Rabu, 16 November 2011

Mereka yang Dicinta Allah

oleh Samson Rahman

Setiap orang pasti menginginkan agar Allah mencintainya. Setiap orang berharap kasih Allah menyentuh sanubarinya. Cinta Allah senantiasa didamba, dirindu, dinanti dan ditunggu oleh orang-orang beriman di setiap hentakan nafas dan jejak jiwa mereka. Karena cinta Allah adalah segalanya bagi mereka. Bahkan cinta Allah itu lebih mereka harap dan rindu daripada surga,

Namun siapakah manusia yang akan mendapatkan limpahan cinta Allah? Siapa manusia yang akan merengkuh cinta Allah yang langsung mendapatkan jaminan dari firman-firman-Nya?

Bertaburan firman Allah dalam Al-Quran yang mengabarkan siapa saja manusia-manusia yang Dia cinta. Demikian pula dalam hadits-hadits Rasulullah yang mulia.

Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik dan kebajikan. Allah mencintai para pelaku ihsan (muhsinin) karena ihsan adalah jantung dan keimanan, ruh dan kesempurnaannya. Dia adalah puncak level agama dan merupakan setinggi-tingg akhlak kaum salihin. Di dalamnya terhimpun semua pesona akhlak seorang hamba, di dalamnya terangkum semua cahaya etika seorang abdi. Para muhsinin yang Allah cinta adalah mereka yang menunaikan ibadah mereka dengan penuh kerendahan hati dan dalam tingkat yang paling sempurna, sepi dan kosong dari riya dan pamer yang sering banyak membelit dan mencelakakan para pelaku ibadah.

Mereka adalah orang yang dalam dadanya dipenuhi keimanan kepada Allah secara sempurna, beribadah tanpa pamrih, mengabdi tiada henti. Tangannya demikian ringan melepaskan kebaikan, organ tubuhnya tertutup dari dosa-dosa yang menghancurkan.

وأنفقوا في سبيل الله ولا تلقوا بأيديكم إلى التهلكة وأحسنوا إن الله يحب المحسنين

Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik (Al-Baqarah : 195).

Dari tangan mereka mengalir kebaikan, dalam benak mereka terancang kebajikan. Maka Allah mencintai mereka sebagai imbalan atas kebaikan-kebaikan mereka. Karena Allah adalah Dzat Yang Muhsin (Maha Baik) dan ci mencitai kebaikan..

إن الله محسن يحب الإحسان

Sesungguhnya Allah itu Muhsin dan sangat mencinta orang-orang yag berbuat kebaikan (Shahih Al-Jami' al-Shaghir : 1834).

Dalam diri seorang yang muhsin kebaikan demikian berlimpah, kemarahan sangat minim adanya, keangkuhan tidak mendapatkan tempatnya, ketamakan menemukan kuburannya. Kedengkian tak lagi bisa bersemi indah. Kezhaliman tergantikan keadilan. Maaf menjadi mahkota hidupnya, jujur menyinari lorong-lorong sejarahnya. Amanah lekat pada dinding-dinding jiwanya. Pribadinya demikian indah. Dengan dimensi keindahan yang tiada tara. Wajar jika Sang Maha Kasih mencintainya.

Orang-orang bertakwa juga teraliri cinta Allah. Orang-orang bertakwa adalah manusia-manusia siaga untuk menerima perintah Allah dan menjauhi semua larangan-larangan-Nya. Hatinya adalah hati yang hidup yang bergetar manakalanama Allah bergema, bulu romanya berdiri manakala ayat-ayat Allah menyusupi jiwanya. Orang-orang bertakwa menurut Sayyidina Ali adalah mereka yang takut pada yang kuasa (khaifuuna min al-Jalil) yang mengamalkan aturan-aturan Al-Quran (al-'Amiluna bi al-Tanzil), yang rela dengan apa yang ada (Qani'una bi al-Qalil) dan yang senantiasa siaga untuk sebuah perjalanan yang pasti (al-Musta'idduna li Yaum al-Rahil). Orang-orang bertakwa senantiasa menatap surga dengan mata hatinya dan menghindari neraka dengan emosi rasa takutnya kepada Allah. Jiwanya berselimutkan harap pada Allah. Sebagaimana kata Ubay bin Ka'ab kepada Umar mengenai takwa itu : Tidakkah engkau pernah melewati jalanan yang penuh onak dan duri? Umar berkata : Ya! Lalu apa yang kamu lakukan? Kata Ubay. Aku berjalan berjingkat dan aku berusaha menghindarinya! Itulah takwa, jelas Ubay.

Orang yang bertakwa senantiasa siaga setiap waktu dan saat.Siaga diperintah Allah dan siaga pula untuk menghadap-Nya. Maka merekapun mendapatkan jaminan surga. Sebagaimana Allah firmankan :

إن المتقين في جنات ونهر. في مقعد صدق عند مليك مقتدر

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai, di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Berkuasa (Al-Qamar : 54-55).

Ketakwaan itu bersarang di dada seorang hamba dan hanya Allah yang tahu kadarnya. Takwa dalam hati seorang hamba dan akan terpantulkan dalam kehidupan manusia setiap harinya.

Orang-orang yang bertawakkal juga mendapat porsi cinta yang sama dari Allah. Mereka mendapatkan cinta Allah karena orang-orang yang tawakal akan senantiasa menampakkan ketidakberdayaannya di depan Sang Maha Digdaya, dan dia hanya menggantungkan diri hanya pada-Nya. Dia sangat mengerti tentang Tuhan dan sifat-sifat-Nya, mengerti tentang sebab akibat, hatinya berakar kokoh dalam pohon tauhid. Menyerah diri pada Allah. Ridha dengan semua kehendak-Nya. Tawakkal adalah stasiun orang-orang yang senantiasa mendekat kepada Allah (muqarrabin). Seluruh perkaranya dia serahkan kepada Allah dan sennatiasa menapak tilasi sunnah-sunnah Rasul-Nya dengan mengembil sebab-sebab yang mengantarkannya mendekat kepada Allah.

Allah menyukai dan mencintai mereka. Karena mereka begitu merendah di hadapan kekuasaan-Nya, sering merintih di hadapan kasih saying-Nya. Proposal-proposal proyek hidupnya dia ajukan hanya pada-Nya. Dia sangat yakin bahwa Yang Maha Kuasa tidak akan pernah menampik kebutuhannya.

Allah berfirman menegani mereka :

فإذا عزمت فتوكل على الله إن الله يحب المتوكلين

Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya (Ali Imran : 195).

Allah juga mencintai orang-orang yang sabar. Dia sabar menghadapi ujian dunia, sabar menghadapi kepedihan-kepedihan, sabar dalam berjihad, sabar dalam sulitnya ibadah, sabar dalam meninggalkan maksiat dan menantang syahwat, dan memusuhi hawa nafsunya dan anti gerakan syetan.

Saat sakit yang muncul adalah sifat sabarnya, saat dicela kesabarannya memancar dari aksinya, musibah tak mengganggu kesalehannya. Ucapannya yang terlontar saat mendapatkan musibah : Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Raji'uun.

Kesabaran juga terpancar saat melakukan amar ma'ruf dan nahi mungkar untuk mencapai puncak posisi terbaik di sisi-Nya.

Allah berfirman :

وكأين من نبي قاتل معه ربيون كثير فما وهنوا لما أصابهم في سبيل الله وما ضعفوا وما استكانوا والله يحب الصابرين

Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. (Ali Imran : 146).

Di samping itu Allah juga mencintai orang-orang yang senantiasa mengikuti jejak Rasul-Nya, mereka yang berperang dengan ikhlas di jalan Allah, orang-orang yang rendah hati di hadapan orang-orang beriman dan punya harga diri di hadapan orang-orang kafir.

Orang-orang yang adil termasuk manusia yang Allah cinta (Al-Maidah : 42). Demikian pula dengan orang-orang yang intens bertaubat dan senantiasa menyucikan jiwa dan raganya dari dosa-dosa (Al-Baqarah : 222)

Suka cinta orang-orang yang sering melakukan amalan-amalan nawafil sebagai usaha memperbanyak tabungan akhiratnya setelah dia dengan penuh semangat dan vitalitas menunaikan hal-hal yang fardhu. Salat-salat sunnah menjadi ritme hidupnya, puasa-puasa sunnah menghiasi jejak langkahnya.

Manusia yang Allah cintai adalah manusia yang paling bermamfaat pada manusia lainnya. Dia pemurah pada sesama muslim saudaranya, ramah pada tetangga-tetangganya, empati pada penderitaan orang lain, simpati pada orang-orang tidak berdaya. Agenda hidupnya adalah : berguna bagi sesama.

Rasulullah menyatakan dengan sangat gamblang bahwa hamba yang paling Allah suka adalah manusia yang paling baik akhlaknya.

أحب عباد الله إلى الله أحسنهم خلقا

Hamba yang paling Allah suka di sisi-Nya adalah yang terbaik akhlaknya (Shahih al-Jami' al-Shaghir : 179).

Mukmin yang kuat termasuk yang Allah pandang lebih baikdan lebih Allah cintai daripada orang seorang mukmin yang lemah. Para penghidup malam dengan ibadah termasuk yang Allah cinta.

Masih banyak lagi manusia-manusia yang sangat mungkin mendapat limpahan kasih dan cinta Allah. Dan setiap kita memiliki kesempatan yang sama. Kita membutuhkan semangat ekstra untuk memburu cinta-Nya karena cinta-Nya tidak diberikan gratis kepada kita.


Sumber : http://www.eramuslim.com/nasihat-ulama/samson-rahman-mereka-yang-dicinta-allah.htm



Share

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayo bersedekah setiap hari

“Tidak ada satu subuh-pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat.

Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,

sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”

(HR Bukhary 5/270)

Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.

Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.

Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :

1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
4. Anak Yatim
5. Buka Puasa

Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
--> Bank BRI Syariah No Rek. 1041682996
--> Bank Muamalat No Rek. 3560009874
--> Bank Mandiri No Rek. 114-00-0594415-5
--> Bank BCA No Rek. 8110330589
Semua atas nama Wagimin.

Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan

Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :


1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-

2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-

3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-

4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-

5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.033,-

Terimakasih atas partisipasinya kepada rekan-rekan yang telah berbagi terutama buat mereka yang belum melakukan konfirmasinya, semoga Allah mengganti dengan yang lebih baik dan menjadi amalan yang akan memperberat amal kebaikan di yaumil akhir.

Penolong Misterius

Ketika senja telah turun mengganti siang dengan malam, seorang laki-laki bergegas mengambil air wudhu. Memenuhi panggilan adzan yang bergaung indah memenuhi angkasa.

"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.

Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.

Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.

"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.

Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.

Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.

Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.

"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.

Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.

"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.

"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.

Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.

"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.

"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.

Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.

Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?

Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.

Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!

"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.

Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.

"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.

"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.

"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.

"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.

"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.

Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.

"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."

"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.

Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.

"Sekarang pulanglah!" kata Ali.

Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.

"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.

Ali tersenyum dan mengangguk.

"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.

"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.

Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.

Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.

Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.

"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"

"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.

Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.

Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.