Oleh: Syarifuddin Mustafa, MA
Hamdalah
merupakan penggalan kata yang selalu kita ucapkan setiap kali kita
selesai melakukan sesuatu yang secara lengkap kita membacanya dengan
ucapan “Al-hamdulillah” (segala puji hanya milik Allah) atau “Al-hamdulillah rabbil ‘alamin”
(segala puji hanya milik Allah Tuhan semesta alam). Kata alhamd itu
sendiri terdiri dari kata “al” dan “hamd”, yang seringkali diterjemahkan
dengan pujian. Yaitu pujian yang ditujukan kepada Allah. Sebuah
ungkapan pujian yang hanya diserahkan dan disampaikan kepada Allah SWT.
“Alhamd”
(puji) baik secara aktual maupun verbal adalah bentuk dari manifestasi
keparipurnaan dan suksesnya suatu tujuan, dari segala yang ada. Sebab
Hamdalah itu merupakan bentuk dari pujian pembuka, sekaligus merupakan
pujian indah bagi yang berhak mendapatkannya.
Seluruh makhluk di
muka bumi ini secara keseluruhan juga memuji Allah SWT bertasbih dan
bertahmid. Seluruh keparipumaan muncul dari potensi-potensi menjadi
aktual, dan semuanya senantiasa menyucikan dan memuji-Nya. Sebagaimana
dalam firman Allah swt:
“Tak satu pun dari segala yang ada kecuali selalu bertasbih dan memuji-Nya”.
Jagad
raya senantiasa memiliki kesadaran darimana awal mulanya, bagaimana
penjagaan atas kelestariannya dan pengaturannya, sebagai cermin
konotatif dari arti hakiki Rububiyah bagi semesta alam. Yakni bagi
segala sesuatu yang terkandung dalam Ilmu Allah. Seperti sebuah tanda
bagi yang ditandai. Juga mengandung makna globalitas keselamatan yang
penuh karena mengandung arti Ilmu dan sekaligus mengandung makna
mengalahkan. Yang terkandung itu juga berarti kebajikan-kebajikan yang
umum maupun khusus. Yaitu nikmat lahiriyah maupun nikmat batiniyah.
Nikmat lahiriyah seperti kesehatan dan rizki, sedangkan nikmat batiniyah
seperti pengetahuan dan ma’rifat.
Maka pujian dengan segala
substansinya itu mutlak hanya bagi Allah Ta’ ala, secara azali maupun
abadi menurut proporsi hak hamba melalui Dzat-Nya.
Kata
al-hamdulillah memiliki dua sisi makna. Pertama, berupa pujian kepada
Tuhan dalam bentuk ucapan. Kedua, pujian dalam bentuk perbuatan yang
biasa kita sebut dengan syukur. Kedua sisi ini tergabung dalam ucapan
al-hamdulillah.
Pujian kepada Allah dalam bentuk ucapan merupakan
anjuran agama setiap kali merasakan anugerah. Itu sebabnya Rasulullah
saw. Selalu mengucapkan al-hamdulillah pada setiap kondisi dan situasi.
Ketika berpakaian, sesudah makan, ketika akan tidur dan setiap bangun
tidur, dan seterusnya dari perbuatan Rasulullah saw yang mengajarkan
kita untuk selalu mengucapkan al-hamdulillah dalam setiap kondisi dan
situasi.
Apabila seseorang sering mengucapkan al-hamdulillah,
maka dari saat ke saat ia akan selalu merasa dalam curahan rahmat dan
kasih sayang Allah. Dia akan merasa bahwa Allah tidak membiarkannya
sendiri. Jika kesadaran ini telah berbekas dalam jiwanya, maka
seandainya mendapatkan cobaan atau merasakan kepahitan dan ujian bahkan
musibah sekalipun, maka dia pun akan mengucapkan al-hamdulillah atau
segala puji bagi Allah, tiada yang dipuja dan dipuji walau cobaan
menimpa, kecuali Dia semata. Begitu pun sekiranya ketetapan Allah yang
mungkin oleh kacamata manusia dinilai kurang baik maka harus disadari
bahwa penilaian tersebut adalah akibat keterbatasan manusia dalam
menetapkan tolok ukur penilaiannya. Pasti ada sesuatu yang luput dari
jangkauan pandangan manusia sehingga penilaiannya menjadi demikian.
Walhasil “segala puji bagi Allah”. Kata segala ini diterjemahkan dari
kata al pada al-hamdu yang oleh ahli bahasa dinamai al-lil istighraq
(artikel yang memberi arti mencakup keseluruhan).
Kalimat semacam
ini terlontar, karena ketika itu dia sadar bahwa seandainya apa yang
dirasakan itu benar-benar merupakan malapetaka, namun limpahan
karunia-Nya sudah demikian banyak, sehingga cobaan malapetaka itu tidak
lagi berarti dibandingkan dengan besar dan banyaknya karunia selama ini.
Kalau
kita ingin menelusuri ayat-ayat Allah, maka akan kita temukan ungkapan
kata al-hamdulillah di dalam banyak ayat-ayat-Nya, sementara secara
khusus, ada beberapa surat yang kata al-hamdu diletakkan di muka ayat;
lima surat dalam Al-Quran yang dimulai dengan kata al-hamdu, seperti
Al-Fatihah (jika kita sependapat dengan pendapat ulama yang bahwa
basmalah bukan bagian dari surat al-fatihah) maka akan ditemukan makna
Hamdalah yang begitu dalam menggambarkan akan anugerah Allah yang begitu
luas yang dapat dinikmati oleh makhluk, khususnya manusia. Ungkapan
ayatnya adalah Alhamdulillah lillah rabbil ‘alamin; pernyataan pujian
yang hanya diserahkan kepada Allah yang Maha Esa dan Kuasa, karena telah
begitu banyak memberikan anugerah kepada seluruh alam. Adapun pada
ayat-ayat lain dapat ditemukan kata-kata alhamdu yang menjadi permulaan
ayat pada empat surat lain; masing-masing menggambarkan kelompok nikmat
Allah dan merupakan perincian dari kalimat al-hamdulillah pada surat
al-fatihah.
Keempat surat yang dimaksud adalah :
1. Surat
Al-An’am yang dimulai dengan pujian kepada Allah atas nikmat yang telah
dianugerahkan oleh-Nya akan potensi yang terpendam di langit dan di
bumi. Allah berfirman: “Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan
langit dan bumi dan mengadakan gelap dan terang…”
2. Surat
Al-Kahfi yang dimulai dengan pujian kepada Allah atas nikmat yang telah
dianugerahkan berupa petunjuk bagi manusia, sebagai nikmat terbesar
yaitu kehadiran Al-Quran yang tidak memiliki kebengkokan dan kesalahan;
Allah berfirman: “Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Al-Quran
kepada hamba-Nya dan tidak membuat kebengkokan (kekurangan) di
dalamnya”.
3. Surat Saba yang dimulai dengan kata Al-hamdu;
pujian kepada Allah atas nikmat yang telah dianugerahkan yaitu berupa
alam dunia dan alam akhirat sehingga manusia dapat menjadikannya sebagai
keseimbangan; memperbanyak bekal di alam dunia dan memetiknya nanti di
alam akhirat; Allah berfirman: “Segala puij bagi Allah yang memiliki apa
yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan bagi-Nya pula pujian di
akhirat. Dialah yang Maha bijaksana lagi Maha Mengetahui”.
4.
Surat Fathir yang dimulai dengan kata Al-hamdu; pujian kepada Allah atas
segala nikmatnya yang telah dianugerahkan berupa keabadian sejati nanti
di alam akhirat; Allah berfirman: “Segala puji bagi Allah, pencipta
langit dan bumi yang menjadikan malaikat-malaikat sebagai utusan-utusan
yang mengurus berbagai macam urusan (di dunia dan di akhirat) yang
mempunyai sayap -sayap masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat..”
Perbedaan
kata hamd (pujian) dengan kata syukur, walaupun keduanya saling
memperkaya makna namun pada hakikatnya mempunyai makna yang berbeda.
