Senin, 21 November 2011

Hiduplah Diatas Jalan Yang Lurus

oleh MashadiKita selalu meminta diberi petunjuk ke jalan yang lurus kepada Allah Azza Wa Jalla. Jalan yang diridhoi oleh Rabbulhaq. Setiap shalat selalu dengan penuh kerendahan hati, kita basahi bibir ini dengan untaian ungkapan, yang mengharapkan agar mendapatkan jalan yang lurus. 'Ihdzinnas shirathal mustaqim'. Jalan hidup yang telah dilalui oleh para generasi shalafus sholeh.

Shirathal mustaqim (jalan yang lurus) disebutkan dalam bentuk mufrad (single) dan ma’rifah (definit) dengan dua macam perangkat ta’rif (pema’rifahan), yaitu ta’rif dengan lam dan ta’rif dengan idhafah. Hal ini menggambarkan bahwa shirathal mustaqim (jalan hidup yang lurus) itu sudah tertentu dan khusus, yakni hanya satu jalan saja. Sedangkan jalan-jalan kehidupan orang-orang yang dimurkai Allah Rabbul Aziz, dan yang tersesat disebutkan oleh Allah Rabbulhaq, yaitu dalam bentuk jama’ (plural) dan mufrad, seperti dalam firman_nya :

“Dan bahwasanya ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan yang lain, karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya”. (Al An’am :153)

Betapa banyak manusia kini, yang terperosok ke jalan yang sesat, dan bergelimangan dengan berbagai penyimpangan diri, yang membawa kehancuran. Mereka tidak memilih jalan al-Islam, yang telah ditetapkan oleh Allah Azza Wa Jalla, yang memberikan kebahagian, kedamaian, dan kesempurnaan, tapi justru manusia jatuh dalam jalan kesesatan, dan menjadi karib setan, yang memperbudak kehidupan mereka dengan berbagai kubangan dosa dan kedurhakaan.

Maka, Allah Azza Wa Jalla menyebut ‘as-shirat’ dan ‘sabilih’ dalam bentuk tunggal, sedang jalan-jalan hidup yang bertentangan dengannya disebutkan dalam bentuk jama’, yaitu ‘as-subul’. Ibnu Mas’ud berkata :

“Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam pernah membuat sebuah garis untuk kami, lalu Beliau bersabda, ‘Ini adalah jalan Allah’. Kemudian, Beliau membuat lagi beberapa garis di sebelah kanan dan kiri garis itu seraya bersabda, ‘Ini beberapa jalan, pada tiap-tiap jalan ini terdapat setan yang menyeru itu’. Kemudian Beliau membaca firman Allah (yang artinya) : “Dan bahwasanya ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan yang lain, karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa”.

Hakekatnya jalan hidup yang lurus itu, hanya satu yang diberikan oleh Allah Azza Wa Jalla kepada para rasul-rasul-Nya dan dituangkan-Nya dalam kitab-kitab suci yang diturunkan-Nya. Tidak seorangpun yang dapat sampai kepada-Nya melainkan melalui jalan ini. Jika manusia menempuh jalan-jalan hidup lain untuk sampai kepada-Nya, dan meminta dibukakan pintu masing-masing jalan itu, maka jalan-jalan dan pintunya tertutup baginya, melainkan dari suatu jalan saja, yaitu jalan yang berhubungan dengan Allah Azza Wa Jalla dan menyampaikan manusia kepada-Nya. Allah berfirman :

“Ini adalah jalan kepada-Ku yang lurus”. (Al-Hijr : 41).

Mujahid berkata, “Kebenaran itu rujukkannya kepada Allah, dan diatas kebenaran inilah jalan menuju Allah, tidak condong kepada sesuatu pun (selain Dia)”. Perkataan Mujahid seperti perkataan Al-Hasan, bahkan ia lebih jelas lagi, dan ini merupakan pendapat yang paling shahih mengenai ayat ini. Allah Azza Wa Jalla adalah Maha benar, jalan-Nya adalah benar, dan agama-Nya adalah benar.

Barangsiapa yang konsisten (istiqomah) pada jalan-Nya niscaya dia berada diatas kebenaran dan petunjuk. Manusia akan menjadi berarti dan bermakna, apabila dia memilih jalan-Nya dengan penuh komitment dan konsisten (istiqomah), dan tidak memilih jalan-jalan setan, yang akan dapat menghancurkan kehidupannya. Kehidupan di dunia dan akhirat.

Karena itu, orang mukmin dan muslim hanya berpegang teguh kepada agama Allah, berwala’ hanya kepada Allah Rabbul Alamin, Rasul-Nya, dan berlepas diri dari para musuh Allah, Rasulnya dan kaum mukminin. Allah berfirman :

“Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk hanya kepada Allah”. (Al-Maidah : 55).

Tidak ada orang-orang mukmin yang sejati memberikan wala’ (loyalitas) kepada musuh-musuh Allah, Rasul-Nya, seperti kepada orang kafir, musyrik dan munafik. Karena, hal itu hanyalah akan membaswa kehancuran. Tidak mungkin musuh-musuh Allah itu, kiranya dapat menjadi pelindung dan penolong, dan membantu orang-orang beriman. Karakter mereka sangat memusuhi orang mukmin dan muslim. Adalah kesalahan yang sangat besar dan akan menghancurkan kehidupan kaum mukminin dan muslimin, apabila ada segolongan pemimpin Islam, yang mau tunduk dan menyerahkan urusannya kepada musuh-musuh Allah itu. Allah berfirman :

“Hai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjad wali dengan meningalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)?”. (An-Nisa’ : 144).

Tak layak barisan orang-orang mukmin dan muslim berlindung dibawah panji-panji orang-orang kafir, musyrik dan munafik, yang telah nyata-nyata kesesatan dan permusuhannya terhadap Allah Azza Wa Jalla. Wallah u‘alam. mashadi@eramuslim.com


Sumber : http://www.eramuslim.com/nasihat-ulama/mashadi-hiduplah-diatas-jalan-yang-lurus.htm



Share

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayo bersedekah setiap hari

“Tidak ada satu subuh-pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat.

Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,

sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”

(HR Bukhary 5/270)

Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.

Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.

Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :

1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
4. Anak Yatim
5. Buka Puasa

Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
--> Bank BRI Syariah No Rek. 1041682996
--> Bank Muamalat No Rek. 3560009874
--> Bank Mandiri No Rek. 114-00-0594415-5
--> Bank BCA No Rek. 8110330589
Semua atas nama Wagimin.

Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan

Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :


1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-

2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-

3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-

4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-

5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.033,-

Terimakasih atas partisipasinya kepada rekan-rekan yang telah berbagi terutama buat mereka yang belum melakukan konfirmasinya, semoga Allah mengganti dengan yang lebih baik dan menjadi amalan yang akan memperberat amal kebaikan di yaumil akhir.

Penolong Misterius

Ketika senja telah turun mengganti siang dengan malam, seorang laki-laki bergegas mengambil air wudhu. Memenuhi panggilan adzan yang bergaung indah memenuhi angkasa.

"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.

Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.

Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.

"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.

Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.

Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.

Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.

"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.

Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.

"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.

"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.

Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.

"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.

"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.

Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.

Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?

Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.

Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!

"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.

Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.

"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.

"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.

"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.

"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.

"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.

Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.

"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."

"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.

Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.

"Sekarang pulanglah!" kata Ali.

Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.

"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.

Ali tersenyum dan mengangguk.

"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.

"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.

Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.

Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.

Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.

"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"

"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.

Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.

Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.