Sabtu, 24 September 2011

Bahaya melupakan Al-Quran


Kita sering membaca atau mendengar kuliah tentang kelebihan dan kebaikan yang bakal diperolehi dengan membaca dan mengamalkan kandungan Al-Quran. Memang tidak dapat dinafikan bahawa kita perlu mengetahui kesan-kesan baik dengan melaksanakan segala kandungan Al-Quran.

Namun sejauh manakah tahap amalan kita terhadap tuntutan Al-Quran itu dilaksanakan. Sekiranya dikira dengan memberikan peratusan, angka berapakah yang kita perolehi daripada 100? Sama-samalah kita menganalisanya.

Disamping kita mengetahui kebaikan dan ganjaran atas segala perbuatan kebaikan dan kebajikan terhadap tuntutan Al-Quran, adalah amat wajar juga untuk kita mengetahui kesan buruk dan bahaya melalaikan atau melupakan Al-Quran. Apatah lagi meninggalkan terus Al-Quran, semoga dijauhkan.

Sebenarnya amat banyak kesan buruk yang akan menimpa manusia sekiranya mereka melupakan atau meninggalkan tuntutan Al-Quran. Kesan bahaya ini mungkin terkena kepada individu, komuniti masyarakat atau negara mengikut keadaan dan peringkat tuntutan Al-Quran itu sendiri.



Kesan kepada individu

1. Buta matahati

Al-Quran merupakan petunjuk bagi manusia di dunia ini. Siapa yang melupakan dan meninggalkannya tidak akan dapat melihat kebenaran Allah kerana matahatinya telah gelap dan ditutupi daripada cahaya kebenaran.
“Maka tidak pernahkah mereka berjalan di bumi, sehingga hati (akal) mereka dapat memahami, telinga mereka dapat mendengar? Sebenarnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada” (al-Hajj: 46)
2. Keras hati
Hati yang jauh dari petunjuk Allah menjadi keras dan sukar untuk menerima kebenaran sehingga disifatkan oleh Allah lebih keras daripada batu.
“Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang berimanuntuk secara khusyuk mengingat Allah dan mematuhi kebenaran yang telah diwahyukan (kepada mereka), dan janganlah mereka (berlaku) seperti orang-orang yang telah menerima kitab sebelum itu, kemudian mereka melalui masa yang panjang sehingga hati mereka menjadi keras. Dan ramai diantara mereka menjadi orang-orang fasik” (al-Hadid: 16)
3. Sempit dada
Apabila kita bergantung kepada salain Allah (makhluk) maka kita akan bergantung kepada sesuatu yang lemah dan tidak memiliki apapun. Kita akan merasa sempit apabila bergantung selain kepada Allah apabila tidak mampu memenuhi kehendak dan keinginan kita.
“Barangsiapa yang dikehendaki Allah akan mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan membukakan dadanya untuk (menerima) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendakiNya menjadi sesat, Dia jadikan dadanya sempit dan sesak…” (al-An’am: 125)
4. Lupa terhadap diri sendiri
Hubungan Allah dengan hamba-hambaNya begitu dekat. Apabila hamba dekat kepadaNya maka Allah lebih dekat lagi. Tetapi apabila hamba melupakan Allah, maka Allah akan melupakan hambaNya, bahkan menjadikan mereka lupa akan diri mereka sendiri.

“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, sehingga Allah menjadikan mereka lupa akan diri sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik” (al-Hasyr: 19)
5. Fasiq
Fasiq merujuk kepada golongan yang keluar dari batasan-batasan yang telah ditentukan oleh Allah swt. Apabila kita melupakan Al-Quran atau meninggalkannya, maka kita telah berada di luar batasan Allah swt sedangkan semua itu disebutkan dan diperingatkan di dalam kitabNya.
“Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan seekor nyamuk atau yang lebih kecil dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, mereka tahu bahawa itu kebenaran dari Tuhan. Tetapi mereka yang kafir berkata, “Apa maksud Allah dengan perumpaan ini? Dengan (perumpamaan) itu banyak orang yang dibiarkanNya sesat, dan dengan itu banyak (pula) orang yang diberiNya petunjuk. Tetapi tidak ada yang Dia sesatkan dengan (perumpamaan) itu selain orang-orang fasik” (al-Baqarah: 26)
Kesan kepada masyarakat
1. Kehidupan serba sulit
Allah swt telah berjanji bahawa siapa yang berpaling dari ajaran yang telah dibawa oleh nabi saw akan menerima balasan dalam kehidupannya. Kerana petunjuk selain dari Allah mempunyai kekurangan dalam setiap sisi.
“Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatanKu, maka sungguh dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta” (Taha: 24)
2. Zalim dan hina
Apabila kita lari dari keadilan yang ditunjukkan oleh Allah maka tempat untuk kita adalah kezaliman kerana kita telah meletakkan sesuatu tidak pada posisi yang sepatutnya menurut apa yang dikehendaki Allah. Kebergantungan kepada selain Yang Maha Pencipta iaitu makhluk akan melahirkan kehinaan.
“Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat TuhanNya, kemudian dia berpaling darinya? Sungguh, Kami akan berikan balasan kepada orang-orang yang berdosa” (as-Sajdah: 22)
3. Nifaq
Nifaq adalah sifat yang berbahaya bagi masyarakat dan bagi individu tersebut. Hal ini kerana orang tidak mengetahui mereka dengan baik, kerana pada zahirnya mereka seperti orang (muslim) lain. Tetapi Allah Maha Mengetahui apa yang ada di dalam hati-hati mereka. Rasulullah saw menceritakan sifat atau cirri-ciri nifaq dan meminta kita menjauhinya.
“Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Marilah (patuh) kepada apa yang telah diturunkan Allah dan (patuh) kepada Rasul,” (nescaya) engkau (Muhammad) orang munafik menghalangi dengan keras darimu” (an-Nisa’: 61)
4. Sesat
Petunjuk yang diturunkan oleh Allah swt adalah petunjuk yang jelas kebenaran. Dinyatakan satu persatu oleh Allah swt hakikat-hakikat kebenaran ini dengan bukti-bukti yang begitu jelas sehingga tidak ada lagi alasan bagi mereka untuk berpaling setelah mereka mengaku beriman, kecuali keingkaran mereka terhadap hakikat yang begitu jelas yang terbukti di hadapannya. Inilah yang disebutkan kesesatan yang nyata.
“Tidakkah engkau (Muhammad) memperhatikan orang-orang yang mengaku bahawa mereka telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelummu? Tetapi mereka masih inginkan ketetapan hukum kepada thaghut, padahal mereka telah diperintahkan untuk mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) kesesatan yang sejauh-jauhnya” (an-Nisa’: 60)
Sumber : http://wmazmi.wordpress.com/2008/04/23/bahaya-melupakan-al-quran/



Share

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayo bersedekah setiap hari

“Tidak ada satu subuh-pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat.

Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,

sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”

(HR Bukhary 5/270)

Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.

Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.

Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :

1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
4. Anak Yatim
5. Buka Puasa

Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
--> Bank BRI Syariah No Rek. 1041682996
--> Bank Muamalat No Rek. 3560009874
--> Bank Mandiri No Rek. 114-00-0594415-5
--> Bank BCA No Rek. 8110330589
Semua atas nama Wagimin.

Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan

Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :


1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-

2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-

3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-

4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-

5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.033,-

Terimakasih atas partisipasinya kepada rekan-rekan yang telah berbagi terutama buat mereka yang belum melakukan konfirmasinya, semoga Allah mengganti dengan yang lebih baik dan menjadi amalan yang akan memperberat amal kebaikan di yaumil akhir.

Penolong Misterius

Ketika senja telah turun mengganti siang dengan malam, seorang laki-laki bergegas mengambil air wudhu. Memenuhi panggilan adzan yang bergaung indah memenuhi angkasa.

"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.

Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.

Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.

"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.

Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.

Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.

Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.

"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.

Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.

"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.

"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.

Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.

"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.

"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.

Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.

Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?

Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.

Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!

"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.

Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.

"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.

"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.

"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.

"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.

"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.

Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.

"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."

"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.

Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.

"Sekarang pulanglah!" kata Ali.

Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.

"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.

Ali tersenyum dan mengangguk.

"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.

"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.

Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.

Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.

Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.

"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"

"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.

Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.

Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.