Hamd disampaikan secara lisan kepada yang bersangkutan walaupun ia tidak
memberi apapun baik kepada si pemuja maupun kepada yang lain dan
biasanya yang dipuji memiliki syarat yang patut dipuji; indah (baik)
diperbuat secara sadar dan tidak karena paksaan. Dengan demikian, maka
segala perbuatan Allah terpuji dan segala yang terpuji merupakan
perbuatan Allah juga, sehingga segala puji tertuju kepada Allah. Bahkan
jika kita memuji seseorang karena kebaikan atau kecantikannya, maka
pujian tersebut pada akhirnya harus dikembalikan kepada Allah SWT, sebab
kecantikan dan itu bersumber dari Allah. Sedang syukur pada dasarnya
digunakan untuk mengakui dengan tulus dan penuh penghormatan akan nikmat
yang dianugerahkan oleh yang disyukuri itu, baik dengan kata-kata
maupun dengan perbuatan.
Pada akhirnya kata alhamdu (pujian)
merupakan ungkapan rasa syukur kepada Allah atas segala nikmat yang
telah dianugerahkan dan selayaknya kata ini diucapkan ketika seseorang
ingin melakukan sesuatu, karena sejatinya tidak ada perbuatan yang
dilakukan, ucapan yang disuarakan, nafas yang dihembuskan, gerakan dan
segala apapun yang diperbuat oleh bagian anggota tubuh manusia karena
rahmat dan anugerah dari Allah. Dan kita pun dianjurkan untuk selalu
mengucapkan syukur dan tahmid saat melihat orang lain mendapatkan rezki
dan anugerah dari SWT. Sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah saw
dalam do’anya :
“Ya Allah, tidak ada di pagi ini dari kenikmatan
yang engkau anugerahkan kepada kami dan kepada siapa pun dari
hamba-hambamu hanya dari Engkau belaka, tiada sekutu bagi-Mu dan segala
puji dan syukur hanya milik-Mu” []
Sumber : http://www.dakwatuna.com/2007/keagungan-hamdalah/
Share
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari) <---> Bagi yang membaca ini alangkah baiknya untuk membagikan pada yang lain, Ayo silahkan dishare.... Teruskan ilmu, jangan disimpan sendiri...
Jumat, 21 Oktober 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Ayo bersedekah setiap hari
“Tidak ada satu subuh-pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat.
Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,
sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”
(HR Bukhary 5/270)
Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.
Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.
Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :
1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan
Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :
1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-
2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-
3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-
4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-
5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Terimakasih atas partisipasinya kepada rekan-rekan yang telah berbagi terutama buat mereka yang belum melakukan konfirmasinya, semoga Allah mengganti dengan yang lebih baik dan menjadi amalan yang akan memperberat amal kebaikan di yaumil akhir.
Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,
sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”
(HR Bukhary 5/270)
Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.
Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.
Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :
1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
4. Anak Yatim
5. Buka Puasa
Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
--> Bank BRI Syariah No Rek. 1041682996
--> Bank Muamalat No Rek. 3560009874
--> Bank Mandiri No Rek. 114-00-0594415-5
--> Bank BCA No Rek. 8110330589
Semua atas nama Wagimin.Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan
Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :
1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-
2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-
3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-
4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-
5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.033,-
Penolong Misterius
Ketika senja telah turun mengganti siang dengan malam, seorang laki-laki bergegas mengambil air wudhu. Memenuhi panggilan adzan yang bergaung indah memenuhi angkasa.
"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.
Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.
Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.
"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.
Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.
Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.
Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.
"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.
Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.
"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.
"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.
Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.
"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.
"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.
Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.
Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?
Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.
Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!
"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.
Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.
"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.
"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.
"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.
"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.
"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.
Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.
"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."
"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.
Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.
"Sekarang pulanglah!" kata Ali.
Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.
"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.
Ali tersenyum dan mengangguk.
"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.
"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.
Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.
Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.
Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.
"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"
"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.
Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.
Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.
"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.
Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.
Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.
"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.
Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.
Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.
Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.
"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.
Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.
"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.
"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.
Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.
"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.
"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.
Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.
Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?
Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.
Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!
"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.
Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.
"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.
"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.
"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.
"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.
"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.
Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.
"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."
"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.
Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.
"Sekarang pulanglah!" kata Ali.
Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.
"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.
Ali tersenyum dan mengangguk.
"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.
"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.
Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.
Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.
Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.
"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"
"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.
Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.
Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar