Kamis, 22 September 2011

Nanti Saya Akan Sedekah...Pak Kyai....

Malam itu di sebuah pesantren yatim-piatu Jawa Timur datanglah seorang pengusaha bersilaturahmi ke kyai pengasuh pesantren. Ada sebuah hajat milik pengusaha yang ingin dibagi dengan pak kyai. Maka, berlangsunglah pembicaraan antara keduanya.

"Pak kyai, saya datang ke sini mau minta doa agar hajat saya dikabul oleh Allah SWT." ujar si pengusaha.
"Memangnya saudara sedang punya hajat apa?" tanya pak kyai ringan.

"Begini pak kyai..., saya ini punya usaha di bidang migas. Saya sedang ikut tender di Caltex Riau (sekarang perusahaan ini bernama Chevron). Doakan agar saya bisa menang tender...!" jelas si pengusaha.

"Mmmmm...." pak kyai hanya bergumam tanpa sedikit pun memberi tanggapan.

Entah apa gerangan, mungkin untuk meyakinkan pak kyai tiba-tiba si pengusaha menambahkan, "tolong doakan saya dalam tender ini pak Kyai, insya Allah andai saya menang tender, pasti saya akan bersedekah ke pesantren ini!"
Dahi pak kyai berkernyit mendengarnya. Raut muka beliau terlihat seperti agak tersinggung dengan pernyataan si pengusaha.

Menanggapi pernyataan si pengusaha, pak Kyai yang asli Madura bertanya, "Sampeyan hapal surat Al-Fatihah...?!" Si pengusaha menjawab bahwa ia hapal.

"Tolong bacakan surat Al-Fatihah itu!" pinta kyai.

"Memangnya ada apa pak kyai, kok tiba-tiba ingin mendengar saya baca Al-Fatihah?!" tanya si pengusaha."
"Sudah baca saja... saya mau dengar!" tukas kyai.

Maka sang pengusaha itu pun mulai membaca surat pertama Alquran.

"Bismillahirrahmanirrahim...Alhamdulillahi rabbil alamiin...Ar rahmaanir rahiim... Maliki yaumiddiin... Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'iin..."

"Sudah-sudah cukup..., Berhenti sampai di situ!" pinta pak kyai.

Si pengusaha pun menghentikan bacaan.

"Ayat yang terakhir sampeyan baca itu mengerti tidak maksudnya?!" tanya pak kyai.

"Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'iin..., pak Kyai?" tanya si pengusaha menegaskan.

"Ya, yang itu!" jawab kyai.

"Oh itu saya sudah tahu artinya... kepada-Mu ya Allah kami mengabdi... kepada-Mu ya Allah kami memohon pertolongan!" tandas si pengusaha.

Pak kyai lalu berujar enteng, "Oh, rupanya masih sama Al-Fatihah sampeyan dengan saya punya!"

Si pengusaha memperlihatkan raut kebingungan di wajahnya. "Maksud pak kyai...?!" tanya si pengusaha heran.

"Saya kira Al-Fatihah sampeyan sudah terbalik menjadi iyyaka nasta'iin wa iyyaka na'budu!" jawab pak kyai.

Si pengusaha malah bertambah bingung mendengar penjelasan pak kyai, ia pun berkata, "Saya masih belum mengerti pak Kyai!"

Pak kyai tersenyum melihat kebingungan sang pengusaha, beliau pun menjelaskan, "tadi sampeyan bilang kalau menang tender maka sampeyan akan sedekah ke pesantren ini. Menurut saya itu mah iyyaka nasta'iin wa iyyaka na'budu. Kalau Al-Fatihah sampeyan gak terbalik, pasti sampeyan sedekah dulu ke pesantren ini, insya Allah pasti menang tender!"

Deggg! Keras sekali smash sindiran menghujam jantung hati si pengusaha.

***
Ba'da dzuhur esok harinya, hape pak kyai berdering. Rupanya pengusaha tadi malam.

"Mohon dicek pak kyai, saya barusan sudah transfer ke rekening pesantren," kata si pengusaha, sambil pamit lalu menutup telepon.

Sejurus kemudian pak kyai pergi ke bank membawa buku tabungan.

Usai dicetak lalu dicek, matanya terbelalak melihat angka 2 dan deretan angka 0 yang amat panjang. Hingga pak kyai merasa sulit memastikan jumlah uang yang ditransfer.

Pak kyai pun bertanya kepada teller bank, "Mbak, tolong bantu saya berapa dana yang ditransfer ke rekening saya ini?"

Sang teller menjawab, "Ini nilainya 200 juta, pak kyai!"

Pak kyai pun sumringah. Berulang kali ucapan hamdalah terdengar dari lisannya.

Malamnya lepas maghrib, pak kyai mengumpulkan seluruh ustadz dan santri di pesantren yatim itu.

Mereka membaca Alquran, dzikir & doa yang panjang untuk hajat yang ingin dicapai oleh sang pengusaha.

Arsy Allah SWT malam itu mungkin bergetar. Pintu-pintu langit mungkin terbuka, sebab doa yang dipanjatkan oleh pak kyai & para santri yatim.

Seminggu berselang sang pengusaha menelpon pak kyai.

"Pak kyai, saya ingin mengucapkan terima kasih atas doanya tempo hari. Alhamdulillah, baru saja saya mendapat kabar bahwa perusahaan saya menang tender dengan nilai proyek yang cukup besar!!!"

Mendengar itu, pak kyai turut bersyukur kepada Allah SWT. Ia lalu bertanya, "berapa nilai tender yang didapat?!"
"Alhamdulillah, nilainya Rp 9,8 milyar!" jawab si pengusaha.

Subhanallah, sebegitu cepat & besar balasan Allah yang diterima pengusaha itu.

Sumber :  http://www.alhikmahonline.com/content/view/602/6/


Share

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayo bersedekah setiap hari

“Tidak ada satu subuh-pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat.

Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,

sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”

(HR Bukhary 5/270)

Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.

Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.

Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :

1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
4. Anak Yatim
5. Buka Puasa

Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
--> Bank BRI Syariah No Rek. 1041682996
--> Bank Muamalat No Rek. 3560009874
--> Bank Mandiri No Rek. 114-00-0594415-5
--> Bank BCA No Rek. 8110330589
Semua atas nama Wagimin.

Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan

Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :


1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-

2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-

3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-

4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-

5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.033,-

Terimakasih atas partisipasinya kepada rekan-rekan yang telah berbagi terutama buat mereka yang belum melakukan konfirmasinya, semoga Allah mengganti dengan yang lebih baik dan menjadi amalan yang akan memperberat amal kebaikan di yaumil akhir.

Penolong Misterius

Ketika senja telah turun mengganti siang dengan malam, seorang laki-laki bergegas mengambil air wudhu. Memenuhi panggilan adzan yang bergaung indah memenuhi angkasa.

"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.

Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.

Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.

"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.

Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.

Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.

Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.

"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.

Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.

"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.

"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.

Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.

"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.

"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.

Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.

Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?

Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.

Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!

"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.

Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.

"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.

"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.

"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.

"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.

"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.

Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.

"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."

"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.

Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.

"Sekarang pulanglah!" kata Ali.

Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.

"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.

Ali tersenyum dan mengangguk.

"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.

"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.

Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.

Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.

Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.

"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"

"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.

Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.

Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.