Oleh: Tim dakwatuna.com
dakwatuna.com -
Pembahasan ini merupakan pembahasan yang wajib diketahui oleh setiap
muslim, sebagaimana wajibnya seorang muslim untuk mengenal Tuhannya,
Allah swt. Pembahasan ini merupakan pengantar dari kajian Ilmu Tauhid
(Keesaan Allah swt.). Diharapkan dengan menguasai kajian ini seorang
hamba dapat lebih mengenal dirinya sebagai hamba dan bagaimana
seharusnya bersikap sebagai hamba, dan juga lebih mengenal Tuhannya,
Allah swt., sehingga mengetahui bagaimana ia bersikap di hadapan
Tuhannya serta beribadah sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya menurut
apa yang disukai-Nya.
Sebagai contoh dari harapan pembahasan ini
adalah mengenal (salah satu) Sifat Allah swt. bahwa Dia adalah Maha
Besar; dan sebaliknya bahwa manusia penuh dengan kelemahan. Setelah
mengetahuinya diharapkan seorang hamba akan dapat merasakan kebesaran
Allah swt dan merasakan kelemahan dirinya sehingga tidak ada lagi
padanya sifat sombong, merasa hebat, merasa besar, merasa paling benar
dan sebagainya.
A. Mengetahui Wujud Allah (مَعْرِفَةُ وُجُوْدِ اللهِ)
Bagaimana
kita dapat mengetahui wujud Allah swt.? Bila Anda melihat mobil
bergerak di depan Anda dari jauh, atau menyaksikan pesawat terbang
melintas di udara, maka dengan yakin Anda mengatakan bahwa pasti ada
sopir yang menyetir mobil dan ada pilot yang mengendalikan pesawat
meskipun Anda tidak melihat mereka berdua. Karena jika yang
mengendalikan mobil atau pesawat itu tidak ada, mustahil mobil atau
pesawat itu dapat melalui rutenya dengan selamat.
Bagaimana
kaitannya dengan wujud Allah? Jawabnya, kita melihat matahari, bulan,
bintang dan planet bergerak teratur, malam dan siang berganti dengan
keteraturan yang amat detil. Mungkinkah mereka ada dan bergerak sendiri?
Tidak diragukan lagi bahwa semuanya telah diciptakan dan diatur oleh
Allah swt. Jika Allah tidak ada – kita memohon ampun kepada-Nya –
mustahil matahari, bulan, bintang-bintang, planet, siang, dan malam
menjadi ada dan bertahan dengan pergerakannya yang amat teratur. Dengan
demikian pula tidak akan ada makhluk yang sangat tergantung dengan
mereka semua.
Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah
mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? Ataukah mereka telah
menciptakan langit dan bumi itu?; Sebenarnya mereka tidak meyakini (apa
yang mereka katakan). (52:35-36).
Wujud Allah telah dibuktikan oleh fitrah, akal, syara’ dan indera.
1. Dalil Fitrah.
Bukti
fitrah tentang wujud Allah adalah bahwa iman kepada sang Pencipta
merupakan fitrah setiap makhluk, tanpa terlebih dahulu berpikir atau
belajar. Tidak akan berpaling dari tuntutan fitrah ini, kecuali orang
yang di dalam hatinya terdapat sesuatu yang dapat memalingkannya.
Rasulullah bersabda:
مَا مِنْ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ.
“Semua
bayi yang dilahirkan dalam keadaan fitrah. Ibu bapaknyalah yang
menjadikannya Yahudi, Kristen, atau Majusi. ” (HR. Al Bukhari)
Ketika
seseorang melihat makhluk ciptaan Allah yang berbeda-beda bentuk,
warna, jenis dan sebagainya, akal akan menyimpulkan adanya semuanya itu
tentu ada yang mengadakannya dan tidak mungkin ada dengan sendirinya.
Dan panca indera kita mengakui adanya Allah di mana kita melihat ada
orang yang berdoa, menyeru Allah dan meminta sesuatu, lalu Allah
mengabulkannya.
Adapun tentang pengakuan fitrah telah disebutkan oleh Allah di dalam Al-Qur’an:
“Dan
ingatlah ketika Tuhanmu menurunkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): ‘Bukankah Aku ini Tuhanmu’ Mereka menjawab: ‘ (Betul Engkau
Tuhan kami) kami mempersaksikannya (Kami lakukan yang demikian itu) agar
kalian pada hari kiamat tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya kami bani Adam
adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan-Mu) atau agar kamu
tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya orang-orang tua kami telah
mempersekutukan Tuhan sejak dahulu sedangkan kami ini adalah anak-anak
keturunan yang datang setelah mereka.’” (QS. Al A’raf: 172-173).
Ayat
ini merupakan dalil yang sangat jelas bahwa fitrah seseorang mengakui
adanya Allah dan juga menunjukkan, bahwa manusia dengan fitrahnya
mengenal Rabbnya. Adapun bukti syari’at, kita menyakini bahwa syari’at
Allah yang dibawa para Rasul yang mengandung maslahat bagi seluruh
makhluk, menunjukkan bahwa syari’at itu datang dari sisi Dzat yang Maha
Bijaksana. (Lihat Syarah Aqidah Al Wasithiyyah Syaikh Muhammad bin
Shalih Al ‘Utsaimin hal 41-45)
2. Dalil Al Hissyi (Dalil Indrawi)
Bukti indera tentang wujud Allah dapat dibagi menjadi dua:
a.
Kita dapat mendengar dan menyaksikan terkabulnya doa orang-orang yang
berdoa serta pertolongan-Nya yang diberikan kepada orang-orang yang
mendapatkan musibah. Hal ini menunjukkan secara pasti tentang wujud
Allah. Allah berfirman:
“Dan (ingatlah kisah) Nuh, sebelum itu
ketika dia berdoa dan Kami memperkenankan doanya, lalu Kami selamatkan
dia beserta keluarganya dari bencana yang besar.” (Al Anbiyaa 76)
“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Rabbmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu…” (Al Anfaal 9)
Anas
bin Malik berkata, “Pernah ada seorang Badui datang pada hari Jum’at.
Pada waktu itu Nabi tengah berkhutbah. Lelaki itu berkata, “Hai Rasul
Allah, harta benda kami telah habis, seluruh warga sudah kelaparan. Oleh
karena itu mohonkanlah kepada Allah untuk mengatasi kesulitan kami. ”
Rasulullah lalu mengangkat kedua tangannya dan berdoa. Tiba-tiba awan
mendung bertebaran bagaikan gunung-gunung. Rasulullah belum turun dari
mimbar, hujan turun membasahi jenggotnya. Pada hari Jum’at yang kedua,
orang Badui atau orang lain berdiri dan berkata, “Hai Rasul Allah,
bangunan kami hancur dan harta benda pun tenggelam, doakanlah akan kami
ini (agar selamat) kepada Allah. ” Rasulullah lalu mengangkat kedua
tangannya, seraya berdoa: “Ya Rabbku, turunkanlah hujan di sekeliling
kami dan janganlah Engkau turunkan sebagai bencana bagi kami. ” Akhirnya
beliau tidak mengisyaratkan pada suatu tempat, kecuali menjadi terang
(tanpa hujan). ” (HR. Al Bukhari)
b. Tanda-tanda para Nabi yang
disebut mu’jizat, yang dapat disaksikan atau didengar banyak orang
merupakan bukti yang jelas tentang keberadaan Yang Mengutus para Nabi
tersebut, yaitu Allah, karena hal-hal itu berada di luar kemampuan
manusia. Allah melakukannya sebagai pemerkuat dan penolong bagi para
Rasul.
Ketika Allah memerintahkan Nabi Musa untuk memukul laut
dengan tongkatnya, Musa memukulkannya, lalu terbelahlah laut itu menjadi
dua belas jalur yang kering, sementara air di antara jalur-jalur itu
menjadi seperti gunung-gunung yang bergulung. Allah berfirman, yang
artinya: “Lalu Kami wahyukan kepada Musa: “Pukullah lautan itu dengan
tongkatmu.” Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah
seperti gunung yang besar. ” (Asy Syu’ara 63)
Contoh kedua adalah
mu’jizat Nabi Isa ketika menghidupkan orang-orang yang sudah mati; lalu
mengeluarkannya dari kubur dengan ijin Allah.
“…dan aku menghidupkan orang mati dengan seijin Allah…” (Al Imran 49)
“…dan (ingatlah) ketika kamu mengeluarkan orang mati dari kuburnya (menjadi hidup) dengan ijin-Ku…” (Al Maidah 110)
Contoh
ketiga adalah mu’jizat Nabi Muhammad ketika kaum Quraisy meminta tanda
atau mu’jizat. Beliau mengisyaratkan pada bulan, lalu terbelahlah bulan
itu menjadi dua, dan orang-orang dapat menyaksikannya. Allah berfirman
tentang hal ini, yang artinya: “Telah dekat (datangnya) saat (Kiamat)
dan telah terbelah pula bulan. Dan jika mereka (orang-orang musyrik)
melihat suatu tanda (mu’jizat), mereka berpaling dan berkata: “ (Ini
adalah) sihir yang terus-menerus. ” (Al Qomar 1-2)
Tanda-tanda yang diberikan Allah, yang dapat dirasakan oleh indera kita itu adalah bukti pasti wujud-Nya.
3. Dalil ‘Aqli (dalil akal pikiran)
Bukti
akal tentang adanya Allah adalah proses terjadinya semua makhluk, bahwa
semua makhluk, yang terdahulu maupun yang akan datang, pasti ada yang
menciptakan. Tidak mungkin makhluk menciptakan dirinya sendiri, dan
tidak mungkin pula tercipta secara kebetulan. Tidak mungkin wujud itu
ada dengan sendirinya, karena segala sesuatu tidak akan dapat
menciptakan dirinya sendiri. Sebelum wujudnya tampak, berarti tidak ada.
Lihatlah
sekeliling anda dari tempat duduk anda. Akan anda dapati bahwa segala
sesuatu di ruang ini adalah “buatan”: dindingnya sendiri, pelapisnya,
atapnya, kursi tempat duduk anda, gelas di atas meja dan pernak-pernik
tak terhitung lainnya. Tidak ada satu pun yang berada di ruang anda
dengan kehendak mereka . Gulungan tikar sederhana pun dibuat oleh
seseorang: mereka tidak muncul dengan spontan atau secara kebetulan.
Begitu
pula, orang yang memandang suatu pahatan tidak sangsi sama sekali bahwa
pahatan ini dibuat oleh seorang pemahat. Hal ini bukan mengenai karya
seni saja: batu bata yang bertumpukan pun pasti dikira oleh siapa saja
bahwa tumpukan batu bata sedemikian itu disusun oleh seseorang dengan
rencana tertentu. Karena itu, di mana saja yang terdapat suatu
keteraturan, entah besar entah kecil, pasti ada penyusun dan pelindung
keteraturan ini. Jika pada suatu hari seseorang berkata dan menyatakan
bahwa besi mentah dan batu bara bersama-sama membentuk baja secara
kebetulan, yang kemudian membentuk Menara Eiffel secara lagi-lagi
kebetulan, tidakkah ia dan orang yang mempercayainya akan dianggap gila?
Pernyataan
teori evolusi, suatu metode unik penyangkal keberadaan Allah, tidak
berbeda daripada ini. Menurut teori ini, molekul-molekul anorganik
membentuk asam-asam amino secara kebetulan, asam-asam amino membentuk
protein-protein secara kebetulan, dan akhirnya protein-protein membentuk
makhluk hidup secara lagi-lagi kebetulan. Akan tetapi, kemungkinan
pembentukan makhluk hidup secara kebetulan ini lebih kecil daripada
kemungkinan pembentukan Menara Eiffel dengan cara yang serupa, karena
sel manusia bahkan lebih rumit daripada segala struktur buatan manusia
di dunia ini.
Bagaimana mungkin mengira bahwa keseimbangan di
dunia ini timbul secara kebetulan bila keserasian alam yang luar biasa
ini pun bisa teramati dengan mata telanjang? Pernyataan bahwa alam
semesta, yang semua unsurnya menyiratkan keberadaan Penciptanya, muncul
dengan kehendaknya sendiri itu tidak masuk akal.
Karena itu, pada
keseimbangan yang bisa dilihat di mana-mana dari tubuh kita sampai
ujung-ujung terjauh alam semesta yang luasnya tak terbayangkan ini pasti
ada pemiliknya. Jadi, siapakah Pencipta ini yang mentakdirkan segala
sesuatu secara cermat dan menciptakan semuanya?
Ia tidak mungkin
Dzat material yang hadir di alam semesta ini, karena Ia pasti sudah ada
sebelum adanya alam semesta dan menciptakan alam semesta dari sana.
Pencipta Yang Maha Kuasa, Dialah yang mengadakan segala sesuatu,
sekalipun keberadaan-Nya tanpa awal atau pun akhir.
Agama
mengajari kita identitas Pencipta kita yang keberadaannya kita temukan
melalui akal kita. Melalui agama yang diungkapkan kepada kita, kita tahu
bahwa Dia itu Allah, Maha Pengasih dan Maha Pemurah, Yang menciptakan
langit dan bumi dari kehampaan.
Meskipun kebanyakan orang
mempunyai kemampuan untuk memahami kenyataan ini, mereka menjalani
kehidupan tanpa menyadari hal itu. Bila mereka memandang lukisan
pajangan, mereka takjub siapa pelukisnya. Lalu, mereka memuji-muji
senimannya panjang-lebar perihal keindahan karya seninya. Walau ada
kenyataan bahwa mereka menghadapi begitu banyak keaslian yang
menggambarkan hal itu di sekeliling mereka, mereka masih tidak mengakui
keberadaan Allah, satu-satunya pemilik keindahan-keindahan ini.
Sesungguhnya, penelitian yang mendalam pun tidak dibutuhkan untuk
memahami keberadaan Allah. Bahkan seandainya seseorang harus tinggal di
suatu ruang sejak kelahirannya, pernak-pernik bukti di ruang itu saja
sudah cukup bagi dia untuk menyadari keberadaan Allah.
Tubuh
manusia menyediakan begitu banyak bukti yang mungkin tidak terdapat di
berjilid-jilid ensiklopedi. Bahkan dengan berpikir beberapa menit saja
mengenai itu semua sudah memadai untuk memahami keberadaan Allah.
Tatanan yang ada ini dilindungi dan dipelihara oleh Dia.
Tubuh
manusia bukan satu-satunya bahan pemikiran. Kehidupan itu ada di setiap
milimeter bidang di bumi ini, entah bisa diamati oleh manusia entah
tidak. Dunia ini mengandung begitu banyak makhluk hidup, dari organisme
uniseluler hingga tanaman, dari serangga hingga binatang laut, dan dari
burung hingga manusia. Jika anda menjumput segenggam tanah dan
memandangnya, di sini pun anda bisa menemukan banyak makhluk hidup
dengan karakteristik yang berlainan. Di kulit anda pun, terdapat banyak
makhluk hidup yang namanya tidak anda kenal. Di isi perut semua makhluk
hidup terdapat jutaan bakteri atau organisme uniseluler yang membantu
pencernaan. Populasi hewan di dunia ini jauh lebih banyak daripada
populasi manusia.
Jika kita juga mempertimbangkan dunia flora,
kita lihat bahwa tidak ada noktah tunggal di bumi ini yang tidak
mengandung kehidupan. Semua makhluk ini yang tertebar di suatu bidang
seluas lebih daripada jutaan kilometer persegi itu mempunyai sistem
tubuh yang berlainan, kehidupan yang berbeda, dan pengaruh yang berbeda
terhadap keseimbangan lingkungan. Pernyataan bahwa semua ini muncul
secara kebetulan tanpa maksud atau pun tujuan itu gila-gilaan. Tidak ada
makhluk hidup yang muncul melalui kehendak atau upaya mereka sendiri.
Tidak ada peristiwa kebetulan yang bisa menghasilkan sistem-sistem yang
serumit itu.
Semua bukti ini mengarahkan kita ke suatu kesimpulan
bahwa alam semesta berjalan dengan “kesadaran” (consciousness)
tertentu. Lantas, apa sumber kesadaran ini? Tentu saja bukan
makhluk-makhluk yang terdapat di dalamnya. Tidak ada satu pun yang
menjaga keserasian tatanan ini. Keberadaan dan keagungan Allah
mengungkap sendiri melalui bukti-bukti yang tak terhitung di alam
semesta. Sebenarnya, tidak ada satu orang pun di bumi ini yang tidak
akan menerima kenyataan bukti ini dalam hati sanubarinya. Sekalipun
demikian, mereka masih mengingkarinya “secara lalim dan angkuh, kendati
hati sanubari mereka meyakininya” sebagaimana yang dinyatakan dalam Al
Qur’an. (Surat An-Naml: 14)
Semua makhluk tidak mungkin tercipta
secara kebetulan, karena setiap yang diciptakan pasti membutuhkan
pencipta. Adanya makhluk-makhluk itu di atas undang-undang yang indah,
tersusun rapi, dan saling terkait dengan erat antara sebab-musababnya
dan antara alam semesta satu sama lainnya. Semua itu sama sekali menolak
keberadaan seluruh makhluk secara kebetulan, karena sesuatu yang ada
secara kebetulan, pada awalnya pasti tidak teratur.
Kalau makhluk
tidak dapat menciptakan diri sendiri, dan tidak tercipta secara
kebetulan, maka jelaslah, makhluk-makhluk itu ada yang menciptakan,
yaitu Allah Rabb semesta alam.
Allah menyebutkan dalil aqli
(akal) dan dalil qath’i dalam surat Ath Thuur: “Apakah mereka diciptakan
tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka
sendiri)?” (Ath Thuur 35)
Dari ayat di atas tampak bahwa makhluk
tidak diciptakan tanpa pencipta, dan makhluk tidak menciptakan dirinya
sendiri. Jadi jelaslah, yang menciptakan makhluk adalah Allah.
Ketika
Jubair bin Muth’im mendengar dari Rasulullah yang tengah membaca surat
Ath Thuur dan sampai kepada ayat-ayat ini: “Apakah mereka diciptakan
tanpa sesuatu pun, ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka
sendiri)? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu?
Sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan). Ataukah di
sisi mereka ada perbendaharaan Rabbmu atau merekakah yang berkuasa?”
(Ath Thuur 35-37)
“Ia, yang tatkala itu masih musyrik berkata,
“Hatiku hampir saja terbang. Itulah permulaan menetapnya keimanan dalam
hatiku. ” (HR. Al Bukhari)
Dalam hal ini kami ingin memberikan
satu contoh. Kalau ada seseorang berkata kepada Anda tentang istana yang
dibangun, yang dikelilingi kebun-kebun, dialiri sungai-sungai, dialasi
oleh hamparan karpet, dan dihiasi dengan berbagai perhiasan pokok dan
penyempurna, lalu orang itu mengatakan kepada Anda bahwa istana dengan
segala kesempurnaannya ini tercipta dengan sendirinya, atau tercipta
secara kebetulan tanpa pencipta, pasti Anda tidak akan mempercayainya,
dan menganggap perkataan itu adalah perkataan dusta dan dungu. Kini kami
bertanya pada Anda, masih mungkinkah alam semesta yang luas ini beserta
apa-apa yang berada di dalamnya tercipta dengan sendirinya atau
tercipta secara kebetulan?!
4. Dalil Naqli (Dalil Syara’)
Bukti
syara’ tentang wujud Allah bahwa seluruh kitab langit berbicara tentang
itu. Seluruh hukum yang mengandung kemaslahatan manusia yang dibawa
kitab-kitab tersebut merupakan dalil bahwa kitab-kitab itu datang dari
Rabb yang Maha Bijaksana dan Mengetahui segala kemaslahatan makhluknya.
Berita-berita alam semesta yang dapat disaksikan oleh realitas akan
kebenarannya yang didatangkan kitab-kitab itu juga merupakan dalil atau
bukti bahwa kitab-kitab itu datang dari Rabb yang Maha Kuasa untuk
mewujudkan apa yang diberitakan itu.
Maka apakah mereka tidak
memperhatikan Al Qur’an? Kalau kiranya Al Qur’an itu bukan dari sisi
Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.
(QS. 4:82)
Demikian juga adanya para Rasul dan agama yang
bersesuaian dengan kemaslahatan umat manusia menunjukkan adanya Allah,
karena tidak mungkin ada agama dan Rasul kecuali ada yang mengutusnya.
Akan tetapi agama-agama yang ada selain Islam telah mengalami
penyimpangan dan perubahan sehingga mereka menyimpang dari jalan yang
lurus.
Setelah kita mengenal dan mengimani keberadaan Allah
sebagaimana telah dijelaskan diatas, maka perlu kita kenali Allah
sebagai Rabb yang telah menciptakan, memiliki dan mengatur semua
makhluknya, Dialah satu-satunya pencipta yang mengadakan sesuatu dari
ketiadaan, Allah berfirman:
Allah pencipta langit dan bumi, dan
bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia
hanya mengatakan kepadanya:”Jadilah”. Lalu jadilah ia. (QS. 2:117)
Dialah
satu-satunya pemilik sebagaimana Dia adalah satu-satunya pencipta,
demikian juga Dia pengatur satu-satunya yang mengatur segala sesuatu.
Semua ini diakui oleh kaum musyrikin Makkah, sebagaimana diberitakan
dalam Al Qur’an: Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari
langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan
penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati
dan yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang
mengatur segala urusan.” Maka mereka menjawab: “Allah.” Maka katakanlah:
“Mengapa kamu tidak bertaqwa (kepada-Nya)?” (QS. 10:31)
Katakanlah:
“Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu
mengetahui” Mereka akan menjawab: “Kepunyaan Allah”. Katakanlah: “Maka
apakah kamu tidak ingat?” Katakanlah: “Siapakah Yang Empunya langit yang
tujuh dan Yang Empunya ‘Arsy yang besar?” Mereka akan menjawab:
“kepunyaan Allah”. Katakanlah: “Maka apakah kamu tidak bertaqwa?”
Katakanlah: “Sipakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala
sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi
dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?” Mereka akan menjawab: “Kepunyaan
Allah.” Katakanlah: “(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu
ditipu?” (QS. 23:84-89)
Dan sungguh jika kamu bertanya kepada
mereka :”Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab:
“Allah”, maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah
Allah). (QS. 43:87)
Ini semua menunjukkan imannya kaum musyrikin
terhadap Rububiyah Allah, akan tetapi hal ini tidak cukup untuk
menyelamatkan mereka. Memang demikianlah, sebab mereka belum
merealisasikan iman mereka terhadap Allah sebagai satu-satunya
sesembahan.
5. Dalil Sejarah.
Adalah dalil-dalil kekuasaan dan keagungan Allah yang diambil dari peristiwa-peristiwa yang telah berlaku di atas muka bumi.
•
Q. 3:137, Sesungguhnya telah lalu beberapa peraturan (Allah) sebelum
kamu, maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana
akibatnya orang-orang yang mendustakan agama.
• Q. 7:176,
Demikianlah umpamanya kaum yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sebab itu
kisahkanlah kisah itu, mudah-mudahan mereka berpikir.
• Q. 12:111, Sesungguhnya dalam kisah-kisah mereka itu ada ibrah (pengajaran) bagi orang-orang yang berakal.
• Q. 11:120, Setiap riwayat kami kisahkan kepadamu di antara perkhabaran para Rasul supaya Kami tenteramkan hatimu dengannya.
6. Mengagungkan Allah dan MenTauhidkan Allah.
Dari
semua dalil-dalil yang dapat dilihat di atas itu adalah berfungsi
menguatkan pandangan kita betapa keagungan Allah swt begitu luar biasa
dan menundukkan kita sendiri di hadapan keagungan ini. Langsung
mencetuskan Tauhidullah yang luar biasa.
• Q. 21:92, Sesungguhnya ini, ummat kamu (hai mukminin) ummat yang satu dan Aku Tuhanmu, sebab itu sembahlah Aku.
B. Mengenal sifat-sifat Allah swt (مَعْرِفَةُ صِفَاتِ اللهِ)
Bagaimana kita mengenal sifat Allah? Kita dapat mengenal sifat Allah swt melalui:
• التَّفْكِيْرُ فِي مَخْلُوقَاتِ اللهِ Tafakkur (memikirkan) ciptaan Allah.
• التَّعَلُّمُ مِنْ رُسُلِهِ Belajar dari ajaran yang dibawa para rasul
Sesungguhnya
pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah)
untuk orang-orang yang beriman. Dan pada penciptakan kamu dan pada
binatang-binatang yang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat
tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini. (45:3-4).
Apa
maksudnya kita dapat mengenal sifat Allah melalui tafakkur terhadap
ciptaan-Nya? Bila Anda memperhatikan sebuah mobil, Anda dapat memastikan
bahwa:
• Logam yang ada pada mobil itu menunjukkan kepada Anda
bahwa pembuat mobil tersebut memiliki logam dan kemampuan membentuk
logam menjadi bentuk yang sesuai untuk mobil.
• Kaca yang Anda
lihat menunjukkan bahwa pembuat mobil itu memiliki kaca serta kemampuan
untuk membentuk kaca sesuai kebutuhan mobil (jendela, kaca depan,
dll..).
• Begitu pula dengan kabel tembaga …
• Yang tidak kalah penting bahwa mobil tersebut menunjukkan bahwa pembuatnya mempunyai kehendak, dan ilmu untuk membuat mobil.
Apa
hubungan antara contoh tadi dengan mengenal sifat Allah swt? Beberapa
sifat pembuat mobil dapat kita ketahui melalui produk mobilnya, begitu
pula dengan Allah swt (bagi-Nya permisalan yang maha agung, Dia tidak
seperti makhluk-Nya) kita dapat mengetahui sebagian sifat-sifat Allah
swt melalui tafakkur terhadap ciptaan-Nya.
• Bahwa hikmah (maksud
& manfaat) dari setiap makhluk yang diciptakan menunjukkan bahwa
Penciptanya memilki sifat Al-Hakim (Maha Bijaksana).
• Bahwa
khibrah (ketelitian dan kedalaman) dari penciptaan semua makhluk
menunjukkan bahwa Penciptanya memiliki sifat Al-Khabir (Maha dalam dan
detil pengetahuan-Nya).
Mungkinkah kita mengetahui seluruh
sifat-sifat Allah swt melalui tafakkur terhadap ciptaan-Nya? Tidak
mungkin. Mengapa? Bila kita berpikir tentang sebuah mobil, kita
mengetahui bahwa pembuatnya memiliki kemampuan, ilmu, ketelitian dan
kehendak, dan bahwa ia memiliki materi untuk membuat mobil berupa logam,
kaca, dll.. Tapi kita tahu apakah ia dermawan atau bakhil? Tinggi atau
pendek? Menyukai kita atau membenci kita, adil atau zhalim?
Demikian
juga kita tidak mungkin mengenal semua sifat Allah swt hanya dengan
tafakkur, misalnya mengapa Allah menciptakan kita? Dan Mengapa Dia
mematikan kita? Kita juga tidak mungkin tahu bahwa Allah adalah:
المَعْبُودُ Al-ma’bud (yang wajib diibadahi),
القُدُّوسُ Al-quddus (Maha Suci),
الأَعْلَى (Maha Tinggi),
الحَسِيْبُ (Maha Menghitung),
الغَفُورُ (Maha Pengampun).
Lalu
bagaimana kita mengenal sifat Allah swt yang belum kita ketahui?
Melalui para rasul ‘alaihimus salam yang telah mengajarkan kepada kita
apa yang dikehendaki Allah untuk kita ketahui.
“dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya.” (2:255).
C. Kesimpulan (الخُلاَصَةُ)
• Mobil dan pesawat terbang yang bergerak terarah sesuai rutenya menunjukkan adanya supir atau pilot
•
Matahari, bulan, bintang, planet, malam dan siang yang bergerak teratur
pasti menunjukkan adanya Zat yang Maha Mengatur, Allah swt.
• Seandainya Allah swt tidak ada, maka alam semesta ini pasti tidak ada.
•
Bahwa mobil yang terdiri dari bahan pembentuknya menunjukkan bahwa
pembuatnya memiliki semua bahan-bahan itu, bahwa ia memilki kehendak,
ilmu dan kemampuan untuk membuat mobil dengan baik.
• Alam
semesta yang sempurna menunjukkan bahwa Allah memiliki semua sifat-sifat
kesempurnaan, manfaat dan hikmah yang dimiliki setiap makhluk
menunjukkan bahwa Dia adalah AL-Hakim (Maha Bijaksana), kekuatan yang
dimiliki oleh makhluk sebagai bukti bahwa Dia Maha Kuat.
• Allah
swt mengutus kepada kita rasul-Nya untuk mengajarkan hal-hal yang tidak
dapat kita ketahui hanya melalui tafakkur, seperti perintah &
larangan-Nya, apa saja yang Dia ridhai atau murkai.
Sumber : http://www.dakwatuna.com/2008/wujud-dan-sifat-allah/
Share
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari) <---> Bagi yang membaca ini alangkah baiknya untuk membagikan pada yang lain, Ayo silahkan dishare.... Teruskan ilmu, jangan disimpan sendiri...
Jumat, 11 November 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Ayo bersedekah setiap hari
“Tidak ada satu subuh-pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat.
Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,
sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”
(HR Bukhary 5/270)
Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.
Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.
Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :
1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan
Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :
1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-
2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-
3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-
4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-
5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Terimakasih atas partisipasinya kepada rekan-rekan yang telah berbagi terutama buat mereka yang belum melakukan konfirmasinya, semoga Allah mengganti dengan yang lebih baik dan menjadi amalan yang akan memperberat amal kebaikan di yaumil akhir.
Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,
sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”
(HR Bukhary 5/270)
Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.
Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.
Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :
1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
4. Anak Yatim
5. Buka Puasa
Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
--> Bank BRI Syariah No Rek. 1041682996
--> Bank Muamalat No Rek. 3560009874
--> Bank Mandiri No Rek. 114-00-0594415-5
--> Bank BCA No Rek. 8110330589
Semua atas nama Wagimin.Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan
Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :
1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-
2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-
3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-
4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-
5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.033,-
Penolong Misterius
Ketika senja telah turun mengganti siang dengan malam, seorang laki-laki bergegas mengambil air wudhu. Memenuhi panggilan adzan yang bergaung indah memenuhi angkasa.
"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.
Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.
Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.
"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.
Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.
Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.
Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.
"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.
Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.
"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.
"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.
Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.
"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.
"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.
Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.
Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?
Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.
Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!
"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.
Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.
"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.
"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.
"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.
"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.
"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.
Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.
"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."
"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.
Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.
"Sekarang pulanglah!" kata Ali.
Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.
"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.
Ali tersenyum dan mengangguk.
"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.
"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.
Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.
Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.
Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.
"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"
"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.
Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.
Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.
"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.
Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.
Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.
"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.
Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.
Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.
Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.
"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.
Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.
"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.
"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.
Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.
"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.
"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.
Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.
Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?
Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.
Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!
"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.
Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.
"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.
"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.
"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.
"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.
"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.
Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.
"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."
"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.
Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.
"Sekarang pulanglah!" kata Ali.
Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.
"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.
Ali tersenyum dan mengangguk.
"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.
"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.
Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.
Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.
Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.
"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"
"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.
Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.
Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar