Oleh: Tim dakwatuna.com
dakwatuna.com -
Sesungguhnya seorang hamba jika melakukan dosa, maka terbentuklah noda
hitam dalam hatinya. Jika ia melepaskan dosa, istighfar dan taubat,
bersihlah hatinya. Ketika mengulangi dosa lagi, bertambahlah noda
hitamnya, sehingga menguasai hati. Itulah Roon (rona) yang disebutkan
dalam Al-Qur’an, “Sekali-kali tidak (demikian), Sebenarnya apa yang
selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” (HR At-Tirmidzi).
Maksiat
dan dosa mempunyai pengaruh yang sangat dahsyat dalam kehidupan umat
manusia. Bahayanya bukan hanya berpengaruh di dunia tetapi sampai dibawa
ke akhirat. Bukankah Nabi Adam a.s. dan istrinya Siti Hawwa dikeluarkan
dari surga dan diturunkan ke dunia karena dosa yang dilakukannya? Dan
demikianlah juga yang terjadi pada umat-umat terdahulu.
Disebabkan
karena dosa, penduduk dunia pada masa Nabi Nuh a.s. dihancurkan oleh
banjir yang menutupi seluruh permukaan bumi. Karena maksiat, kaum ‘Aad
diluluhlantakkan oleh angin puting beliung. Karena ingkar pada Allah,
kaum Tsamud ditimpa oleh suara yang sangat keras memekakkan telinga
sehingga memutuskan urat-urat jantung mereka dan mati bergelimpangan.
Karena perbuatan keji kaum Luth, buminya dibolak-balikkan dan semua
makhluk hancur, sampai malaikat mendengar lolongan anjing dari kejauhan.
Kemudian diteruskan dengan hujan bebatuan dari langit yang melengkapi
siksaan bagi mereka. Dan kaum yang lain akan mendapatkan siksaan yang
serupa. Jika tidak terjadi di dunia, maka di akhirat akan lebih pedih
lagi. (Al-An’am: 6)
Desember 2005 dunia
juga baru menyaksikan musibah yang maha dahsyat terjadi di Asia: Tsunami
menghancurkan ratusan ribu umat manusia. Terbesar menimpa Aceh. Semua
itu harus menjadi pelajaran yang mendalam bagi seluruh umat manusia,
bahwa Allah Maha Kuasa. Disebutkan dalam musnad Imam Ahmad dari hadits
Ummu Salamah, Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Jika kemaksiatan
sudah mendominasi umatku, maka Allah meratakan adzab dari sisi-Nya”.
Saya berkata, “Wahai Rasulullah, bukankah di antara mereka ada
orang-orang shalih?” Rasulullah menjawab,”Betul.” “Lalu bagaimana dengan
mereka?” Rasul menjawab, “Mereka akan mendapat musibah sama dengan yang
lain, kemudian mereka mendapatkan ampunan dan keridhaan Allah.”
Akar Kemaksiatan
Semua
kemaksiatan yang dilakukan oleh manusia, baik yang besar maupun yang
kecil, bermuara pada tiga hal. Pertama; terikatnya hati pada selain
Allah, kedua; mengikuti potensi marah, dan ketiga; mengikuti hasrat
syahwat. Ketiganya adalah syirik, zhalim, dan keji. Puncak seseorang
terikat pada selain Allah adalah syirik dan menyeru pada selain Allah.
Puncak seseorang mengikuti amarah adalah membunuh; dan puncak seseorang
menuruti syahwat adalah berzina. Demikianlah Allah swt. menggabungkan
pada satu ayat tentang sifat ‘Ibadurrahman, ”Dan orang-orang yang tidak
menyembah Tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang
diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan
tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya
dia mendapat (pembalasan) dosa(nya).” (Al-Furqaan: 68)
Dan ciri
khas kemaksiatan itu saling mengajak dan mendorong untuk melakukan
kemaksiatan yang lain. Orang yang berzina maka zina itu dapat
menyebabkan orang melakukan pembunuhan; dan pembunuhan dapat menyebabkan
orang melakukan kemusyrikan. Dan para pembuat kemaksiatan saling
membantu untuk mempertahankan kemaksiatannya. Setan tidak akan pernah
diam untuk menjerumuskan manusia untuk melakukan dosa dan kemaksiatan.
Setan senantiasa mengupayakan tempat-tempat yang kondusif untuk menjadi
sarang kemaksiatan.
Oleh karena itu agar terhindar dari jebakan
kemaksiatan, manusia harus melakukan lawan dari ketiganya, yaitu:
pertama; menguatkan keimanan dan hubungan hati dengan Allah swt. dengan
senantiasa mengikhlaskan segala amal perbuatan hanya karena Allah.
Kedua; mengendalikan rasa marah, karena marah merupakan pangkal sumber
dari kezhaliman yang dilakukan oleh manusia. Dan ketiga; menahan diri
dari syahwat yang menggoda manusia sehingga tidak jatuh pada perbuatan
zina.
Pengaruh Maksiat
Seluruh manusia mengakui bahwa
kesalahan yang terkait dengan hubungan antar manusia di dunia secara
umum dapat mengakibatkan kerusakan secara langsung. Orang-orang yang
membabat hutan hingga gundul akan menyebabkan kerusakan lingkungan,
longsor, dan kebanjiran. Sopir yang mengendalikan mobilnya secara
ugal-ugalan dan melintasi rel kereta yang dilalui kereta, berakibat
sangat parah, ditabrak oleh kereta. Orang yang membunuh orang tanpa hak,
maka dia akan senantiasa dalam kegelisahan dan penderitaan. Orang yang
senantiasa bohong, hidupnya tidak akan merasa tenang.
Dan pada
dasarnya pengaruh kesalahan, dosa, dan kemaksiatan bukan saja yang
terkait antar sesama manusia, tetapi antara manusia dengan Allah.
Siapakah orang yang paling zhalim, ketika mereka diberi rezki oleh Allah
dan hidup di bumi Allah kemudian menyekutukan Allah, tidak mentaati
perintah-Nya, dan melanggar larangan-Nya. Jika kesalahan yang dibuat
antar sesama manusia akan menimbulkan bahaya, maka kesalahan akibat
tidak melaksanakan perintah Allah atau melanggar larangan-Nya, maka akan
lebih berbahaya lagi, di dunia sengsara dan di akhirat disiksa. “Dan
barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya
penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat
dalam keadaan buta.”
Beberapa pengaruh maksiat diantaranya:
1. Lalai dan keras hati
Al-Qur’an
menyebut bahwa orang-orang yang bermaksiat hatinya keras membatu.
“Karena mereka melanggar janjinya, kami kutuki mereka, dan kami jadikan
hati mereka keras membatu. mereka suka mengubah perkataan (Allah) dari
tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang
mereka Telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa
akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka
(yang tidak berkhianat), Maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka,
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (Al-Ma-idah:
13)
Berkata Ibnu Mas’ud r.a., “Saya menyakini bahwa seseorang lupa pada ilmu yang sudah dikuasainya, karena dosa yang dilakukan.”
Orang
yang banyak berbuat dosa, hatinya keras, tidak sensitif, dan susah
diingatkan. Itu suatu musibah besar. Bahkan disebutkan dalam sebuah
riwayat bahwa orang yang senantiasa berbuat dosa, hatinya akan dikunci
mati, sehingga keimanan tidak dapat masuk, dan kekufuran tidak dapat
keluar.
2. Terhalang dari ilmu dari rezeki
Rasulullah saw.
bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba diharamkan mendapat rezeki karena
dosa yang dilakukannya” (HR Ibnu Majah dan Hakim)
Berkata Imam
As-Syafi’i, “Saya mengadu pada Waqi’i tentang buruknya hafalanku. Beliau
menasihatiku agar meninggalkan maksiat. Dan memberitahuku bahwa ilmu
adalah cahaya. Dan cahaya Allah tidak diberikan kepada orang yang
bermaksiat.”
Orang yang banyak melakukan dosa waktunya banyak
dihabiskan untuk hal-hal yang sepele dan tidak berguna. Tidak untuk
mencari ilmu yang bermanfaat, tidak juga untuk mendapatkan nafkah yang
halal. Banyak manusia yang masuk dalam model ini. Banyak yang
menghabiskan waktunya di meja judi dengan menikmati minuman haram dan
disampingnya para wanita murahan yang tidak punya rasa malu. Sebagian
yang lain asyik dengan hobinya. Ada yang hobi memelihara burung atau
binatang piaraan yang lain. Sebagian lain, ada yang hobi mengumpulkan
barang antik meski harus mengeluarkan biaya tak sedikit. Sebagian yang
lain hobi belanja atau sibuk bolak-balik ke salon kecantikan. Seperti
itulah kualitas hidup mereka.
3. Kematian hati dan kegelapan di wajah
Berkata
Abdullah bin Al-Mubarak, “Saya melihat dosa-dosa itu mematikan hati dan
mewariskan kehinaan bagi para pelakunya. Meninggalkan dosa-dosa
menyebabkan hidupnya hati. Sebaik-baiknya bagi dirimu meninggalkannya.
Bukankah yang menghancurkan agama itu tidak lain para penguasa dan ahli
agama yang jahat dan para rahib.”
Sungguh suatu musibah besar
jika hati seseorang itu mati disebabkan karena dosa-dosa yang
dilakukannya. Dan perangkap dosa yang dikejar oleh mayoritas manusia
adalah harta dan kekuasaan. Mereka mengejar harta dan kekuasaan seperti
laron masuk ke kobaran api unggun.
Tanda seorang bergelimangan
dosa terlihat di wajahnya. Wajah orang-orang yang jauh dari air wudhu
dan cahaya Al-Qur’an adalah gelap tidak enak dipandang.
4. Terhalang dari penerapan hukum Allah
Penerapan
hukum Allah berupa syariat Islam di muka bumi adalah rahmat dan karunia
Allah dan memberikan keberkahan bagi penduduknya. Ketika masyarakat
banyak yang melakukan kemaksiatan, maka mereka akan terhalang dari
rahmat Islam tersebut. (Lihat Al-Maa-idah: 49 dan Al-A’raaf: 96)
5. Hilangnya nikmat Allah dan potensi kekuatan
Di
antara nikmat yang paling besar yang diberikan Allah kepada hamba-Nya
adalah pertolongan dan kemenangan. Sejarah telah membuktikan bahwa
pertolongan Allah dan kemenangan-Nya diberikan kepada hamba-hamba-Nya
yang taat. Sebaliknya, kekalahan dan kehancuran disebabkan karena
maksiat dan ketidaktaatan.
Kisah Perang Uhud harus menjadi
pelajaran bagi orang-orang beriman. Ketika sebagian pasukan perang sibuk
mengejar harta rampasan dan begitu juga pasukan pemanah turun gunung
ikut memperebutkan harta rampasan. maka terjadilah musibah luar biasa.
Korban berjatuhan di kalangan umat Islam. Rasulullah saw. pun
berdarah-darah.
Kisah penghancuran Kota Baghdad oleh pasukan
Tartar juga terjadi karena umat Islam bergelimang kemaksiatan. Khilafah
Islam pun runtuh, selain dari faktor adanya konspirasi internasional
yang melibatkan Inggris, Amerika Serikat, dan Israel, karena umat Islam
berpecah belah dan kemaksiatan yang mereka lakukan.
Umar bin
Khattab berwasiat ketika melepas tentara perang: ”Dosa yang dilakukan
tentara (Islam) lebih aku takuti dari musuh mereka. Sesungguhnya umat
Islam dimenangkan karena maksiat musuh mereka kepada Allah. Kalau tidak
demikian kita tidak mempunyai kekuatan, karena jumlah kita tidak sepadan
dengan jumlah mereka, perlengkapan kita tidak sepadan dengan
perlengkapan mereka. Jika kita sama dalam berbuat maksiat, maka mereka
lebih memiliki kekuatan. Jika kita tidak dimenangkan dengan keutamaan
kita, maka kita tidak dapat mengalahkan mereka dengan kekuatan kita.”
Oleh
karena itu umat Islam dan para pemimpinnya harus berhati-hati dari
jebakan-jebakan cinta dunia dan ambisi kekuasaan. Jauhi segala harta
yang meragukan apalagi yang jelas haramnya. Karena harta yang syubhat
dan meragukan, tidak akan membawa keberkahan dan akan menimbulkan
perpecahan serta fitnah. Kemaksiatan yang dilakukan oleh individu,
keluarga, dan masyarakat akan menimbulkan hilangnya nikmat yang telah
diraih dan akan diraih. Dan melemahkan segala potensi kekuatan.
Waspadalah!
Sumber : http://www.dakwatuna.com/2007/kemasiatan-dan-pengaruhnya/
Share
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari) <---> Bagi yang membaca ini alangkah baiknya untuk membagikan pada yang lain, Ayo silahkan dishare.... Teruskan ilmu, jangan disimpan sendiri...
Rabu, 28 September 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Ayo bersedekah setiap hari
“Tidak ada satu subuh-pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat.
Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,
sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”
(HR Bukhary 5/270)
Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.
Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.
Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :
1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan
Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :
1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-
2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-
3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-
4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-
5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Terimakasih atas partisipasinya kepada rekan-rekan yang telah berbagi terutama buat mereka yang belum melakukan konfirmasinya, semoga Allah mengganti dengan yang lebih baik dan menjadi amalan yang akan memperberat amal kebaikan di yaumil akhir.
Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,
sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”
(HR Bukhary 5/270)
Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.
Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.
Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :
1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
4. Anak Yatim
5. Buka Puasa
Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
--> Bank BRI Syariah No Rek. 1041682996
--> Bank Muamalat No Rek. 3560009874
--> Bank Mandiri No Rek. 114-00-0594415-5
--> Bank BCA No Rek. 8110330589
Semua atas nama Wagimin.Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan
Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :
1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-
2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-
3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-
4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-
5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.033,-
Penolong Misterius
Ketika senja telah turun mengganti siang dengan malam, seorang laki-laki bergegas mengambil air wudhu. Memenuhi panggilan adzan yang bergaung indah memenuhi angkasa.
"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.
Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.
Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.
"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.
Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.
Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.
Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.
"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.
Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.
"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.
"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.
Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.
"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.
"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.
Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.
Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?
Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.
Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!
"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.
Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.
"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.
"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.
"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.
"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.
"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.
Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.
"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."
"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.
Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.
"Sekarang pulanglah!" kata Ali.
Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.
"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.
Ali tersenyum dan mengangguk.
"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.
"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.
Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.
Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.
Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.
"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"
"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.
Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.
Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.
"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.
Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.
Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.
"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.
Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.
Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.
Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.
"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.
Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.
"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.
"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.
Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.
"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.
"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.
Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.
Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?
Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.
Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!
"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.
Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.
"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.
"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.
"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.
"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.
"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.
Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.
"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."
"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.
Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.
"Sekarang pulanglah!" kata Ali.
Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.
"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.
Ali tersenyum dan mengangguk.
"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.
"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.
Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.
Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.
Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.
"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"
"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.
Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.
Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar