Rabu, 16 November 2011

Kolektor Kebaikan

oleh Ustadz Samson Rahman
Tak ada pilihan lain bagi kita dalam kehidupan ini kecuali bertekad untuk melakukan segala cara dan upaya untuk menjadi yang terbaik dan setelah itu dengan tenang menghadap Allah Yang Maha Pemaaf dan Mahalembut pada hamba-hamba-Nya. Seorang muslim yang baik menurut Rasululullah memang bukan hanya orang yang banyak ibadah mahdhahnya, namun yang tak kalah pentingnya adalah mereka yang mampu memberikan kebaikan pada orang lain dengan lapang dada. Mampu menjadi orang yang senantiasa menjadi saluran pipa kebaikan pada orang lain dan orang lain ikut menikmatinya.

Kehidupan yang terbatas ini hendaknya kita rekayasa agar kita semua menjadi kolektor kebaikan yang semakin hari semakin banyak. Kita bisa menjadi kolektor kerendahan hati yang bisa mengangkat derajat kita dan menghindari keangkuhan yang hanya merendahkan posisi kita di sisi-Nya. Kerendahan hati adalah simbol kejernihan nurani yang menghadirkan semai-semai kedamaian jiwa karena kita tidak terbebani untuk berlaku sombong pada siapa saja. Kita koleksi kebaikan dengan menanamkannya karena kita yakin suatu saat pasti akan menuainya. Kebaikan yang terus kita tanam pasti akan bersemi jika kita rajin menyiraminya dengan kebaikan lain yang menyuburkan tanaman lama kita.

Seorang kolektor kebaikan akan senantiasa memburu kebaikan-kebaikan itu itu sebagai bekal di hari kemudian. Dia akan rajin mensyukuri yang ada walaupun sedikit agar dia mampu mensyukuri yang banyak, dia akan banyak diam karena kesadarannya bahwa diam terhadap sesuatu yang tidak berguna adalah sebuah keselamatan. Diam adalah hikmah yang jarang orang suka melakoninya. Diam adalah emas, yang jarang orang memburunya. Kebanyakan orang lebih suka bicara daripada mendengar. Tak banyak orang yang sadar bahwa mulut yang dia miliki hanyalah satu adanya sementara telinga yang Allah karuniakan adalah dua. Maka sangatlah pantas jika porsi dua telinga mendapatkan porsi lebih banyak mendengar.. Padahal barang siapa yang banyak bicara sering kali banyak tergelincirnya. Barang siapa yang memiliki syahwat bicara dia sering kali terperangkap oleh jaring ucapannya.

Kolektor kebaikan akan mengagendakan dalam kehidupannya untuk memberikan kemudahan-kemudahan pada orang lain karena dia sadar bahwa apa yang dia lakukan akan memudahkannya dalam kehidupan dunia dan akhiratnya. Agenda hidupnya akan senantiasa dia fokuskan untuk menyelamatkan orang lain dari telikungan kesulitan dan jepitan kesempitan karena dia yakin janji Nabinya bahwa itu akan memuluskan jalan akhiratnya. Dirinya senantiasa menjadi tabir kelemahan orang lain dan merahasiakan semua aib mereka.

Kolektor kebaikan akan menjaga apa yang diantara dua bibir dan apa yang ada diantara selangkangannya. Karena Nabinya pernah memberikan jaminan bahwa pelakunya akan mendapatkan surga. Dia akan bergairah meninggalkan semua maksiat yang menghambatnya untuk bisa dekat pada Allah. Wara' menjadi hiasan hidupnya. Zuhud menjadi pernik dinding hatinya. Tawakkal menjadi terompah hidupnya, dan ridha menjadi buhul imannya.

Kolektor kebaikan akan puas dengan yang ada. Minim kemarahannya. Dia senantiasa tahu diri, malu pada Allah dalam setiap langkah-langkahnya. Detik hidupnya berhiaskan muhasabah dan mawas diri. Tidak pernah ada dalam detik hidupnya kelalaian yang hinggap pada hatinya yang hanya akan membuatnya menjadi merana dan dilanda nestapa. Dia senantiasa memiliki mata hati yang tajam untuk melihat dengan jelas akibat perbuatan yang dilakukannya. Dia taklukkan hawa nafsunya sebagai bukti keampuhan spiritualnya.

Mimpi-mimpi indahnya adalah kebaikan. Kesabaran menjadi mahkotanya. Jika dia dipaksa marah karena Allah maka dia juga akan bisa marah karena orang yang dipaksa marah namun dia diam, maka itu sama halnya sebagai keledai tua. Dia sangat pemaaf karena yang tidak pernah memberikan maaf itu hanyalah syetan. Tawanya adalah senyum. Sebab tertawa yang terlalu banyak hanya akan menurunkan karisma, menurunkan wibawa, mematikan hati dan menjatuhkan harga diri.

Pantang bagi kolektor kebaikan untuk menampakkan kemiskinannya kepada makhluk, yang dalam pandangannya juga sama membutuhkan kepada Sang Maha Pemberi. Orang akan menghormati seseorang kalau dia tidak pernah menadahkan tangan untuk meminta. Hidupnya terasa berselimutkan kekayaan yang tiada tara, berbantalkan kecukupan yang demikian nikmatnya sebab dia memiliki kekayaan jiwa yang tiada batasnya. Seorang kolektor kebaikan akan senantiasa bekerja untuk akhirat karena dunia memang bukan tujuan akhirnya. Di samping itu barang siapa yang bekerja demi akhirat maka Allah akan mencukupinya dalam masalah dunia. Jika akhirat menjadi imamnya maka dunia pasti akan menjadi makmumnya, namun jika dunia menjadi imamnya maka akhirat tidak akan bermakmum padanya.

Tak ada khianat, dusta dan kekejian pada diri kolektor kebaikan.. Kolektor kebaikan adalah pecandu keadilan dan anti kezhaliman. Dia akan meninggalkan suatu kesia-siaan dan menjadi kunci bagi kebaikan-kebaikan. Menaburkan benih-benih kedamaian dan ketentraman di lorong-lorong kehidupan yang dia lalui dengan tenang. Umurnya berkah : pendek namun terus memanjang.

Hidup para kolektor kebaikan adalah perburuan terhadap kebaikan-kebaikan yang berserakan dimana-mana. Dia adalah pemulung kebaikan itu dimanapun dia berada. Slogan hidupnya adalah : فاستبقوا الخيرات : Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan (Al-Baqarah : 148).


Sumber : http://www.eramuslim.com/nasihat-ulama/ustadz-samson-rahman-kolektor-kebaikan.htm



Share

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayo bersedekah setiap hari

“Tidak ada satu subuh-pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat.

Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,

sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”

(HR Bukhary 5/270)

Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.

Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.

Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :

1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
4. Anak Yatim
5. Buka Puasa

Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
--> Bank BRI Syariah No Rek. 1041682996
--> Bank Muamalat No Rek. 3560009874
--> Bank Mandiri No Rek. 114-00-0594415-5
--> Bank BCA No Rek. 8110330589
Semua atas nama Wagimin.

Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan

Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :


1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-

2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-

3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-

4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-

5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.033,-

Terimakasih atas partisipasinya kepada rekan-rekan yang telah berbagi terutama buat mereka yang belum melakukan konfirmasinya, semoga Allah mengganti dengan yang lebih baik dan menjadi amalan yang akan memperberat amal kebaikan di yaumil akhir.

Penolong Misterius

Ketika senja telah turun mengganti siang dengan malam, seorang laki-laki bergegas mengambil air wudhu. Memenuhi panggilan adzan yang bergaung indah memenuhi angkasa.

"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.

Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.

Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.

"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.

Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.

Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.

Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.

"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.

Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.

"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.

"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.

Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.

"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.

"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.

Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.

Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?

Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.

Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!

"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.

Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.

"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.

"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.

"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.

"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.

"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.

Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.

"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."

"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.

Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.

"Sekarang pulanglah!" kata Ali.

Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.

"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.

Ali tersenyum dan mengangguk.

"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.

"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.

Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.

Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.

Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.

"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"

"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.

Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.

Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.