Jumat, 04 September 2009

Ramadhan Membawa Perubahan

pejalan kaki

dakwatuna.com – Sepanjang sejarahnya, Ramadhan menghadirkan perubahan besar lagi mendasar. Bangsa Arab yang sebelumnya tidak kenal Tuhan, hidup dalam kesewenang-wenangan, kedzaliman, bahkan terkungkung dalam kejahiliyahan yang sangat kelam, semua tindak kriminal merajalela, bahkan tradisi mengubur bayi perempuan hidup-hidup menjadi kebanggaan mereka. Wal’iyadzubillah!

Seketika kondisi yang demikian berubah, berubah menjadi kenal Tuhan, hidup manusiawi, toleransi, damai, sejahtera dan menebarkan rahmat bagi alam semesta. Perubahan itu dimulai ketika Al-Qur’an Al-Karim diturunkan ke muka bumi, pada insan pilihan, Nabi Muhammad saw., pada bulan Ramadhan, ya di bulan Ramadhan.


Allah swt. berfirman: “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Al-Baqarah:185. Allah swt. juga berfirman:

“Haa miim. Demi Kitab (Al-Quran) yang menjelaskan. Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah. (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah yang mengutus rasul-rasul. Sebagai rahmat dari Tuhanmu. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Ad-Dukhan:1-6

Inilah dalam sejarah panjang manusia, wahyu Allah swt. tersambung kembali dengan bumi, setelah bertahun-tahun sebelumnya kehidupan manusia lepas dari tuntunan wahyu Ilahi. Semua muslim sepakat bahwa Al-Qur’an Al-Karim adalah mukjizat terbesar yang pernah Allah swt. turunkan di muka bumi ini. Allah swt. tidak hanya menciptakan hardware berupa fisikal manusia, tapi juga software, berupa Kitab tuntunan hidup, Al-Qur’an.

Perjalanan sejarah Ramadhan kembali menghadirkan sejarah besar, ketika terjadi suatu perang penentu, “yaumal furqan” antara Islam dan kaum kafir Quraisy, terkenal dengan perang Badar Al-Kubra. Sampai-sampai Rasulullah saw. mengangkat kedua tangan beliau yang mulia tinggi-tinggi berdoa, agar wahyu dan kebenaran Islam dimenangkan. Bahkan beliau mendesak; “Seandainya Engkau tidak memenangkan kelompok ini, maka Engkau tidak akan disembah lagi di muka bumi ini.” Peristiwa besar itu terjadi di bulan Ramadhan. Umat Islam menang ketika itu, sehingga perubahan bisa dirasakan sampai sekarang ini, di seluruh penjuru dunia.

Di tahun 8 hijriyah, kembali Ramadhan menghadirkan sejarah besarnya. Umat Islam dengan kekuatan 10 ribu kembali ke Mekah, membebaskan Ka’bah Al-Musyarrafah dari ratusan berhala, dan membebaskan bangsa Arab dari kebendaan dan kejahiliahan. Tanpa perlawanan berarti umat Islam yang langsung dipimpin Rasulullah saw. itu menaklukkan Mekah, sehingga terkenal dengan “Fathu Makkah”, Mekah terbebaskan dan terbuka bagi dakwah Islam. Ketika itu, Rasulullah saw. memberi maklumat dan permakluman: “Pergilah, kalian semua merdeka.” Padahal penduduk Mekah sangat takut, sangat khawatir kalau-kalau mereka dibunuh sebagai wujud balas dendam. Tidak ada balas dendam, tidak ada pengkrusakan, tidak ada teror, tidak ada pertumpahan darah. Penduduk Mekah hidup damai di bawah naungan Islam.

Peristiwa besar juga dicatat bulan Ramadhan, pada perang Ain Jalut pasukan muslim mengalahkan Tartar, perang Khiththin, Al-Mu’tashim membela kehormatan seorang muslimah yang dilecehkan tentara romawi dan mengalahkannya, Shalahuddin Al-Ayyubi menaklukkan Syam, Panglima Nuruddin Zanki mengalahkan pesukan salib, dan peristiwa besar lainnya (baca peperangan di bulan Ramadhan).

Bahkan di negeri kita tercinta ini, Ramadhan menghadirkan kemerdekaan dan kebebasan dari penjajah. Di bulan Agustus 64 tahun yang lalu, tepatnya di bulan Ramadhan, di hari Jum’at, sayyidul aiyyam, para pendiri bangsa ini memproklamirkan kemerdekaan bangsa ini. Tahun ini, bulan Agustus dan bulan Ramadhan bersatu kembali, 17 Agustus kita peringati kemerdekaan RI., 22 Agustus umat muslim melaksanakan shaum Ramadhan.

“Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh
keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka
rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.” Itu di antara bunyi teks pembukaan UUD 1945.

Ramadhan menghadirkan sejarah besar dalam lintasan kehidupan manusia.

Pertanyaannya sekarang adalah, perubahan apa yang di bawa Ramadhan tahun ini dalam kehidupan pribadi dan masyarakat kita?

Atau sejarah besar apa yang akan kita ukir pada bulan Ramadhan tahun ini?

Karena boleh jadi, usia kita hanya sampai di sini, tahun ini, tidak berjumpa lagi dengan bulan Ramadhan tahun depan.

Silahkan masing-masing kita menuliskan hajat besar yang akan direalisasikan dalam Ramadhan tahun ini.

Silahkan masing-masing kita merenung, memutuskan sejarah besar apa yang akan kita perbuat di Ramadhan tahun ini.

Silahkan masing-masing kita membulatkan tekad, perkara besar apa yang akan menjadi kenangan tak terlupakan dalam Ramadhan tahun ini.

Tentu, masing-masing kita mempunyai hajat, kebutuhan dan perkara besar yang berbeda-beda.

Sebagai contoh saja, bagi yang difonis oleh dokter agar segera meninggalakan nekotin alias merokok, mari jadikan Ramadhan kali ini sebagai sejarah perubahan kehidupan kita untuk meninggalkan merokok, meninggalkan barang haram itu. Toh, kita bisa meninggalkan merokok di siang hari Ramadhan, kenapa tidak dilanjutkan di malam hari dan hari-hari selanjutnya selepas Ramadhan. Alasan bahwa kalau tidak merokok tidak ngetrend, tidak modern, tidak bisa mikir, tidak bisa kerja hanya bentuk waswasatusy syaithon, jerat-jerat setan saja. Kita bisa meninggalkan sekarang juga, kalau kita mau.

Contoh lain, bagi pemuda-pemudi yang sudah lama saling kenal, Ramadhan bisa dijadikan momentum sejarah perubahan hidup, menayakan pada ayah pemudi tersebut dan kalau bisa sekaligus melamar, memasuki bulan Syawal, naik ke pelaminan. Bukankah petuah mengatakan: “Ikan bawal diasinin, bulan Syawal dikawinin.” Dari pada kenal lama, bahkan bertahun-tahun, namun justeru menjerumuskan kepada kemaksiatan.

Contoh lainnya, target menghatamkan Al-Qur’an bilangan tertentu beserta terjemahnya, dan lain lain… sesuai dengan hajat masing-masing kita.

Masyarakat atau negeri ini juga demikian, sejarah besar apa yang akan kembali dihadirkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan hadirnya bulan Ramadhan ini.

Sebagai contoh saja, meninggalkan korupsi. Kalau kita bisa meninggalkan makanan dan minuman yang halal, karena milik kita sendiri, namun kita tidak lakukan, karena itu di siang hari Ramadhan, tentu kita akan lebih bisa meninggalkan barang-barang haram yang jelas-jelas bukan hak-hak kita. Negeri ini dihantui oleh bentuk teror lain, teror korupsi. Negeri ini hancur karena banyaknya kasus korupsi. Malu rasanya menjadi negara terkorup. Kita dorong KPK, Pemerintah untuk menuntaskan pemberantas korupsi. Jadikan Ramadhan sebagai sejarah besar merubah mentalitas hidup. Melayani bukan minta dilayani apalagi mengkorupsi uang rakyat. Juga contoh yang lain…

Ramadhan selalu menghadirkan sejarah besar perubahan, dalam hidup kita. Allahu a’lam


Sumber : http://www.dakwatuna.com/2009/ramadhan-membawa-perubahan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayo bersedekah setiap hari

“Tidak ada satu subuh-pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat.

Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,

sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”

(HR Bukhary 5/270)

Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.

Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.

Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :

1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
4. Anak Yatim
5. Buka Puasa

Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
--> Bank BRI Syariah No Rek. 1041682996
--> Bank Muamalat No Rek. 3560009874
--> Bank Mandiri No Rek. 114-00-0594415-5
--> Bank BCA No Rek. 8110330589
Semua atas nama Wagimin.

Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan

Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :


1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-

2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-

3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-

4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-

5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.033,-

Terimakasih atas partisipasinya kepada rekan-rekan yang telah berbagi terutama buat mereka yang belum melakukan konfirmasinya, semoga Allah mengganti dengan yang lebih baik dan menjadi amalan yang akan memperberat amal kebaikan di yaumil akhir.

Penolong Misterius

Ketika senja telah turun mengganti siang dengan malam, seorang laki-laki bergegas mengambil air wudhu. Memenuhi panggilan adzan yang bergaung indah memenuhi angkasa.

"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.

Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.

Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.

"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.

Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.

Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.

Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.

"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.

Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.

"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.

"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.

Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.

"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.

"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.

Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.

Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?

Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.

Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!

"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.

Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.

"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.

"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.

"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.

"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.

"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.

Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.

"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."

"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.

Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.

"Sekarang pulanglah!" kata Ali.

Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.

"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.

Ali tersenyum dan mengangguk.

"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.

"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.

Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.

Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.

Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.

"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"

"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.

Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.

Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.