Oleh: Tim dakwatuna.com
dakwatuna.com – Mungkin
ada di kalangan kaum muslimin yang bertanya kenapa pada saat ini kita
masih perlu berbicara tentang Allah padahal kita sudah sering mendengar
dan menyebut namaNya, dan kita tahu bahwa Allah itu Tuhan kita.
Tidakkah itu sudah cukup untuk kita?
Tidak. Jangan sekali-kali
kita merasa cukup dengan pemahaman dan pengenalan kita terhadap Allah.
Karena, semakin memahami dan mengenaliNya kita merasa semakin dekat
denganNya. Selain itu, dengan pengenalan yang lebih dalam lagi, kita
bisa terhindar dari pemahaman-pemahaman yang keliru tentang Allah dan
kita terhindar dari sikap-sikap yang salah terhadap Allah.
Ketika
kita membicarakan makrifatullah, maknanya kita berbicara tentang Rabb,
Malik, dan Ilah kita. Rabb yang kita pahami dari istilah Al-Qur’an
adalah sebagai Pencipta, Pemilik, Pemelihara dan Penguasa. Kata Ilah
mengandung arti yang dicintai, yang ditakuti, dan juga sebagai sumber
pengharapan. Makna seperti ini ada di dalam surat An-Naas (114): 1-3.
Dengan
demikian jelaslah bahwa usaha kita untuk lebih jauh memahami dan
mengenal Allah adalah bagian terpenting di dalam hidup ini. Lantas,
bagaimana metoda yang harus kita tempuh untuk bisa mengenal Allah? Apa
saja halangan yang senantiasa menghantui manusia dari mengenalNya?
Benarkan kalimat yang mengatakan, “Kenalilah dirimu niscaya engkau akan
mengenali Tuhanmu.” Dari pengenalan diri sendiri, maka ia akan membawa
kepada pengenalan (makrifah) yang menciptakan diri, yaitu Allah. Ini
adalah karena pada hakikatnya makrifah kepada Allah adalah sebenar-benar
makrifah dan merupakan asas segala kehidupan rohani.
Setelah
makrifah kepada Allah, akan membawa kita kepada makrifah kepada Nabi dan
Rasul, makrifah kepada alam nyata dan alam ghaib dan makrifah kepada
alam akhirat.
Keyakinan terhadap Allah swt. menjadi mantap
apabila kita mempunyai dalil-dalil dan bukti yang jelas tentang
kewujudan (eksistensi) Allah lantas melahirkan pengesaan dalam
mentauhidkan Allah secara mutlak. Pengabdian diri kita hanya semata-mata
kepada Allah saja. Ini memberi arti kita menolak dan berusaha
menghindarkan diri dari bahaya-bahaya disebabkan oleh syirik kepadaNya.
Kita
harus berusaha menempatkan kehidupan kita di bawah bayangan tauhid
dengan cara kita memahami ruang perbahasan dalam tauhid dengan benar
tanpa penyelewengan sesuai dengan manhaj salafush shalih. Kita juga
harus memahami empat bentuk tauhidullah yang menjadi misi ajaran Islam
di dalam Al-Qur’an maupun sunnah, yaitu tauhid asma wa sifat, tauhid
rububiah, tauhid mulkiyah, dan tauhid uluhiyah. Dengan pemahaman ini
kita akan termotivasi untuk melaksanakan sikap-sikap yang menjadi
tuntutan utama dari setiap empat tauhid tersebut.
Kehidupan
paling tenang adalah kehidupan yang bersandar terus kecintaannya kepada
Yang Maha Pengasih. Oleh karena itu kita harus mampu membedakan di
antara cinta kepada Allah dengan cinta kepada selainNya serta menjadikan
cinta kepada Allah mengatasi segala-galanya. Apa yang menjadi tuntutan
kepada kita ialah kita menyadari pentingnya melandasi seluruh aktivitas
hidup dengan kecintaan kepada Allah, Rasul, dan jihad secara minhaji.
Di
dalam memahami dan mengenal Allah ini, kita seharusnya memahami bahwa
Allah sebagai sumber ilmu dan pengetahuan. Ilmu-ilmu yang Allah berikan
itu menerusi dua jalan yang membentuk dua fungsi yaitu sebagai pedoman
hidup dan juga sebagai sarana hidup. Kita juga sepatutnya menyadari
kepentingan kedua bentuk ilmu Allah dalam pengabdian kepada Allah untuk
mencapai tahap takwa yang lebih cemerlang.
Ayat-ayat Allah ada
dalam bentuk ayat-ayat qauliyah dan kauniyah. Kedua jenis ayat-ayat
Allah ini terbuka bagi siapa saja yang ingin membaca dan menelitinya.
Namun terdapat berbagai halangan akan muncul di hadapan kita dalam
mengenali Allah. Halangan-halangan ini muncul dalam bentuk sifat-sifat
pribadi kita yang bersumberdari syahwat –seperti nifaq, takabbur,
zhalim, dan dusta– dan sifat-sifat yang bersumber dari syubhat –seperti
jahil, ragu-ragu, dan menyimpang. Kesemua sifat-sifat fujur itu akan
menghasilkan kekufuran terhadap Allah swt.
Ahammiyah Ma’rifatullah (Urgensi mempelajari Makrifatullah)
Riwayat
ada menyatakan bahwa perkara pertama yang mesti dilaksanakan dalam
agama adalah mengenal Allah (awwaluddin ma’rifatullah). Bermula dengan
mengenal Allah, maka kita akan mengenali diri kita sendiri. Siapakah
kita, di manakah kedudukan kita berbanding makhluk-makhluk yang lain?
Apakah sama misi hidup kita dengan binatang-binatang yang ada di bumi
ini? Apakah tanggung jawab kita dan ke manakah kesudahan hidup kita?
Semua persoalan itu akan terjawab secara tepat setelah kita mengenali
betul Allah sebagai Rabb dan Ilah, Yang Mencipta, Yang Menghidupkan dan
Yang Mematikan.
Dalil-dalil:
QS. Muhammad (47): 19
Maka
ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan)
selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa)
orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat
kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.
Ayat ini mengarahkan
kepada kita dengan kalimat “ketahuilah olehmu” bahwasanya tidak ada ilah
selain Allah dan minta ampunlah untuk dosamu dan untuk mukminin dan
mukminat. Apabila Al-Qur’an menggunakan sibghah amar (perintah), maka
menjadi wajib menyambut perintah tersebut. Dalam konteks ini, mengetahui
atau mengenali Allah (ma’rifatullah) adalah wajib.
QS. Ali Imran (3): 18
Allah
menyatakan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah),
yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu
(juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang
berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Allah
menyatakan bahwa tidak ada tuhan melainkan Dia, dan telah mengakui pula
para malaikat dan orang-orang yang berilmu sedang Allah berdiri dengan
keadilan. Tidak ada tuhan melainkan Dia Yang Maha Perkasa dan Maha
Bijaksana.
QS. Al-Hajj (22): 72-73
Dan apabila dibacakan di
hadapan mereka ayat-ayat Kami yang terang, niscaya kamu melihat
tanda-tanda keingkaran pada muka orang-orang yang kafir itu.
Hampir-hampir mereka menyerang orang-orang yang membacakan ayat-ayat
Kami di hadapan mereka. Katakanlah, “Apakah akan aku kabarkan kepadamu
yang lebih buruk daripada itu, yaitu neraka?” Allah telah
mengancamkannya kepada orang-orang yang kafir. Dan neraka itu adalah
seburuk-buruknya tempat kembali.
Hai manusia, telah dibuat
perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya
segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan
seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. Dan jika lalat
itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya
kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah
(pulalah) yang disembah.
QS. Az-Zumar (39): 67
Mereka tidak
mentaqdirkan Allah dengan ukuran yang sebenarnya sedangkan keseluruhan
bumi berada di dalam genggamanNya pada Hari Kiamat dan langit-langit
dilipatkan dengan kananNya. Maha Suci Dia dan Maha Tinggi Dia dari apa
yang mereka sekutukan.
Tema Perbicaraan Makrifatullah – Allah Rabbul Alamin.
Ketika
membicarakan ma’rifatullah, artinya kita sedang membicarakan tentang
Rabb, Malik, dan Ilah kita. Rabb yang kita pahami dari istilah Al-Qur’an
adalah sebagai Pencipta, Pemilik, Pemelihara, dan Penguasa. Sedangkan
kata Ilah mengandungi arti yang dicintai, yang ditakuti, dan juga
sebagai sumber pengharapan. Hal ini termaktub dalam surat An-Naas (114):
1-3. Inilah tema yang dibahas dalam ma’rifatullah. Jika kita menguasai
dan menghayati keseluruhan tema ini, bermakna kita telah mampu
menghayati makna ketuhanan yang sebenarnya.
Dalil-dalil:
QS. Ar-Ra’du (13): 16
Katakanlah,
“Siapakah Rabb segala langit dan bumi?” Katakanlah, “Allah.”
Katakanlah, “Adakah kamu mengambil wali selain dariNya yang tiada
manfaat kepada dirinya dan tidak pula dapat memberikan mudarat?”
Katakanlah, “Apakah sama orang buta dengan orang yang melihat? Apakah
sama gelap dan nur (cahaya)?” Bahkan adakah mereka mengadakan bagi Allah
sekutu-sekutu yang menjadikan sebagaimana Allah menjadikan, lalu serupa
makhluk atas mereka? Katakanlah, “Allah. Allah yang menciptakan tiap
tiap sesuatu dan Dia Esa lagi Maha Kuasa.”
QS. Al-An’am (6): 12
Katakanlah,
“Bagi siapakah apa-apa yang di langit dan bumi?” Katakanlah, “Bagi
Allah.” Dia telah menetapkan ke atas diriNya akan memberikan rahmat.
Sesungguhnya Dia akan menghimpun kamu pada Hari Kiamat, yang tidak ada
keraguan padanya. Orang-orang yang merugikan diri mereka, maka mereka
tidak beriman.”
QS. Al-An’am (6): 19
Katakanlah, “Apakah saksi
yang paling besar?” Katakanlah, “Allah lah saksi di antara aku dan
kamu. Diwahyukan kepadaku Al-Qur’an ini untuk aku memberikan amaran
kepada engkau dan sesiapa yang sampai kepadanya Al-Qur’an. Adakah engkau
menyaksikan bahawa bersama Allah ada tuhan-tuhan yang lain?”
Katakanlah, “Aku tidak menyaksikan demikian.” Katakanlah, “Hanya Dia-lah
Tuhan yang satu dan aku bersih dari apa yang kamu sekutukan.”
QS. An-Naml (27): 59
Katakanlah,
“Segala puji-pujian itu adalah hanya untuk Allah dan salam sejahtera ke
atas hamba-hambanya yang dipilih. Adakah Allah yang paling baik ataukah
apa yang mereka sekutukan?”
QS. An-Nur (24): 35
“Allah memberi cahaya kepada seluruh langit dan bumi.”
QS. Al-Baqarah (2): 255
“Allah. Tidak ada tuhan melainkan Dia. Dia hidup dan berdiri menguasai seluruh isi bumi dan langit.”
Didukung Dengan Dalil Yang Kuat
QS. Al-Qiyamah (75): 14-15
Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri. Meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya.
Makrifatullah
yang sahih dan tepat itu mestilah bersandarkan dalil-dalil dan
bukti-bukti kuat yang telah siap disediakan oleh Allah untuk manusia
dalam berbagai bentuk agar manusia berpikir dan membuat penilaian. Oleh
karena itu banyak fenomena alam yang dibahas oleh Al-Qur‘an dan diakhiri
dengan kalimat pertanyaan: tidakkah kamu berpikir, tidakkah kamu
mendengar. Pertanyaan-pertanyaan itu mendudukkan kita pada satu
pandangan yang konkrit betapa semua fenomena alam adalah di bawah milik
dan aturan Allah swt.
Dalil-dalil:
Naqli [QS. Al-An'am (6): 19]
Katakanlah,
“Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?” Katakanlah, “Allah.” Dia
menjadi saksi antara aku dan kamu. Dan Al-Qu’ran ini diwahyukan kepadaku
supaya dengan dia aku memberi peringatan kepadamu dan kepada
orang-orang yang sampai Al-Qur’an (kepadanya). Apakah sesungguhnya kamu
mengakui bahwa ada tuhan-tuhan lain di samping Allah?” Katakanlah, “Aku
tidak mengakui.” Katakanlah, “Sesungguhnya dia adalah Tuhan yang Maha
Esa dan Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan
(dengan Allah).”
Aqli, [QS. Ali Imran (3): 190]
Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.
Fitri, [QS. Al-A'raf (7): 172]
Dan
(ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau
Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar
di hari kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami (Bani Adam)
adalah orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan).”
Dapat Menghasilkan: peningkatan iman dan taqwa.
Apabila
kita betul-betul mengenal Allah mentadaburi dalil-dalil yang dalam,
hubungan kita dengan Allah menjadi lebih akrab. Apabila kita dekat
dengan Allah, Allah lebih dekat lagi kepada kita. Setiap ayat Allah baik
ayat qauliyah maupun kauniyah tetap akan menjadi bahan berpikir kepada
kita dan penambah keimanan serta ketakwaan. Dari sini akan menghasilkan
pribadi muslim yang merdeka, tenang, penuh keberkatan, dan kehidupan
yang baik. Tentunya tempat abadi baginya adalah surga yang telah
dijanjikan oleh Allah kepada hamba-hamba yang telah diridhaiNya.
Kemerdekaan [QS. Al-An'am (6): 82]
Orang-orang
yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman
(syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan; dan mereka itu adalah
orang-orang yang mendapat petunjuk.
Ketenangan [QS. Al-Ra'du (13): 28]
(Yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati
menjadi tenteram.
Barakah [QS. Al-A'raf (7): 96]
Jikalau
sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami
akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi
mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka kami siksa mereka
disebabkan perbuatannya.
Kehidupan Yang Baik [QS. Al-Nahl (16): 97]
Barangsiapa
yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan
yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan
pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
Surga [QS. Yunus (10): 25-26]
Allah
menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang
dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam). Bagi orang-orang yang
berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan muka
mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka
itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.
Mardhotillah [QS. Al-Bayinah (98): 8]
Balasan
mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha
terhadap mereka dan merekapun ridha kepadanya. yang demikian itu adalah
(balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.
Sumber : http://www.dakwatuna.com/2008/marifatullah-bagian-1/
Share
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari) <---> Bagi yang membaca ini alangkah baiknya untuk membagikan pada yang lain, Ayo silahkan dishare.... Teruskan ilmu, jangan disimpan sendiri...
Sabtu, 12 November 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Ayo bersedekah setiap hari
“Tidak ada satu subuh-pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat.
Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,
sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”
(HR Bukhary 5/270)
Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.
Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.
Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :
1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan
Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :
1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-
2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-
3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-
4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-
5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Terimakasih atas partisipasinya kepada rekan-rekan yang telah berbagi terutama buat mereka yang belum melakukan konfirmasinya, semoga Allah mengganti dengan yang lebih baik dan menjadi amalan yang akan memperberat amal kebaikan di yaumil akhir.
Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,
sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”
(HR Bukhary 5/270)
Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.
Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.
Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :
1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
4. Anak Yatim
5. Buka Puasa
Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
--> Bank BRI Syariah No Rek. 1041682996
--> Bank Muamalat No Rek. 3560009874
--> Bank Mandiri No Rek. 114-00-0594415-5
--> Bank BCA No Rek. 8110330589
Semua atas nama Wagimin.Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan
Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :
1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-
2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-
3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-
4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-
5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.033,-
Penolong Misterius
Ketika senja telah turun mengganti siang dengan malam, seorang laki-laki bergegas mengambil air wudhu. Memenuhi panggilan adzan yang bergaung indah memenuhi angkasa.
"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.
Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.
Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.
"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.
Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.
Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.
Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.
"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.
Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.
"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.
"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.
Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.
"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.
"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.
Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.
Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?
Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.
Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!
"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.
Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.
"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.
"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.
"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.
"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.
"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.
Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.
"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."
"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.
Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.
"Sekarang pulanglah!" kata Ali.
Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.
"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.
Ali tersenyum dan mengangguk.
"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.
"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.
Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.
Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.
Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.
"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"
"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.
Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.
Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.
"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.
Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.
Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.
"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.
Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.
Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.
Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.
"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.
Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.
"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.
"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.
Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.
"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.
"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.
Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.
Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?
Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.
Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!
"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.
Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.
"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.
"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.
"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.
"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.
"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.
Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.
"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."
"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.
Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.
"Sekarang pulanglah!" kata Ali.
Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.
"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.
Ali tersenyum dan mengangguk.
"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.
"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.
Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.
Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.
Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.
"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"
"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.
Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.
Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar