Oleh: Mochamad Bugi
dakwatuna.com -
Siapa mukmin yang tidak rindu ingin bertemu dengan Rasulullah saw.
Jika bertemu, pasti kita ingin memeluknya. Seperti apa ciri fisik
Rasulullah saw.?
Ciri Fisik Rasulullah SAW
Ali
bin Abi Thalib r.a. memerinci ciri fisik Rasulullah saw., “Nabi
Muhammad saw. tidak terlalu tinggi dan tidak pula terlalu pendek.
Berpostur indah di kalangan kaumnya, tidak terlalu gemuk dan tidak pula
terlalu kurus. Perawakannnya bagus sebagai pria yang tampan. Badannya
tidak tambun, wajah tidak bulat kecil, warna kulitnya putih
kemerah-merahan, sepasang matanya hitam, bulu matanya panjang. Tulang
kepalanya dan tulang antara kedua pundaknya besar, bulu badannya halus
memanjang dari pusar sampai dada. Rambutnya sedikit, kedua telapak
tangan dan telapak kakinya tebal.
Apabila berjalan tidak pernah
menancapkan kedua telapak kakinya, beliau melangkah dengan cepat dan
pasti. Apabila menoleh, beliau menolehkan wajah dan badannya secara
bersamaan. Di antara kedua bahunya terdapat tanda kenabian dan memang
beliau adalah penutup para nabi. Beliau adalah orang yang paling
dermawan, paling berlapang dada, paling jujur ucapannya, paling
bertanggung jawab dan paling baik pergaulannya. Siapa saja yang bergaul
dengannya pasti akan menyukainya.”
Setiap orang yang bertemu
Rasulullah saw. pasti akan berkata, “Aku tidak pernah melihat orang yang
sepertinya, baik sebelum maupun sesudahnya.” Begitulah Rasulullah saw.
di mata khalayak, sebah beliau berakhlah sangat mulia seperti yang
digambarkan Al-Qur’an, “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi
pekerti yang agung.” (Al-Qalam: 4)
Nasab Rasulullah SAW
Nasabnya
adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthallib bin Hasyim bin Abdi
Manaf bin Quraisy bin Kilab. Rasulullah saw. memiliki silsilah yang
berujung pada Adnan anak keturunan Nabi Ismail a.s. Semuanya dikenal
sebagai orang-orang yang mulia dan shalih. Tak heran jika Rasulullah
saw. adalah anak Adam yang paling mulia kehormatan dan paling utama
nasabnya. “Aku adalah manusia pilihan dari di antara manusia pilihan
dari di antara manusia pilihan.”
Rasulullah saw. adalah putra
semata wayang Abdullah, anak terakhir Abdul Muthallib. Abdul Muthalllib
pernah bernazar, jika dikaruniai 10 anak lelaki, ia akan menyembelih
satu orang di antaranya untuk Allah. Ketika diundi, keluarlah nama
Abdullah. Ketika Abdul Muthallib akan memenuhi nazarnya, kaumnya
bermusyawarah dan menawarkan kepadanya agar menebus putra bungsunya itu
dengan 100 ekor unta atau serata dengan diat 10 orang budak.
Abdullah
wafat saat Rasulullah saw. masih dalam kandungan Aminah, ibunya. Aminah
adalah anak Wahab bin Abdu Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Rasulullah saw.
lahir di hari Senin, 12 Rabi’ul Awal tahun Gajah. Aminah mengirimkan
bayinya ke Abdul Muthallib. Lantas Abdul Muthallib membawa bayi yang
dinamainya Muhammad itu berthawaf mengelilingi Ka’bah.
Tahun Gajah
Tahun
Gajah, apa maksudnya? Di tahun kelahiran Rasulullah saw. ada peristiwa
besar di Mekkah. Abrahah Al-Habsyi seorang panglima perang kebangsaan
Habasyah (Ethiopia) berkuasa di sebagai Gubernur Yaman di bawah
pemerintahan Raja Najasyi, Raja Habasyah. Ia membangun sebuah gereja
besar yang diberi nama Al-Qallais. Abrahah ingin gerejanya itu menjadi
kiblat seluruh bangsa Arab.
Seorang pria dari Bani Kinanah mendengar
obsesi Abrahah itu. Ia pergi ke Yaman dan menyelinap ke dalam gereja itu
di malam hari. Ia buang air besar kemudian membuang kotorannya di
kiblat gereja itu.
Mengetahui itu, Abrahah marah. Ia bersumpah
akan pergi ke Mekkah dan menghancurkan Ka’bah. Abrahah mengerahkan
tentara dan pasukan gajahnya. Namun, perjalanan pasukan gajah ini
terhenti di Mina. Allah swt. membinasakan pasukan itu dengan mengirimkan
serombongan Burung Ababil yang melemparkan kerikil mematikan. Tahun
terjadinya peristiwa itu dinamakan Tahun Gajah.
Ibu Susu Rasulullah SAW
Sudah
menjadi tradisi kalangan terpandang Arab, bayi-bayi mereka disusui oleh
murdi’at (para wanita yang menyusui bayi). Rasulullah saw. ditawarkan
kepada murdi’at dari Bani Sa’ad yang sengaja datang ke Mekkah mencari
bayi-bayi yang masih menyusu dengan harapan mendapat bayaran dan hadiah.
Tapi mereka menolak karena Rasulullah saw. anak yatim. Namun Halimah
Sa’diyah tidak mendapatkan seroang bayi pun yang akan disusui. Karena
itu, agar pulang tanpa tangan hampa, ia mengambil Rasulullah saw. yang
yatim itu sebagai anak susuannya.
Keberadaan Muhammad mungil
memberi berkah kepada keluarga Halimah, bahkan bagi kabilahnya. Setelah
dua tahun, Halimah membawa Muhammad kecil mengunjungi ibunya. Karena
sadar bahwa keberadaan Muhammad kecil memberi berkah kepada kampungnya,
Halimah memohon Aminah agar Muhammad kecil diizinkan tinggal kembali
bersama Bani Sa’ad. Aminah setuju.
Muhammad cilik dikembalikan ke
Mekkah setelah terjadi peristiwa pembelahan dada. Dua malaikat datang
menghampiri Rasulullah saw. dengan membawa bejana dari emas berisi es.
Mereka membelah dada Rasulullah saw. dan mengeluarkan hatinya. Hati itu
dibedah dan dikeluarkan gumpalan darah yang berwarna hitam. Kemudian
dicuci dengan es. Setelah itu dikembalikan seperti semula. Halimah
khawatir dengan keselamatan Muhammad cilik. Ia dan suaminya sepakat
mengembalikan Muhammad kecil kepada ibunya.
Aminah dan Abdul Muthallib Wafat
Muhammad
kecil pun tinggal bersama ibunya. Ketika berusia 6 tahun, Muhammad
cilik dibawa ibunya mengunjungi paman-pamannya dari Bani Adi bin Najjar
di Yatsrib (yang kemudian hari berubah nama menjadi Madinah). Dalam
perjalanan ini Aminah wafat di Abwa dan dikuburkan di sana.
Kemudian
Muhammad cilik diasuh kakeknya, Abdul Muthallib. Namun tak berlangsung
lama, hanya 2 tahun. Abdul Muthallib wafat ketika Rasulullah saw.
berusia 8 tahun. Rasulullah saw. kemudian diasuh oleh pamannya, Abu
Thalib.
Perjalanan ke Syam
Abu Thalib pergi berdagang ke
Syam. Keponakannya, Muhammad, ikut serta. Kafilah dagang ini tiba di
Kampung Busra. Mereka bertemu dengan seorang pendeta bernama Bahira.
Bahira
tahu tentang ajaran Nasrani dan ia paham betul tentang ciri dan sifat
Rasul terakhir yang diberitakan oleh Nabi Isa a.s. Bahira melihat ada
tanda-tanda kenabian pada diri Muhammad, keponakan Abu Thalib. Ia
menasihati Abu Thalib agar segera membawa pulang keponakannya dan
waspada dengan orang-orang Yahudi.
Menikah Dengan Khadijah
Ketika
berusia 25 tahun, Rasulullah saw. pergi ke Syam membawa barang dagangan
milik Khadijah. Rasulullah saw. ditemani pembantu pria kepercayaan
Khadijah bernama Maisaroh. Maisaroh memberi informasi kepada Khadijah
tentang sifat-sifat Rasulullah saw.
Kemudian setelah kembali ke
Mekkah, Muhammad muda menikah dengan Khadijah. Saat dinikahi Muhammad
muda, Khadijah bersatus janda. Dari pernikahan ini Muhammad dan Khadijah
mendapatkan beberapa orang anak. Ada riwayat yang mengabarkan
Rasulullah saw. dikaruniai 2 orang anak lelaki dari Khadijah, yaitu
Qasim dan Abdullah. Namun keduanya meninggal sebelum beliau diangkat
menjadi Nabi dan Rasul. Rasulullah saw. juga mendapat anak-anak
perempuan dari Khadijah, yaitu Zainab, Ruqayyah, dan Ummi Kulsum. Mereka
mengamalkan Islam dan meninggal sebelum Rasulullah wafat. Sedangkan
putri bungsu Rasulullah saw. dari Khadijah adalah Fathimah. Fathimah
meninggal 6 bulan setelah Rasulullah saw. wafat.
Berkhalwat di Gua Hira
Sebelum
diangkat menjadi Nabi dan Rasul, Muhammad suka menyendiri di Gua Hira.
Ini dikarenakan ia begitu membenci paganisme, agama kaumnya, dan setiap
perbuatan keji yang dilakukan kaumnya. Di Gua Hira Muhammad beribadah
kepada Rabbnya.
Membangun Ka’bah
Ketika Muhammad menginjak
usia 35 tahun, orang-orang Quraisy berkumpul untuk membangun kembali
Ka’bah yang rusak. Saat proses peletakan kembali Hajar Aswad, para
kabilah Quraisy bersengketa. Mereka masing-masing merasa paling berhak
melakukannya. Selisih pendapat ini sampai pada puncaknya. Mereka siap
saling berperang.
Tapi, akhirnya mereka sepakat untuk menjadikan
orang yang pertama kali masuk dari pintu masjid sebagai hakim yang
memutus perkara mereka. Dan orang yang muncul pertama kali dari masjid
adalah Muhammad. Mereka serempak mengatakan, “Ini dia Al-Amin. Kami
ridha dengannya!”
Kemudian Muhammad meminta sehelai selendang,
lalu ia ambil hajar Aswad dan meletakkannya dengan tangannya sendiri.
“Setiap kabilah hendaknya mengambil sisi-sisi selendang ini lalu
angkatlah bersama-sama,” begitu katanya kemudian. Setelah diangkat
hingga dekat dengan tempatnya, Muhammad mengangkat dan meletakkan dengan
tangannya sendiri Hajar Aswad di tempat yang seharusnya. Dan
pembangunan itu pun selesai dengan semua kabilah merasa senang.
Sumber : http://www.dakwatuna.com/2008/nabi-muhammad-sebelum-dibangkitkan-menjadi-nabi-dan-rasul/
Share
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari) <---> Bagi yang membaca ini alangkah baiknya untuk membagikan pada yang lain, Ayo silahkan dishare.... Teruskan ilmu, jangan disimpan sendiri...
Rabu, 19 Oktober 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Ayo bersedekah setiap hari
“Tidak ada satu subuh-pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat.
Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,
sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”
(HR Bukhary 5/270)
Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.
Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.
Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :
1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan
Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :
1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-
2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-
3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-
4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-
5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Terimakasih atas partisipasinya kepada rekan-rekan yang telah berbagi terutama buat mereka yang belum melakukan konfirmasinya, semoga Allah mengganti dengan yang lebih baik dan menjadi amalan yang akan memperberat amal kebaikan di yaumil akhir.
Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,
sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”
(HR Bukhary 5/270)
Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.
Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.
Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :
1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
4. Anak Yatim
5. Buka Puasa
Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
--> Bank BRI Syariah No Rek. 1041682996
--> Bank Muamalat No Rek. 3560009874
--> Bank Mandiri No Rek. 114-00-0594415-5
--> Bank BCA No Rek. 8110330589
Semua atas nama Wagimin.Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan
Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :
1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-
2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-
3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-
4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-
5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.033,-
Penolong Misterius
Ketika senja telah turun mengganti siang dengan malam, seorang laki-laki bergegas mengambil air wudhu. Memenuhi panggilan adzan yang bergaung indah memenuhi angkasa.
"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.
Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.
Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.
"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.
Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.
Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.
Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.
"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.
Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.
"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.
"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.
Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.
"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.
"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.
Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.
Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?
Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.
Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!
"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.
Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.
"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.
"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.
"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.
"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.
"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.
Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.
"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."
"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.
Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.
"Sekarang pulanglah!" kata Ali.
Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.
"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.
Ali tersenyum dan mengangguk.
"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.
"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.
Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.
Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.
Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.
"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"
"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.
Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.
Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.
"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.
Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.
Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.
"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.
Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.
Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.
Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.
"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.
Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.
"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.
"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.
Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.
"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.
"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.
Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.
Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?
Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.
Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!
"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.
Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.
"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.
"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.
"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.
"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.
"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.
Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.
"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."
"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.
Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.
"Sekarang pulanglah!" kata Ali.
Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.
"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.
Ali tersenyum dan mengangguk.
"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.
"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.
Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.
Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.
Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.
"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"
"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.
Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.
Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar