Selasa, 08 Mei 2012

BAGAIMANA DOSA-DOSA KECIL DAPAT MENJADI BESAR?

Perlu diketahui bahwa dosa kecil dapat menjadi besar karena beberapa sebab, di antaranya:

1. Apabila dilakukan dengan konsisten dan terus menerus.

Oleh sebab itu dinyatakan oleh para ulama As-Salaf: Tidak ada yang namanya dosa kecil apabila dilakukan dengan terus-menerus. Dan tidak ada yang dinamakan dengan dosa besar, bila diiringi dengan taubat.

2. Karena diremehkan.

Sesungguhnya perbuatan dosa itu apabila dianggap berat oleh seorang hamba, akan menjadi kecil di sisi Allah. Namun sebaliknya apabila diremehkan, ia akan menjadi besar di sisi Allah. Karena anggapan sebuah dosa sebagai dosa yang besar, berpangkal dari hati yang benci kepadanya dan berupaya menghindarinya.

3. Apabila seorang hamba merasa senang melakukannya.

Kegembiraan,kebanggaan, dan kelengahan seorang hamba terhadap dosa tersebut, menjadikannya sebagai dosa besar. Ketika rasa senang kepada dosa kecil sudah mendominasi diri seseorang, maka menjadi besarlah dosa kecil tersebut dan besar pula pengaruhnya untuk menghitamkan pada hatinya. Sampai-sampai ada pelaku dosa yang bangga dan berbesar hati dengan dosanya, karena saking gembiranya dia dengan perbuatan doa tersebut. Misalnya seperti orang yang berkata: �Tidak kamu mengetahui, bagaimana aku membuntuti si Fulanah dan berhasil melihatnya?� Atau seperti perkataan seseorang usai berdebat: �Tidakkah kamu mengetahui bagaimana aku kemukakan segala kejelekannya sehingga membuat dirinya malu? Dan bagaimana juga aku merendahkannya? Bagaimana aku membuatnya kebingungan? Atau bisa juga seperti pernyataan seorang bisnisman: �Tidakkah kamu mengetahui, bagaimana aku dapat menjual barang palsu kepadanya? Bagaimana aku menipunya? Bagaimana aku preteli hartanya? Bagaimana aku membuatnya seperti orang bodoh?� Kesemua perbuatan itu bisa merubah dosa-dosa kecil menjadi besar. Sesungguhnya dosa-dosa itu membinasakan! Apabila seorang hamba terjerumus kepada semua dosa-dosa itu, syetan berhasil menggiringnya ke arah sana, maka hendaknya ia merasa bahwa dirinya berada di dalam musibah, dan mengasihani dirinya sendiri, karena syetan berhasil mengalahkannya, dan karena dirinya semakin jauh dari Allah.

4. Apabila menyepelekan pengampunan Allah, merasa santai dan kurang perhatian.

Ia tidak sadar bahwa kesantaiannya itu karena Allah memang membiarkannya demikian agar semakin bertumpuk dosa-dosanya. Ia justru beranggapan bahwa ia dapat berbuat maksiat karena Allah memang peluang. Itulah yang dinamakan dengan 'merasa aman' terhadap siksa Allah dan kebodohannya dengan tertipu oleh anggapannya terhadap Allah. Sebagaimana difirmankan oleh Allah:

"Dan mereka mengatakan pada diri mereka sendiri: ‘Mengapa Allah tidak menyiksa kita disebabkan apa yang kita katakan itu’ Cukuplah bagi mereka naar Jahannam yang akan mereka masuki. Dan naar itu adalah seburuk-buruk tempat kembali." (Al-Mujadilah:8)

5. Apabila dosa itu dilakukan dengan terang-terangan.

Yakni apabila seseorang menyebut-nyebutnya setelah ia melakukannya, atau melakukannya di hadapan orang banyak. Yang demikian itu adalah tindakan makarnya terhadap ampunan yang seharusnya dapat diberikan kepadanya. Selain juga dapat mengundang hasrat orang lain yang mendengar atau melihatnya untuk ikut melakukan perbuatan dosa itu. Jadilah dua macam dosa terkumpul menjadi satu sehingga konsekuensinya menjadi lebih berat. Jika masih ditambah lagi dengan anjuran kepada orang lain dan ajakan untuk melakukannya, serta penyediaan sarana untuk melakukannya, jadilah empat kejahatan dalam satu perbuatan. Urusannya pun menjadi semakin jelek.

Dalam hadits disebutkan:

"Setiap umatku dapat diampuni dosa-dosanya, kecuali orang yang mengekspos perbuatan dosanya. Contoh dari mengekspos dosa adalah seorang lelaki yang berbuat dosa di malam hari, pagi harinya, Allah telah menutupi perbuatannya itu agar tidak diketahui oleh orang lain. Namun ia justru berkata: ‘Wahai Fulan, tadi malam aku melakukan ini dan itu.’ Di malam hari, hanya Allah yang mengetahui perbuatan dosanya, namun di pagi hari justru dia sendiri yang menyiarkannya." (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim)

Yang demikian itu karena di antara sifat Allah dan karunia-Nya adalah bahwa Dia ingin menampakkan yang baik-baik dan menyembunyikan yang buruk-buruk. Allah juga tidak akan menyingkap tabir keburukan. Maka menampakkan keburukan, berarti kekufuran terhadap karunia kenikmatan Allah tersebut. Sebagian ulama berkata: �Janganlah kamu berbuat dosa. Kalau kamu terpaksa berbuat dosa, janganlah kamu anjurkan orang lain melakukannya, yang menyebabkanmu melakukan dua dosa sekaligus. Oleh sebab itu Allah berfirman:

"Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan-perempuan, sebagian dari sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma’ruf."(AT-Taubah :67)

Sebagian ulama As-Salaf berkata: �Tidak pernah seseorang itu melakukan pelanggaran kehormatan yang lebih besar daripada menolong saudaranya melakukan maksiat dan mempermudah jalan maksiat itu kepadanya.

6. Apabila dilakukan oleh orang alim yang menjadi panutan.

Apabila ia melakukan dosanya itu dengan disaksikan orang lain, dosanya menjadi dosa besar. Seperti menggunjing orang dengan lidahnya, atau berkata kasar dalam perdebatan, atau menyepelekan orang dengan sengaja, atau sibuk mempelajari ilmu yang bertujuan hanya untuk mencari kedudukan, seperti ilmu retorika perdebatan. Kesemuanya itu adalah dosa-dosa seorang alim yang cenderung ditiru orang lain. Ketika si alim meninggal dunia, kajahatannya tetap bertebaran di muka bumi dalam jangka waktu yang panjang. Sungguh beruntung orang yang membawa mati segala keburukannya.

Allah berfirman:

"Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan." (Yasin:12)

Yang dimaksud dengan bekas-bekas yang mereka tinggalkan adalah pengaruh amal perbuatan yang masih terus ada setelah perbuatan itu bahkan pelakunya sendiri sudah tidak ada lagi.

Sumber:

Dosa – Bahaya dan Pencegahannya oleh Muhammad b.Ahmad Rasyid Ahman, penerbit At-Tibyan halaman 50-55



Share

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayo bersedekah setiap hari

“Tidak ada satu subuh-pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat.

Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,

sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”

(HR Bukhary 5/270)

Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.

Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.

Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :

1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
4. Anak Yatim
5. Buka Puasa

Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
--> Bank BRI Syariah No Rek. 1041682996
--> Bank Muamalat No Rek. 3560009874
--> Bank Mandiri No Rek. 114-00-0594415-5
--> Bank BCA No Rek. 8110330589
Semua atas nama Wagimin.

Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan

Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :


1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-

2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-

3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-

4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-

5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.033,-

Terimakasih atas partisipasinya kepada rekan-rekan yang telah berbagi terutama buat mereka yang belum melakukan konfirmasinya, semoga Allah mengganti dengan yang lebih baik dan menjadi amalan yang akan memperberat amal kebaikan di yaumil akhir.

Penolong Misterius

Ketika senja telah turun mengganti siang dengan malam, seorang laki-laki bergegas mengambil air wudhu. Memenuhi panggilan adzan yang bergaung indah memenuhi angkasa.

"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.

Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.

Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.

"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.

Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.

Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.

Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.

"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.

Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.

"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.

"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.

Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.

"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.

"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.

Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.

Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?

Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.

Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!

"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.

Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.

"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.

"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.

"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.

"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.

"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.

Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.

"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."

"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.

Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.

"Sekarang pulanglah!" kata Ali.

Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.

"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.

Ali tersenyum dan mengangguk.

"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.

"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.

Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.

Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.

Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.

"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"

"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.

Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.

Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.