Sabtu, 26 November 2011

Membaca Dan Mengamalkan Al-Qur’an

Motivasi dan ancaman memberi kesan yang mendalam bagi pembentukan kepribadian dan kepemimpinan. Sebagaimana peringatan dari Al-Qur’an memiliki peranan yang sangat penting, keberadaan dalil-dalil –disamping men-jelaskan keutamaan Al-Qur’an yang mencakup hidayahnya–juga memberi motivasi pada interaksi dengannya menjanjikan pahala yang berlipat ganda, serta ancaman atas yang berpaling dan meninggalkannya dengan siksa yang amat pedih sebagai balasannya.

Motivasi Membaca Dan Mengamalkan Al-Qur’an

Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebaha-gian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi.” (Fathir: 29)

Al-Qurthubi berkata: “Orang-orang yang membaca dan mengetahui serta mengamalkan isi Al-Qur’an yaitu mereka yang mengerjakan shalat fardhu dan yang sunnah demikian juga dalam berinfaq.”

Ibnu Katsir berkata: “Allah Subhaanahu wa Ta'ala mengabarkan keadaan hamba-hambaNya yang mukmin yaitu mereka yang membaca kitabNya, beriman dengannya, dan beramal sesuai dengan yang diperintahkan seperti mengerjakan shalat dan menunaikan zakat.”

Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim dari Abi Musa Al-Asy’ari bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:
(( مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَاْلأُتْرُجَّةِ طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَرِيحُهَا طَيِّبٌ وَمَثَلُ الَّذِي لاَ يَقْرَأُ كَالتَّمْرَةِ طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَلاَ رِيحَ لَهَا وَمَثَلُ الْفَاجِرِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الرَّيْحَانَةِ رِيْحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ وَمَثَلُ الْفَاجِرِ الَّذِي لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْحَنْظَلَةِ طَعْمُهَا مُرٌّ وَلاَ رِيحَ لَهَا ))
“Perumpamaan seorang mukmin yang membaca Al-Qur’an seperti buah jeruk, rasanya manis dan harum. Perumpamaan seorang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an seperti kurma rasanya manis tetapi tidak memi-liki aroma. Perumpamaan orang yang berbuat maksiat tetapi membaca Al-Qur’an seperti kemangi yang harum aromanya tetapi pahit rasanya. Dan perumpamaan orang yang berbuat maksiat dan tidak membaca Al-Qur’an seperti labu yang tidak memiliki aroma dan rasanya pahit.”

Di dalam Shahih Muslim dari Uqbah Ibnu Amir berkata bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam keluar sedangkan kami di dalam rumah, maka beliau bersabda:

“Siapa di antara kalian yang ingin pergi setiap hari ke Bathan atau ‘Aqiq kemudian datang dengan dua ekor unta perempuan serta diampuni dosa-dosanya dengan tanpa memutuskan silaturrahmi?”

Kami menjawab: “Wahai Rasulullah kami menyenangi hal itu.” Kemudian Rasulullah bersabda:
(( أَفَلاَ يَغْدُو أَحَدُكُمْ إِلَى الْمَسْجِدِ فَيَعْلَمُ أَوْ يَقْرَأُ آيَتَيْنِ مِنْ كِتَابِ اللَّـهِ عَزَّ وَجَلَّ خَيْرٌ لَهُ مِنْ نَاقَتَيْنِ وَثَلاَثٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ ثَلاَثٍ وَأَرْبَعٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَرْبَعٍ وَمِنْ أَعْدَادِهِنَّ مِنَ اْلإِبِلِ ))
“Tidaklah salah seorang kalian pergi ke masjid kemu-dian belajar atau membaca dua ayat dari Al-Qur’an maka lebih baik baginya dari dua unta, tiga ayat lebih baik dari tiga unta, empat ayat lebih baik dari empat unta dan sebanyak bilangan ayat sebanyak itu pula unta yang diperolehnya.”

Dalam Sunan Abu Daud dari Abi Hurairah Radhiallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:
(( مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّـهِ تَعَالَى يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّـهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّـهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ ))
“Tidaklah berkumpul suatu kaum di sebuah rumah dari rumah-rumah Allah (masjid), mereka membaca Al-Qur’an dan mempelajarinya bersama-sama melainkan akan turun ketenangan, diliputi rahmat, dikelilingi malaikat dan Allah memuji mereka di antara –malaikat– yang ada di sisiNya.”

Dalam Sunan At-Tirmidzi dari Ibnu Mas’ud berkata Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:
(( مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّـهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ: الـم حَرْفٌ، وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ ))
“Barangsiapa membaca satu huruf dari Al-Qur’an maka baginya kebaikan hingga sepuluh kali lipat, aku tidak mengatakan Alif Laam Miim satu huruf melainkan Alif satu huruf Laam satu huruf Miim satu huruf.”

Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah Radhiallaahu 'anha bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:
(( الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ ))
“Orang-orang yang mahir dengan Al-Qur’an akan ber-sama para malaikat yang mulia yang senantiasa berbuat baik, sedang yang membaca Al-Qur’an tertatih-tatih dan terasa berat, baginya dua pahala.”

Imam Muslim dari Abi Umamah Radhiallaahu 'anhu berkata: “Saya mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:
(( إِقْرَأُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِيْ يَوْمَ الْقِيَامَة شَفِيْعًا لأَصْحَابِهِ ))
“Bacalah Al-Qur’an sebab ia akan datang di hari Kiamat sebagai penolong pada sahabatnya.”

Beliau juga meriwayatkan dari An-Nawwas bin Sam’an Radhiallaahu 'anhu berkata: “Saya mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:
(( يُؤْتَى بِالْقُرْآنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَهْلِهِ الَّذِينَ كَانُوا يَعْمَلُونَ بِهِ تَقْدُمُهُ سُورَةُ الْبَقَرَةِ وَآلُ تُحَاجَّانِ عَنْ صَاحِبِهِمَا ))
“Al-Qur’an didatangkan di hari Kiamat bersama ahli-nya, yaitu orang-orang yang mengamalkannya di dunia, surat Al-Baqarah dan Ali Imran didahulukan membela temannya.”

Dalam Shahih Al-Bukhari dari Utsman bin Affan Radhiallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:
(( خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنُ وَعَلَّمَهُ ))
“Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.”

Ibnu Katsir berkata dalam menjelaskan hadist ini: “Inilah sifat-sifat orang mukmin yang mengikuti sunnah Rasulullah, mereka menyempurnakan diri mereka dan selain mereka, yaitu dengan mengumpulkan sedikit manfaat yang ada padanya untuk ditularkan pada selainnya. Hal ini ber-beda dengan sifat-sifat orang kafir yang sombong, tidak memberi manfaat, dan tidak membiarkan seseorang meng-ambil manfaat, sebagaimana firman Allah Subhaanahu wa Ta'ala :

“Orang-orang yang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah, Kami tambahkan kepada mereka sik-saan di atas siksaan disebabkan mereka selalu berbuat kerusakan.” (An-Nahl: 88)

Dan sebagaimana firmanNya:
“Mereka melarang (orang lain) mendengarkan Al-Qur’an dan mereka sendiri menjauhkan diri daripada-nya.” (Al-An’am: 26)

Pendapat yang paling benar dari para mufassirin dalam hal ini adalah: Mereka mencegah manusia dari mengikuti Al-Qur’an sebagaimana jauhnya mereka, maka terkumpul dalam diri mereka antara mendustakan dan berpaling dari Al-Qur’an sebagaimana firman Allah Subhaanahu wa Ta'ala :

“Maka siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang mendustakan ayat-ayat Allah dan berpaling daripada-nya?” (Al-An’am: 157)

Ini merupakan kejelekan orang-orang kafir sebagai keba-likan dari keadaan orang-orang mukmin yang baik dan ber-usaha menyempurnakan diri mereka dan orang lain. Seba-gaimana Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.”

Firman Allah Subhaanahu wa Ta'ala :
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shalih dan berkata: ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?” (Fushshilat: 33)

Ia menghimpun dakwah ke jalan Allah baik dengan adzan atau panggilan lainnya seperti mengajarkan Al-Qur’an, Hadits, Fiqih dan lain-lain dengan mengharap ke-ridhaan Allah, dia beramal shalih untuk dirinya dan berkata baik. Maka tidak seorang pun yang lebih baik dari keadaan mereka. Sebagai contoh: “Abu Abdurrahman Abdullah Ibnu Habib As-Sulmi Al-Kufi salah seorang pemimpin Islam dan di antara ulamanya yang mencintai bidang ini. Maka beliau tekun mengajar manusia sejak pemerintahan Ustman Radhiallaahu 'anhu hingga masa Al-Hajjaj. Orang-orang berkata: “Beliau tinggal menetap dan mengajar Al-Qur’an selama 70 tahun –mudah-mudahan Allah merahmatinya dan menetapkan pahala baginya–. Amiin.”

Ismail Ibnu Abdillah Ibnu Umar berkata: “Barangsiapa membaca Al-Qur’an maka seakan-akan ia memasuk-kan tanda kenabian dalam dirinya, hanya saja Al-Qur’an tidak turun padanya. Dan barangsiapa yang membaca Al-Qur’an kemudian melihat seseorang yang dikaruniai ke-utamaan lebih darinya, maka ia telah meremehkan pemberian Allah padanya dan membesarkan apa yang diremehkan Allah.”

Ancaman Bagi Yang Meninggalkan Al-Qur’an Dan Berpaling Darinya

Telah sampai kepada kita sejumlah ayat yang menjelaskan ancaman terhadap orang yang berpaling dari Al-Qur’an, yang tidak mengambil manfaat darinya, juga keterangan mengenai siksaan yang pedih disebabkannya.

Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman:
“Dan siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat dari Tuhannya lalu dia berpaling daripadanya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya?” (Al-Kahfi: 57)

Syaikh Amin Asy-Syinqithi menjelaskan ayat ini dan yang semisalnya. Ia berkata: Allah menyebutkan ayat yang mulia ini dengan menjelaskan bahwa tidak seorang pun yang lebih berbuat aniaya terhadap dirinya sendiri selain dari orang yang jika disebutkan/diingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya (Al-Qur’an) lalu berpaling. Dan yang disebutkan dalam ayat ini bahwa sebesar-besarnya perbuatan aniaya, disebutkan pula dalam ayat lain keterangan yang dihasilkan oleh perbuatan tercela ini ditambah dengan siksa yang pedih.

Di antara akibat buruk mereka adalah orang tersebut ter-golong manusia yang paling berbuat aniaya, Allah menutup hatinya sehingga tidak mengetahui kebenaran dan tidak bisa memperoleh petunjuk selamanya.

“Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka, (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (Kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka; dan kendatipun kamu menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya.” (Al-Kahfi: 57)

Di antaranya juga siksaan Allah kepada orang yang berpaling dari peringatan sebagaimana firmanNya:

“Dan siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemu-dian ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa.” (As-Sajdah: 22)

Kemudian keadaan orang yang berpaling itu seperti himar/keledai. Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman:
“Maka mengapa mereka (orang-orang kafir) berpaling dari peringatan (Allah)? Seakan-akan mereka itu keledai liar yang lari terkejut.” (Al-Muddatsir: 49-50)

Lalu ancaman petir seperti petir yang ditimpakan kepada kaum ‘Aad dan Tsamud sebagaimana firmanNya:
“Jika mereka berpaling maka katakanlah: ‘Aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum `Aad dan kaum Tsamud’.” (Fushshilat: 13)

Juga kehidupan yang sempit dan kebutaan. Firman Allah:
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatanKu, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (Thaha: 124)
“Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan Tuhannya, niscaya akan dimasukkanNya ke dalam azab yang amat berat.” (Al-Jin: 17)
“Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al-Qur'an), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.” (Az-Zukhruf: 36)

Dan banyak akibat lain dari yang disebutkan di atas yang merupakan akibat jelek dan siksa yang pedih akibat ber-paling dari peringatan ayat-ayat Allah Subhaanahu wa Ta'ala .

Pada ayat yang lain Allah memerintahkan kita agar ber-paling dari orang yang berpikiran sempit tentang kehidupan dunia. Kemudian hal itu menguasai mereka dan menjadi pengetahuan mereka, tanpa memiliki pengetahuan lain yang memberi manfaat pada hari kematiannya. Sebagaimana firman Allah:

“Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan Kami, dan tidak mengingini kecuali kehidupan duniawi. Itulah sejauh-jauh pengeta-huan mereka.” (An-Najm: 29-30)

Allah Subhaanahu wa Ta'ala melarang ketaatan terhadap orang yang hatinya dikuasai hawa nafsunya hingga lalai dan lupa kepada Allah.

“Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (Al-Kahfi: 28).

Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman:
“Berkatalah Rasul: ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur’an ini suatu yang tidak diacuhkan’.” (Al-Furqan: 30)

Ibnu Katsir mengatakan ketika menafsirkan ayat ini: “Hal itu karena orang-orang musyrik tidak menganggap Al-Qur’an sesuatu yang harus dihormati dan didengarkan. Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman:

“Dan orang-orang yang kafir berkata: ‘Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al-Qur'an ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu da-pat mengalahkan (mereka)’.” (Fushshilat: 26)

Dan jika dibacakan kepada mereka Al-Qur’an mereka menyibukkan diri dengan bercakap-cakap dalam hal lain sehingga mereka tidak mendengarkannya. Inilah sikap acuh mereka, mereka meninggalkan Al-Qur’an, tidak mengamal-kannya, tidak mematuhi perintahnya, tidak menjauhi la-rangannya, menyimpang pada yang lainnya seperti syair, perkataan, nyanyian, permainan, dan hal-hal lain yang bisa menyibukkan mereka dari Al-Qur’an.

Kita memohon kepada Allah Yang Maha Pemurah dan Pemberi anugerah, Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu agar menjauhkan kita dari hal-hal yang dibencinya dan me-nunjukkan kita kepada hal-hal yang diridhaiNya; seperti menghafal kitabNya, memahami dan menegakkan hukum-hukumnya sepanjang siang dan malam sesuai dengan yang diinginkanNya. Sesungguhnya Dia Maha Mulia dan Maha Pemberi.

Ibnul Qayyim juga menjelaskan bahwa golongan yang berpaling, yang dimaksud ayat tersebut ada bermacam-macam tingkatan. Beliau berkata: Macam-macam bentuk berpaling dari Al-Qur’an adalah:
  • Berpaling dari mendengarnya, mengimaninya, dan mem-perhatikannya.
  • Berpaling dari amal dan berhenti dari hal-hal yang dihalalkan atau diharamkan walau mereka membacanya dan meyakininya.
  • Berpaling dari hukum-hukumnya baik dalam hal asas (aqidah) atau cabang agama dan beranggapan bahwa Al-Qur’an hanya perkataan yang tidak dapat dijadikan alasan (hujjah) dan tidak pula menambah ilmu.
  • Berpaling dari merenungkannya dan memahaminya serta mendalami hal-hal yang dikehendaki Allah.
  • Berpaling dari penyembuhan dengannya dari berbagai macam penyakit hati, namun meminta kesembuhan pe-nyakitnya dari selain Allah.
    Semua ini terkumpul dalam firman Allah:
    “Berkatalah Rasul: ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur’an ini suatu yang tidak diacuhkan’.” (Al-Furqan: 30)
Sesungguhnya sebagian yang ditinggalkan dari hal-hal di atas lebih hina dari sebagian yang lain.

Sumber :  http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatkajian&parent_id=300&parent_section=kj007&idjudul=1



Share

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayo bersedekah setiap hari

“Tidak ada satu subuh-pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat.

Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,

sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”

(HR Bukhary 5/270)

Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.

Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.

Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :

1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
4. Anak Yatim
5. Buka Puasa

Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
--> Bank BRI Syariah No Rek. 1041682996
--> Bank Muamalat No Rek. 3560009874
--> Bank Mandiri No Rek. 114-00-0594415-5
--> Bank BCA No Rek. 8110330589
Semua atas nama Wagimin.

Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan

Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :


1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-

2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-

3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-

4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-

5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.033,-

Terimakasih atas partisipasinya kepada rekan-rekan yang telah berbagi terutama buat mereka yang belum melakukan konfirmasinya, semoga Allah mengganti dengan yang lebih baik dan menjadi amalan yang akan memperberat amal kebaikan di yaumil akhir.

Penolong Misterius

Ketika senja telah turun mengganti siang dengan malam, seorang laki-laki bergegas mengambil air wudhu. Memenuhi panggilan adzan yang bergaung indah memenuhi angkasa.

"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.

Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.

Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.

"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.

Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.

Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.

Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.

"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.

Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.

"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.

"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.

Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.

"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.

"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.

Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.

Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?

Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.

Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!

"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.

Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.

"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.

"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.

"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.

"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.

"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.

Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.

"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."

"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.

Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.

"Sekarang pulanglah!" kata Ali.

Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.

"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.

Ali tersenyum dan mengangguk.

"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.

"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.

Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.

Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.

Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.

"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"

"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.

Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.

Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.