Oleh: Mochamad Bugi
Masuk Islamnya Penduduk Yatsrib
dakwatuna.com -
Kota Yatsrib berpenduduk asli Suku Aus dan Suku Khazraj. Di samping
mereka, orang-orang Yahudi juga menentap di sana. Meski bermuamalah
dengan penduduk Suku Aus dan Khazraj, orang-orang Yahudi tidak bisa
menutupi sikap permusuhan mereka. Bahkan, orang-orang Yahudi ini
menjanjikan bahwa akan datang seorang nabi yang akan memimpin mereka
memerangi Suku Aus dan Khazraj sebagaimana memerangi kaum ‘Ad dan
Tsamud.
Keyakinan akan datangnya nabi tersebut begitu melekat di
penduduk Yatsrib. Hingga suatu ketika di musim haji Rasulullah saw.
berdakwah dengan mendatangi kabilah-kabilah yang tengah melaksanakan
haji di Baitullah. Rasulullah saw. berjumpa dengan rombongan dari Suku
Khazraj. Beliau menawarkan Islam kepada mereka. Orang-orang Khazraj
saling berkata kepada satu sama lain, “Ketahuilah, demi Allah, ini
adalah Nabi yang pernah dijanjikan oleh orang-orang Yahudi kepada
kalian. Maka, jangan sampai mereka mendahului kalian.”
Spontan
orang-orang Suku Khazraj itu menerima ajakan Rasulullah saw. Mereka
masuk Islam. Mereka kembali ke Yatsrib dan mengajak kaumnya masuk Islam
sehingga tidak ada satu pun rumah-rumah Suku Khazraj dan Aus yang
penghuninya tidak membicarakan tentang Rasulullah saw. dan agama Islam.
Baiat Aqabah
Setahun
setelah perjumpaan pertama itu, 12 orang penduduk Yatsrib yang telah
beriman pergi ke Mekkah untuk melaksanakan haji dan menemui Rasulullah
saw. Mereka bertemu di Aqabah. Di sana mereka membai’at (bersumpah
setia) kepada Rasulullah saw. Isi baiat mereka adalah seperti baiat kaum
wanita. Isi baiat nisa (wanita) adalah, pertama, tidak mempersekutukan
sesuatu apa pun dengan Allah; kedua, tidak mencuri; ketiga, tidak akan
berzina; keempat, tidak akan membunuh anak-anak mereka sendiri, tidak
akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka,
dan tidak berdurhakai Rasulullah dalam urusan yang baik.
Mereka
juga shalat bersama Rasulullah saw. Kemudian Rasulullah saw. mengutus
Mus’ab bin Umair untuk mewakili Rasulullah saw. membacakan Al-Qur’an dan
mengajarkan Islam kepada mereka di Yatsrib.
Pada musim haji
berikutnya Mus’ab bin Umair membawa rombongan muslimin Yatsrib yang
terdiri atas 73 pria dan 2 wanita menuju Mekkah. Mereka membuat janji
bertemu dengan Rasulullah saw. pada pertengahan hari tasyrik di Aqabah.
Setelah lewat sepertiga malam di malam waktu yang dijanjikan, rombongan
itu menjumpai Rasulullah saw. secara diam-diam.
Rasulullah saw.
menerima mereka didampingi oleh Abbas, paman beliau. Abbas menyelidiki
ketulusan orang-orang Yatsrib untuk membela Rasulullah saw. Setelah itu
Rasulullah saw. bersabda, “Aku membaiat kalian untuk membelaku -jika aku
dantang kepada kalian-seperti kalian membela anak dan istri kalian; dan
bagi kalian surga.” Setelah itu, satu per satu orang-orang Yatsrib yang
hadir berdiri dan membaiat Rasulullah saw. Lalu Rasulullah saw. meminta
mereka menyiapkan 12 orang naqib.
Setelah orang-orang Yatsrib
meninggalkan Mekkah, kabar tentang peristiwa baiat itu sampai ke telinga
kalanga Quraisy. Orang-orang Quraisy berusaha mengejar rombongan itu,
namun tidak berhasil menemukan.
Pada Baiat Aqabah kedua ini,
Rasulullah saw. menambahkan satu isi yang tidak ada di Baiat Aqabah
pertama, yaitu syarat ikut berperang. Kaum muslimin Yatsrib diminta
berjanji untuk ikut berperang di sisi Rasulullah saw. Ubadah bin Shamit
r.a. adalah salah seorang yang hadir dalam peristiwa itu. Ia berkata,
“Kami telah berbaiat kepada Rasulullah saw. pada baiatul-harbi (bai’at
perang) untuk mendengar dan setia dalam keadaan susah dan senang, dalam
keadaan bahagia dan sengsara, serta mendahulukan kepentingan dakwah atas
kepentingan diri sendiri, tidak akan menentang urusan dari ahlinya,
mengatakan yang benar di manapun kami berada, serta kami tidak akan
takut kepada celaan orang lain dalam menegakkan agama Allah.”
Hijrah Ke Madinah
Rasulullah
saw. memberi izin kaum muslimin untuk hijrah ke Yatsrib. Maka
bergegaslah mereka hijrah diam-diam secara sendiri-sendiri atau
berombongan. Hingga kaum muslimin di Mekkah hanya tersisa Rasulullah
saw. bersama Abu Bakar dan Ali bin Abu Thalib serta beberapa orang lagi
yang ditahan paksa musyrikin Quraisy.
Kaum Quraisy tahu betul
bahwa kaum muslimin hijrah ke tepat yang strategis. Yatsrib adalah
lintasan kafilah dagang kaum Quraisy menuju Syam. Karena itu, mereka
khawatir jika Rasulullah saw. sampai ikut hijrah ke Yatsrib akan membuat
fatal urusan dagang mereka. Maka mereka berkumpul di Darun Nadwah.
Mereka
sepakat masing-masing kabilah akan mengirim seorang pemuda dengan
pedang terhunus untuk membunuh Rasulullah saw. secara bersama-sama.
Dengan demikian, darah Rasulullah saw. menjadi noda seluruh kabilah yang
ada di Mekkah dan Bani Abdi Manaf tidak dapat menuntut balas.
Rencana
jahat itu disampaikan Ibis dalam bentuk seorang tokoh dari Nejed,
sehingga secara aklamasi disetujui oleh orang-orang yang hadir.
Allah
swt. mengutus Jibril a.s. untuk mengabarkan rencana jahat itu. Kata
Jibril, “Engkau jangan tidur malam ini di atas tempat tidur yang biasa
engkau gunakan.” Lalu Rasulullah saw. memerintahkan Ali bin Abu Thalib
tidur di tempat tidurnya dengan berselimut.
Para pemuda utusan
seluruh kabilah memata-matai rumah Rasulullah saw. Rasulullah saw.
mengambil segenggam tanah lalu melemparkan ke atas kepala mereka sambil
membaca ayat ke-9 surat Yasin, “Dan Kami adakan di hadapan mereka
dinding dan di belakang mereka dinding pula; dan Kami tutup mata mereka
sehingga mereka tidak dapat melihat.”
Rasulullah saw. dan Abu
Bakar bergegas menuju Gua Tsur. Di sana mereka bersembunyi selama 3
hari. Seekor laba-laba menutupi mulut gua dengan anyaman
jaring-jaringnya. Seekor burung merpati bertelur di depan gua. Abu
Fuhairah, pesuruh Abu Bakar, ditugaskan mengembalakan kambing untuk
menghapus jejak Rasulullah saw. Namun, para pencari jejak kaum Musyrikin
Quraisy sampai juga ke mulut Gua Tsur. “Jika salah seorang di antara
mereka melihat ke bawah, niscaya mereka akan melihat kami,” kata Abu
Bakar. Namun Rasulullah saw. berkata kepada Abu Bakar, “Bagaimana engkau
mengira kita dua orang, padahal Allah yang ketiga.”
Di hari
ketiga Abdullah bin Uraiqit yang bukan muslim, datang membawa unta dan
menjadi petunjuk jalan hijrah Rasulullah saw. menuju Yatsrib. Sementara
kaum Quraisy yang merasa kecolongan, mengumumkan hadiah bagi siapa saja
yang berhasil mendatangkan kembali Rasulullah saw. dan Abu Bakar.
Suraqah
berharap mendapat hadiah itu. Ia menemukan jejak Rasulullah saw. Namun
ketika mencoba mendekat, Rasulullah saw. berdoa. Dua kaki depan kuda
Suraqah terbenam ditelan bumi. Suraqah memohon agar Rasulullah saw.
mendoakan kudanya keluar dari himpitan bumi dan ia berjanji akan
menghalau para pemburu hadiah dari Nabi dan Abu Bakar. Rasulullah saw.
mengabulkan bahkan menjanjikan gelang Kaisar Persia. “Bagaimana
pendapatmu, wahai Suraqah, jika engkau memakai gelang-gelang Kisra?”
Janji ini terpenuhi di masa Kekhalifahan Umar bin Khathab.
Rute
yang ditempuh Rasulullah saw. menuju Yatsrib bukan rute biasa.
Rasulullah saw. dibawa Abdullah bin Uraiqit menyusuri pesisir Laut
Merah. Dalam perjalanan itu Rasulullah saw. melawati kemah milik Ummu
Ma’bad. Tahun itu adalah musim kering dan tandus. Tidak ada air.
Rasulullah saw. meminta izin kepada Ummu Ma’bad untuk memerah seekor
kambing kurus miliknya.
Rasulullah saw. memerah susu kambing itu.
Satu bejana penuh mereka minum. Sebelum pergi melanjutkan perjalanan,
Rasulullah saw. memerah lagi satu bejana penuh untuk Ummu Ma’bad. Ketika
suaminya tiba, Ummu Ma’bad menceritakan peristiwa itu. Suaminya
berkata, “Demi Allah, aku berpendapat, dialah orang yang sedang
dicari-cari oleh orang Quraisy.”
Tiba Di Madinah
Sejak
mendengar kabar Rasulullah saw. telah keluar dari Kota Mekkah, setiap
hari kaum muslimin Yatsrib keluar rumah menunggu-nunggu kedatangan
beliau. Hingga orang yang ditunggu itu tiba pada hari Senin tanggal 12
Rabi’ul Awwal di tahun ke-13 kenabian.
Seorang Yahudi
berteriak-teriak di atas bangunan tertinggi Yatsrib menginformasikan
kedatangan Rasulullah saw. Orang-orang menyambut Rasulullah saw. yang
kemudian menginap di perkampungan Bani Amr bin ‘Auf selama 14 hari. Di
sini Rasulullah saw. membangun Masjid Kuba. Di hari Jum’at Rasulullah
saw. meninggalkan Kuba dan shalat Jum’at di Bani Salim bin ‘Auf.
Rasulullah saw. kembali meneruskan perjalanan. Orang-orang berebut
memegang tali kekang unta beliau dan menawarkan singgah ke rumah-rumah
mereka. Rasulullah saw. berkata, “Biarkan saja unta ini karena ia
berjalan menurut perintah.”
Unta Rasulullah saw. berhenti di
tanah milik dua orang anak yatim yang diasuh As’ad bin Zurarah.
Rasulullah saw. membebaskan tanah itu dengan harga yang layak dan
membangun masjid. Itulah Masjid Nabawi. Selama pembangunan masjid dan
rumah, Rasulullah saw. tinggal sebagai tamu di rumah Abu Ayyub
Al-Anshari.
Setelah beberapa hari Rasulullah saw. mengutus Zaid
bin Haritsah dan Abu Rafi menjemput keluarga Rasulullah saw. yang
tertinggal di Mekkah, kecuali putri Rasulullah yang bernama Zaenab.
Mempersaudarakan Mujahirin dan Anshar
Selain
membangun masjid, mengubah nama kota dari Yatsrib menjadi Madinah, dan
membuat perjanjian dengan kelompok-kelompok Yahudi dan kabilah lainnya,
Rasulullah saw. juga mempersaudarakan antara kaum muslimin asal Mekkah
-disebut Muhajirin-dengan kaum muslimin asal Madinah -disebut Anshar–.
Jumlah mereka seluruhnya 90 orang pria. Mereka dipersaudarakan untuk
saling tolong menolong dan saling memberi warisan setelah mereka
meninggal kelak, selain memberi warisan kepada kaum kerabat mereka
sendiri. Sampai ketentuan saling mewarisi ini dihentikan oleh Allah swt.
dengan turunnya ayat 75 surat Al-Anfal. Dengan persaudaraan ini, beban
sosial dari peristiwa hijrahnya kaum Muhajirin dari Mekkah yang tanpa
membawa harta sedikitpun, terselesaikan.
Perubahan Arah Kiblat
Selama
16 bulan Rasulullah saw. melaksanakan shalat menghadap ke Baitul
Maqdis, Palestina. Orang-orang Yahudi mengklaim bahwa Rasulullah saw.
menyamai kiblat mereka. Mereka berkata bahwa arah kiblatnya sama dengan
mereka, maka agama Rasulullah hampir menyamai agama mereka.
Karena
itu, Rasulullah saw. menginginkan agar Allah swt. mengubah arah kiblat
ke Mekkah. Atas harapan Rasulullah saw. ini, Allah swt. menurunkan ayat
144 surat Al-Baqarah. “Sungguh kami sering melihat wajahmu menengadah ke
langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu
sukai. Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram.”
Atas
perintah Allah swt. ini, seluruh kaum muslimin membalikan arah kiblat
180 derajat, dari Baitul Maqdis menuju Baitullah di Mekkah. Peristiwa
besar ini menjadi ujian bagi kaum muslimin dan juga kaum kafirin.
Sumber : http://www.dakwatuna.com/2008/dari-masuk-islamnya-penduduk-yatsrib-hingga-pengalihan-arah-kiblat/
Share
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari) <---> Bagi yang membaca ini alangkah baiknya untuk membagikan pada yang lain, Ayo silahkan dishare.... Teruskan ilmu, jangan disimpan sendiri...
Jumat, 21 Oktober 2011
Dari Masuk Islamnya Penduduk Yatsrib Hingga Pengalihan Arah Kiblat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Ayo bersedekah setiap hari
“Tidak ada satu subuh-pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat.
Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,
sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”
(HR Bukhary 5/270)
Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.
Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.
Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :
1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan
Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :
1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-
2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-
3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-
4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-
5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Terimakasih atas partisipasinya kepada rekan-rekan yang telah berbagi terutama buat mereka yang belum melakukan konfirmasinya, semoga Allah mengganti dengan yang lebih baik dan menjadi amalan yang akan memperberat amal kebaikan di yaumil akhir.
Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,
sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”
(HR Bukhary 5/270)
Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.
Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.
Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :
1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
4. Anak Yatim
5. Buka Puasa
Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
--> Bank BRI Syariah No Rek. 1041682996
--> Bank Muamalat No Rek. 3560009874
--> Bank Mandiri No Rek. 114-00-0594415-5
--> Bank BCA No Rek. 8110330589
Semua atas nama Wagimin.Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan
Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :
1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-
2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-
3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-
4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-
5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.033,-
Penolong Misterius
Ketika senja telah turun mengganti siang dengan malam, seorang laki-laki bergegas mengambil air wudhu. Memenuhi panggilan adzan yang bergaung indah memenuhi angkasa.
"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.
Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.
Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.
"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.
Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.
Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.
Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.
"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.
Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.
"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.
"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.
Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.
"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.
"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.
Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.
Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?
Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.
Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!
"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.
Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.
"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.
"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.
"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.
"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.
"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.
Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.
"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."
"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.
Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.
"Sekarang pulanglah!" kata Ali.
Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.
"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.
Ali tersenyum dan mengangguk.
"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.
"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.
Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.
Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.
Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.
"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"
"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.
Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.
Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.
"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.
Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.
Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.
"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.
Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.
Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.
Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.
"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.
Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.
"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.
"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.
Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.
"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.
"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.
Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.
Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?
Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.
Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!
"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.
Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.
"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.
"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.
"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.
"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.
"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.
Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.
"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."
"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.
Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.
"Sekarang pulanglah!" kata Ali.
Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.
"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.
Ali tersenyum dan mengangguk.
"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.
"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.
Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.
Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.
Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.
"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"
"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.
Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.
Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar