah Dajjaal, sampai Rasulullah saw. memerintahkan kepada umatnya
untuk senatiasa berdoa dalam setiap shalat agar terbebas dari fitnah
tersebut. Beliau bersabda, “Jika kalian membaca tasyahud, maka
berlindunglah dari empat hal, yaitu berkata: ‘Ya Allah aku berlindung
kepada-Mu dari adzab Jahannam, dari adzab kubur, dari fitnah kehidupan
dan kematian, dan dari buruknya fitnah al-Masih ad-Dajjaal.’” (HR
Muslim)
Arti Dajjaal
Dajjaal menurut bahasa berasal dari
kata dajala, berarti berdusta dan menutup. Dajala haq bil batil artinya
menutupi atau mencampuradukkan yang hak dengan yang batil. Disebut
dajjaal karena menutupi kebenaran dengan kata-kata dustanya. Dajjaal
berarti seorang yang sangat pendusta dan menutupi kebenaran. Sedangkan
Dajjaal yang disebutkan dalam hadits adalah satu mahluk khusus sebangsa
manusia yang akan muncul di hari-hari menjelang kiamat, memfitnah
manusia, dan mempunyai karakteristik khusus.
Hadits-hadits tentang Dajjaal
Disebutkan dalam hadits- hadits Rasulullah saw.:
“Selain
Dajjaal lebih aku takuti atasmu dari dajjaal. Jika Dajjaal keluar dan
aku berada di hadapan kalian, maka aku melawannya membela kalian. Tetapi
jika ia keluar dan aku tidak di antara kalian, maka setiap orang
membela diri sendiri. Allah akan melindungi setiap muslim. Dajjaal
adalah pemuda berambut keriting, mata (kirinya) menonjol, seperti saya
umpamakan dengan Abdul ‘Uzza bin Qathan. Siapa yang menjumpainya, maka
bacalah awal surat al-Kahfi. Dajjaal akan keluar di antara jalan Syam
dan Irak. Berjalan membuat kerusakan di kanan dan di kiri. Wahai
hamba-hamba Allah, tetap teguhlah (pada ajaran Islam).” (HR Muslim)
“Setiap negeri pasti didatangi Dajjaal, kecuali Mekkah dan Madinah.” (HR Muslim).
“Mengikuti Dajjaal 70 ribu orang-orang Yahudi dari Asbahan yang memakai topi.” (HR Muslim).
“Setiap
Nabi pasti memperingatkan kaumnya dengan si buta pendusta. Ingatlah
bahwa Dajjaal adalah buta, dan Rabb kalian Azza wa Jalla tidak buta.
Dajjaal ditulis di antara dua matanya k f r (kafir).” (Muttafaqun
alaihi).
“Maukah aku ceritakan berita tentang Dajjaal, sesuatu
yang pernah diceritakan setiap nabi pada kaumnya. Dajjaal adalah buta,
dia datang dengan sesuatu seperti surga dan neraka. Apa yang dikatakan
surga adalah neraka.” (Muttafaqun ‘alaihi).
“Dajjaal akan muncul
pada umatku, maka ia hidup selama 40 (saya tidak tahu apakah 40 hari,
atau bulan atau tahun). Kemudian Allah mengutus Isa bin Maryam, ia
seperti Urwah bin Mas’ud. Maka Isa as. mencari Dajjaal dan
menghancurkannya. Kemudian Isa tinggal bersama manusia 7 tahun, tidak
akan terjadi permusuhan di antara dua kelompok.” (HR Muslim).
“Perang
besar, pembukaan kota Konstantinopel dan keluarnya Dajjaal (terjadi)
dalam 7 bulan.” (HR Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Ciri-Ciri Dajjaal
Banyak
lagi hadits-hadits yang menjelaskan ciri-ciri dan karakteristik Dajjaal
yang akan datang di akhir zaman. Dan dari beberapa hadits di atas dapat
disimpulkan tentang sifat dan karakteristik Dajjaal adalah:
¨ Mahluk dari bangsa manusia keturunan Yahudi.
¨ Ciri khas fisiknya: berambut keriting, mata kanannya buta, mata kirinya menonjol, di antaranya tertulis kafir.
¨ Senantiasa berdusta dan menipu manusia agar menjadi kafir dan menjadi pengikutnya.
¨ Aktivitasnya membuat kerusakan di bumi.
¨ Pengikut setianya orang-orang Yahudi dan orang-orang kafir.
¨ Senantiasa keliling dunia, kecuali Mekkah dan Madinah.
¨ Datang membawa keajaiban yang dapat menyihir dan menipu manusia, dengan harta, kekuasaan, dan wanita.
¨ Dajjaal akan berhadapan dan dibunuh oleh Nabi Isa a.s.
Namun,
di samping Dajjaal yang sebenarnya, Rasulullah saw. juga mengingatkan
umatnya akan bahaya orang-orang yang memiliki sifat Dajjaal. Dari Abu
Hurairah ra., dari Nabi saw. bersabda : “Tidak akan terjadi hari kiamat
sampai munculnya Dajjaal-Dajjaal pendusta sekitar 30 orang, semuanya
mengaku utusan Allah.” (HR Muslim).
“Selain Dajjaal ada yang lebih aku takuti atas umatku dari Dajjaal, yaitu para pemimpin yang sesat.” (HR Ahmad).
Fitnah Dajjaal
Dajjaal
hadir untuk membuat fitnah yang menyebabkan orang beriman menjadi sesat
dan kafir. Sebagaimana disebutkan dalam hadits, di samping ada Dajjaal
yang sebenarnya, ada juga manusia-manusia yang mempunyai karakteristik
seperti Dajjaal. Oleh karena itu umat Islam juga harus mewaspadainya.
Mereka adalah para pemimpin yang sesat dan nabi-nabi palsu. Mereka
sangat berbahaya karena datang pada setiap tempat dan waktu. Sedangkan
Dajjaal akan datang hanya menjelang hari kiamat. Maka para pemimpin yang
sesat yang memiliki sifat-sifat Dajjaal tingkat bahayanya lebih kuat
dari Dajjaal yang sebenarnya. Namun keduanya adalah fitnah yang harus
diwaspadai oleh setiap muslim.
Para pemimpin di sepanjang masa
selalu ada yang menjadi musuh para nabi dan para dai yang mengajarkan
kebenaran. Dari mulai Raja Namrud, Fira’aun, dan Abu Jahal, sampai
pemimipin sesat setelah wafatnya Rasulullah saw. Mereka di antaranya
pemimpin-pemimpin dunia yang membantai dan menghancurkan negeri muslim,
dan pemimpin-pemimpin dunia lainnya yang menimbulkan fitnah, menebar
kesesatan, dan membuat kerusakan di dunia.
Fitnah Dajjaal, baik
yang sebenarnya maupun para pemimpin yang memiliki sifat Dajjaal, adalah
bahaya laten yang harus dihadapai umat Islam. Fitnah Dajjaal membuat
umat Islam menjadi sesat dan kafir. Dan umat Islam dapat saling bunuh
karena fitnah Dajjaal tersebut. Dajjaal memutarbalikan fakta, sehingga
yang benar menjadi salah dan yang salah menjadi benar, yang haram
menjadi halal dan yang halal menjadi haram. Fitnah tersebut didukung
dengan dana, media masa, dan oknum-oknum yang memang telah sesat. Lebih
dahsyat lagi Dajjaal didukung lembaga internasional dan negara-negara
adidaya.
Fitnah yang paling bahaya dari Dajjaal adalah yang
keluar dari mulutnya. Dan fitnah ini didukung media masa dan disebarkan
keseluruh penduduk dunia. Masuk ke rumah-rumah keluarga muslim dan
menyesatkan mereka. Dajjaal –baik yang sebenarnya atau yang mirip-mirip–
senantiasa mengucapkan kata-kata yang membuat manusia sesat dari agama
Allah. Dajjaal senantiasa memproduk ungkapan sesat, batil, dan
kontroversial. Sehingga kebenaran menjadi kabur dan tidak jelas,
sedangkan kebatilan seolah-olah indah dan menarik. Kebenaran selalu
ditutup-tutupi dan dibungkus dengan dusta. Syariat Islam dianggap kejam
dan tidak manusiawi, sedangkan nilai-nilai sekular dianggap baik, adil,
dan paling cocok untuk kehidupan di era modern. Nilai-nilai agama
dijauhkan dan direduksi dari kehidupan sosial dan kenegaraan. Bid’ah
dianggap sunnah dan sunnah dianggap bid’ah. Umat Islam dicap
fundamentalis, ekstrem, dan teroris; sedangkan non-muslim dianggap
humanis, baik, dan demokratis.
Apakah Ibnu Shayyaad adalah Dajjaal?
Disebutkan dalam hadits:
Dari
Abdullah berkata, kami bersama Rasulullah saw. maka kami melewati
anak-anak, di antaranya Ibnu Shayyaad. Anak-anak lari, sedangkan Ibnu
Shayyaad tetap duduk. Seolah-olah Rasulullah saw. tidak suka padanya.
Rasuullahl saw. berkata padanya: ”Apakah engkau bersaksi bahwa aku
Rasulullah saw.?” Ibnu Shayyaad berkata: ”Tidak, tapi apakah engkau
bersaksi bahwa aku Rasulullah saw.“ Berkata Umar, ”Wahai Rasulullah
saw., biarkanlah aku membunuhnya.” Rasulullah saw. berkata: ”Jika benar
yang engkau lihat (adalah Dajjaal), maka engkau tidak akan bisa
membunuhnya.” (HR Muslim)
Rasulullah saw. tidak memastikan bahwa
Ibnu Shayyaad adalah Dajjaal yang dimaksud itu, walaupun demikian beliau
juga membiarkan dan tidak menafikan ketika sebagian sahabat bersumpah
bahwa dia adalah Dajjaal. Hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan
pendapat di antara para ulama, apakah Ibnu Shayaad adalah Dajjaal?
Memang ketika Rasulullah saw. menyebutkan sifat-sifat Dajjaal yang akan
muncul menjelang hari kiamat, di antaranya bahwa Dajjaal adalah kafir
dari keturunan Yahudi, tidak akan memasuki Mekkah dan Madinah, dan tidak
punya anak. Sedangkan Ibnu Shayaad mengaku muslim, walaupun dari
keturunan Yahudi. Dia lahir di Madinah, mempunyai orang tua, dan punya
anak. Dan Ibnu Shayyaad sempat berangkat haji menuju Mekkah bersama Abu
Said al-Khudri.
Ilmu secara pasti tentang Ibnu Shayyaad Dajjaal
atau bukan, hanyalah Allah yang tahu. Tetapi dari isyarat Rasulullah
saw. dan sifat-sifatnya, maka para ulama mengambil kesimpulan bahwa Ibnu
Shayyaad salah seorang yang memiliki sifat Dajjaal. Dia ahli sihir,
dukun, dan mengaku banyak tahu tentang masalah ghaib. Sehingga, ketika
sebagian sahabat bersumpah, diantaranya Umar bin Khattab bahwa Ibnu
Shayyaad adalah Dajjaal, Rasulullah saw. tidak menafikannya. Wallahu
Alam.
Kiat-kiat Menghadapi Fitnah Dajjaal
Untuk menghadapi
fitnah Dajjaal, maka umat Islam harus berjihad melawan kebatilan. Ulama
harus menjelaskan kepada umat antara yang hak dengan yang batil agar
mereka tidak menjadi bingung dan tidak tersesat. Rasulullah saw.
bersabda: “Sebaik-baiknya jihad adalah perkataan yang benar pada
penguasa yang sesat.” (HR Ahmad).
Seluruh bentuk fitnah harus
dilawan oleh umat Islam. Fitnah kemusyrikan, fitnah pelecehan terhadap
kehormatan Nabi saw., fitnah pembunuhan, fitnah pornografi dan
pornoaksi, fitnah pelecehan terhadap Islam dan umat Islam, dan fitnah
lainnya. Dan fitnah itu harus dilawan dengan semua bentuk kekuatan yang
dimiliki dan bisa dimiliki umat Islam sehingga Islam menjadi ajaran yang
eksis di muka bumi ini. Allah swt. berfirman: ”Dan perangilah mereka,
supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah.
Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha
Melihat apa yang mereka kerjakan.” (Al-Anfal: 39).
Sedangkan kiat
praktis yang harus dilakukan oleh umat Islam, yaitu senantiasa membaca
Al-Qur’an dan menghafalkannya. Khususnya surat Al-Kahfi. Rasulullah saw.
bersabda, “Siapa yang hapal 10 ayat pertama surat al-Kahfi, maka dia
selamat dari Dajjaal” (HR Muslim).
Sumber : http://www.dakwatuna.com/2007/fitnah-dajjaal/
Share
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari) <---> Bagi yang membaca ini alangkah baiknya untuk membagikan pada yang lain, Ayo silahkan dishare.... Teruskan ilmu, jangan disimpan sendiri...
Jumat, 21 Oktober 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Ayo bersedekah setiap hari
“Tidak ada satu subuh-pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat.
Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,
sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”
(HR Bukhary 5/270)
Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.
Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.
Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :
1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan
Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :
1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-
2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-
3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-
4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-
5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Terimakasih atas partisipasinya kepada rekan-rekan yang telah berbagi terutama buat mereka yang belum melakukan konfirmasinya, semoga Allah mengganti dengan yang lebih baik dan menjadi amalan yang akan memperberat amal kebaikan di yaumil akhir.
Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,
sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”
(HR Bukhary 5/270)
Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.
Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.
Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :
1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
4. Anak Yatim
5. Buka Puasa
Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
--> Bank BRI Syariah No Rek. 1041682996
--> Bank Muamalat No Rek. 3560009874
--> Bank Mandiri No Rek. 114-00-0594415-5
--> Bank BCA No Rek. 8110330589
Semua atas nama Wagimin.Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan
Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :
1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-
2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-
3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-
4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-
5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.033,-
Penolong Misterius
Ketika senja telah turun mengganti siang dengan malam, seorang laki-laki bergegas mengambil air wudhu. Memenuhi panggilan adzan yang bergaung indah memenuhi angkasa.
"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.
Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.
Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.
"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.
Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.
Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.
Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.
"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.
Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.
"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.
"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.
Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.
"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.
"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.
Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.
Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?
Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.
Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!
"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.
Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.
"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.
"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.
"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.
"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.
"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.
Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.
"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."
"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.
Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.
"Sekarang pulanglah!" kata Ali.
Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.
"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.
Ali tersenyum dan mengangguk.
"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.
"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.
Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.
Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.
Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.
"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"
"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.
Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.
Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.
"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.
Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.
Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.
"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.
Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.
Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.
Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.
"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.
Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.
"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.
"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.
Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.
"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.
"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.
Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.
Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?
Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.
Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!
"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.
Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.
"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.
"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.
"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.
"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.
"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.
Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.
"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."
"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.
Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.
"Sekarang pulanglah!" kata Ali.
Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.
"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.
Ali tersenyum dan mengangguk.
"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.
"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.
Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.
Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.
Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.
"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"
"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.
Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.
Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar