Suatu hari ada seorang rekan pembaca yang bertanya melalui e-mail, "Pak ,
bagaimana caranya membangkitkan semangat hidup?" Rekan saya tersebut
berkisah bahwa ia sering keliru memaknai sebuah hadits yang berbunyi,
"Beramallah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup selama-lamanya,
dan beramallah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok". Ia
beranggapan bahwa untuk apa bekerja keras meraih kesuksesan dunia kalau
pada akhirnya kita juga akan mati.
Ya, memang benar kita akan
mati, tapi bukan berarti kita menjadi bersikap apatis seperti itu.
Memang pada suatu saat nanti maut pasti akan menjemput, dan berakhirlah
kontrak hidup kita di dunia ini. Namun jika hal ini menjadikan kita
kehilangan semangat untuk berjuang dan bekerja keras untuk mewujudkan
cita-cita, atau paling tidak berusaha agar kita bisa meraih kehidupan
yang lebih baik maka pemahaman seperti itu kurang benar.
Akhirat
memang harus kita dapatkan, namun dunia juga tidak boleh kita abaikan.
Dan yang paling ideal adalah kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Semua
orang pasti menghendaki kedua hal tersebut. Jadi ada keseimbangan dalam
hidup ini. Di samping bekerja keras untuk urusan dunia, di sisi lain
kita juga tidak melupakan ibadah kita kepada Tuhan. Kita tidak
mementingkan dunia saja, tapi kita juga tetap ingat kepada Allah SWT,
dan sadar betul kewajiban kita kepada-Nya. Dengan memahami pentingnya
keseimbangan hidup tersebut, kita akan memiliki sebuah semangat untuk
menjalani hidup ini dengan dinamis, optimis dan bahagia.
Berikut mari kita uraikan beberapa hal yang dapat membangkitkan semangat hidup, antara lain:
1.Tahu apa hakekat sebenarnya hidup ini.
Banyak
orang yang tidak tahu apa sebenarnya hakekat hidup ini. Untuk apa kita
hidup? Untuk apa kita ada di dunia ini? Memang butuh perenungan yang
dalam untuk menemukan jawaban pertanyaan seperti itu. Bagi Anda yang
muslim, pasti Anda pernah mendengar atau membaca firman Allah SWT dalam
Al Quran surat Adz Dzariyaat ayat 56 yang artinya, "Dan Aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku."
Mengabdi/beribadah
di sini memiliki arti yang sangat luas. Bukan hanya ibadah yang
kaitannya dengan urusan akhirat saja, namun semua ikhtiar dan kerja
keras kita dalam hidup ini adalah ibadah. Selama apa yang kita lakukan
tidak bertentangan dengan ajaran agama yang kita anut, itu pun bernilai
ibadah. Kita berusaha membahagiakan dan mencukupi kebutuhan keluarga
kita, itu juga ibadah. Yang penting dari awal kita niatkan apa pun usaha
kita hanya untuk mencari keridhoan-Nya dan kita pun harus seimbang
dalam mengerjakan urusan dunia dan amalan akhirat.
Jika kita
menyadari hal ini, tentu kita akan memiliki semangat untuk mengerjakan
semua pekerjaan dan urusan dengan cara yang terbaik. Satu hal yang
penting dan tidak boleh dilupakan adalah niat, karena niat akan
menentukan nilai amal/perbuatan kita.
2.Tahu cita-cita hidup kita yang tertinggi.
Semua
orang memiliki impian dan cita-cita, namun hanya sedikit yang berani
mengejar dan mewujudkannya menjadi sebuah pencapaian hidup. Banyak orang
kehilangan semangat dalam hidupnya hanya karena mereka tidak tahu atau
tidak mau tahu akan apa yang sebenarnya yang mereka mau. Apa yang
sebenarnya yang mereka inginkan. Kebanyakan orang hanya menjalankan
hidup ini sebagai sebuah rutinitas. Dengan sedikit kenyamanan yang
mereka rasakan maka berhenti sampai di situlah impiannya. Mereka takut
membuat sedikit perbedaan karena khawatir kenyamanan itu akan hilang.
Semua
orang pasti memiliki potensi yang luar biasa, dan keluarbiasaan itu
baru akan tergali secara maksimal jika kita sudah bisa keluar dari
penjara mental kita. Jika kita sudah menemukan profesi yang paling tepat
dengan panggilan jiwa maka kita akan lebih mudah mengaktualisasikan
potensi diri kita yang sebenarnya. Dengan itu kita mendedikasikan hidup
untuk kehidupan ini; mempersembahkan yang terbaik yang bisa kita berikan
untuk peradaban manusia yang sedang kita jalani saat ini.
Banyak
orang berbakat yang terjerat borgol emas. Mereka sebenarnya bisa
melakukan hal yang lebih, tapi mereka tidak berani melakukan hal yang
berbeda atau keluar dari zona nyaman. Banyak orang yang sebenarnya
bakatnya di bidang A, namun kenyataannya ia bekerja di bidang C. Ia
tidak berani keluar dari pekerjaannya yang sekarang karena tidak adanya
jaminan penghasilan jika ia benar-benar keluar. Akhirnya ia merasa
kehidupannya bagai di penjara, pekerjaannya mengurung ia seperti di
sangkar emas. Tidak salah lagi, bukan potensi terdahsyat yang keluar
dari dirinya, namun semua itu seakan menjadi rutinitas agar ada nasi
yang bisa dimakan hari ini, besok, dan seterusnya.
Jika Anda
ingin kehidupan Anda penuh semangat dan bahagia maka temukan apa yang
sebenarnya Anda inginkan dan kejarlah hal itu. Semua butuh perjuangan
dan kerja keras, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tapi ada hal
yang harus Anda tahu: tidak ada sesuatu yang tidak mungkin dalam hidup
ini selama kita mau berusaha dan mencobanya.
3.Bersyukur terhadap apa yang sekarang kita miliki dengan tulus.
Setiap
orang mempunyai titik kepuasan sendiri-sendiri. Ada orang yang jika
mempunyai rumah satu sudah puas, namun ada juga yang sudah memiliki
rumah, hotel, vila dan real estate di berbagai penjuru kota masih belum
puas. Ada orang yang punya tabungan 1 juta rupiah sudah merasa kaya,
namun ada juga orang yang sudah punya tabungan, deposito, saham, dan
asset investasi lainnya bernilai miliaran masih merasa kurang.
Pada
umumnya untuk urusan harta benda duniawi orang selalu ingin lebih
banyak lagi dan lagi. Jika diukur maka tidak ada batasnya. Kabar
buruknya adalah hanya sedikit saja dari mereka yang terpenuhi
keinginannya.
Orang yang pikirannya selalu merasa kurang, miskin,
tidak beruntung, dan sikap negatif lainnya mana mungkin ia akan bahagia
dan bersemangat dalam hidupnya. Jika yang dipikirkan hanyayang tidak
dimiliki, mana mungkin kita akan bersyukur. Oleh karena itu, dengan
mensyukuri semua yang ada pada kita saat ini, itulah sebenarnya sumber
semangat kita. Kita akan sadar bahwa Tuhan sebenarnya sangat sayang
kepada kita. Banyak sekali nikmat yang sudah kita rasakan, sementara
lebih banyak lagi orang yang nasibnya tidak seberuntung kita. Adapun
sesuatu yang kita inginkan yang belum kita miliki, itu adalah kesempatan
bagi kita untuk berikhtiar semampu kita untuk mendapatkannya. Jangan
pernah kecewa, apalagi putus asa.
4.Yakin bahwa apa pun yang kita lakukan akan mendapat balasan, baik di dunia maupun kelak di akhirat.
Setiap
perbuatan kita pasti akan ada efeknya. Kita tersenyum pada orang lain
maka orang lain pun akan tersenyum pada kita. Kita tidak sengaja
menginjak kaki orang, mungkin bisa saja orang itu akan marah. Kita
memberi sedekah (100 ribu misalnya) pada seorang pengemis, pasti si
pengemis akan gembira luar biasa seakan itu sebuah mimpi, dan untaian
kalimat doa pun keluar dari mulutnya untuk kebaikan kita. Kita marah,
orang di sekitar kita pasti menjauh. Di tempat ramai tiba-tiba kita
tertawa sendiri tanpa sebab yang masuk akal, mungkin kita akan disangka
gila.
Jadi, semua perbuatan (aksi) yang kita lakukan akan
menimbulkan efek atau reaksi. Dan efek atau reaksi yang muncul sesuai
dengan hukum tabur-tuai. Seperti jika kita menanam padi, bisa dipastikan
yang akan tumbuh juga padi. Namun jika kita menanam rumput maka yang
akan tumbuh juga rumput. Kalau kita mengharap padi yang akan tumbuh maka
kita harus segera bangun dari mimpi buruk.
Setelah kita tahu
bahwa apa pun yang kita lakukan akan menimbulkan akibat, baik langsung
maupun tidak langsung terhadap diri kita, maka kita harus memilih hanya
untuk berbuat yang baik, positif, bermanfaat, dan bernilai saja. Dengan
demikian, bisa dipastikan bahwa efek yang akan kembali kepada kita juga
hal-hal yang baik pula. Tidak ada yang sia-sia dalam hidup ini jika kita
tahu benar apa yang kita lakukan. Sekecil apa pun yang kita lakukan
akan dinilai oleh malaikat pencatat amal. Balasannya tidak saja di
dunia, tetapi juga kelak di akhirat. Jika kita ingin rekapan catatan
amal tersebut isinya bagus maka kita pun harus selalu menjaga agar
setiap perbuatan yang kita lakukan adalah perbuatan terbaik. Waktu
adalah aset terpenting kita setelah nafas/oksigen maka kita harus
mengisinya dengan gerak/aksi/perbuatan yang jelas manfaatnya. Tidak ada
waktu yang terbuang sia-sia. Jadi semuanya pantang sia-sia.
Dengan
menyadari hal ini akan sulit bagi kita untuk tidak bersemangat. Mungkin
keadaan Anda saat ini sedang tidak menyenangkan, tapi bukankah kita
bisa merubahnya menjadi sebaliknya dengan aksi kita selanjutnya; dengan
respon kita terhadap keadaan tersebut. Jika kekasih meninggalkan kita,
bukankah kita bisa cari yang lain lagi. Jika kita di PHK, bukankah kita
bisa cari pekerjaan lain yang lebih baik atau membuka usaha sendiri.
Jika usaha kita lagi sepi atau bangkrut, masih ada kesempatan untuk
bangkit lagi. Demikian seterusnya; selalu ada solusi untuk tiap masalah.
Kita hanya perlu tetap bersemangat, optimis dan menjernihkan pikiran
agar respon dan aksi kita benar-benar efektif dan efisien. Semoga
bermanfaat.
Salam sukses dan Berkah!
Oleh : Agus Riyanto
Penulis buku "Born to Be aA Champion",
Sumber : http://www.esyariah.com/motivasi%20:%20semangat_hidup.php
Share
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari) <---> Bagi yang membaca ini alangkah baiknya untuk membagikan pada yang lain, Ayo silahkan dishare.... Teruskan ilmu, jangan disimpan sendiri...
Jumat, 23 September 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Ayo bersedekah setiap hari
“Tidak ada satu subuh-pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat.
Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,
sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”
(HR Bukhary 5/270)
Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.
Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.
Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :
1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan
Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :
1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-
2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-
3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-
4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-
5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Terimakasih atas partisipasinya kepada rekan-rekan yang telah berbagi terutama buat mereka yang belum melakukan konfirmasinya, semoga Allah mengganti dengan yang lebih baik dan menjadi amalan yang akan memperberat amal kebaikan di yaumil akhir.
Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,
sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”
(HR Bukhary 5/270)
Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.
Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.
Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :
1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
4. Anak Yatim
5. Buka Puasa
Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
--> Bank BRI Syariah No Rek. 1041682996
--> Bank Muamalat No Rek. 3560009874
--> Bank Mandiri No Rek. 114-00-0594415-5
--> Bank BCA No Rek. 8110330589
Semua atas nama Wagimin.Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan
Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :
1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-
2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-
3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-
4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-
5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.033,-
Penolong Misterius
Ketika senja telah turun mengganti siang dengan malam, seorang laki-laki bergegas mengambil air wudhu. Memenuhi panggilan adzan yang bergaung indah memenuhi angkasa.
"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.
Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.
Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.
"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.
Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.
Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.
Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.
"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.
Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.
"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.
"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.
Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.
"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.
"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.
Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.
Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?
Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.
Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!
"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.
Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.
"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.
"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.
"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.
"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.
"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.
Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.
"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."
"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.
Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.
"Sekarang pulanglah!" kata Ali.
Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.
"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.
Ali tersenyum dan mengangguk.
"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.
"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.
Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.
Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.
Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.
"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"
"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.
Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.
Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.
"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.
Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.
Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.
"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.
Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.
Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.
Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.
"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.
Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.
"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.
"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.
Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.
"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.
"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.
Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.
Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?
Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.
Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!
"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.
Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.
"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.
"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.
"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.
"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.
"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.
Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.
"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."
"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.
Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.
"Sekarang pulanglah!" kata Ali.
Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.
"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.
Ali tersenyum dan mengangguk.
"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.
"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.
Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.
Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.
Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.
"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"
"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.
Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.
Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar