Minggu, 26 April 2009

Siapa peduli kita

Allah berfirman dalam surat Al Ashr yang artinya:
1. Demi masa.
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

Saudaraku, kita sesungguhnya dalam keadaan merugi. Mengapa demikian, banyak alasan yang menyebabkan manusia mengalami kerugian. Bagaimana agar kita tidak mengalami kerugian. Surat tersebut menjelaskan agar kita bisa keluar dari zona orang-orang yang merugi.

Dua bagian utama yang sangat penting yang menjadikan kita termasuk dalam golongan orang yang beruntung. Pertama, bagaimana diri kita mampu tampil sebagai sosok yang benar-benar menunjukkan identitas ke-Islam-annya. Kedua, bagaimana terbentuknya komunitas yang islami.

Bagian pertama, merupakan rangkaian dari keimanan kita yang kemudian kita buktikan dengan amal shaleh. Bagaimana diri kita bukan hanya sekedar tunduk dan pasrah dengan ke-Islam-annya, akan tetapi pengakuan kita terhadap dua kalimat syahadat yang merupakan pintu gerbang dalam memasuki Islam bisa mengantarkan seseorang pada nilai-nilai keimanan.

Nilai-nilai keimanan yang bukan hanya diucapkan oleh lisan, diyakini oleh hati, tapi juga butuh pembuktian dengan amal nyata. Ketika nilai-nilai keimanan ini mampu menghunjam secara mendalam dalam diri, maka daya gerak untuk melakukan sebuah amal bukanlah hal yang sangat memberatkan.

Kedua, untuk menjaga agar nilai-nilai keimanan itu bisa tetap ada dalam diri, disamping kita melakukan namanya aktvitas tarbiyah dzatiyah (pembinaan pribadi oleh diri sendiri untuk diri sendiri) kita juga butuh kawan yang mengingatkan ketika kita lupa. Itulah pentingnya nashihat, itulah pentingnya komunitas yang bisa mengingatkan kita akan Allah. Perlu berada pada lingkaran orang-orang yang shaleh, lingkungan yang islami. Bagian kedua ini dengan kata lain adanya aktivitas dakwah, adanya gerakan yang terstruktur yang mampu menciptakan kondisi tersebut.

Kedua bagian tersebut tidak dapat dipisahkan, bahwa kita tidaklah cukup menjadi orang yang baik, akan tetapi bagaimana yang lain juga bisa baik. Makanya penting sekali diawali dari perbaikan diri, lalu serulah orang lain. Inilah rangkaian besar sebuah agenda perubahan besar yang dimulai dari pembiaan diri kita menuju bangunan yang kokoh. Menghunjam ke dasar bumi dan mencapai langit. Islam adalah rahmatan lil 'alamin. Jangan sampai ada ruang kosong yang di dalamnya tidak ada Islam. Inilah PR besar yang harus kita cicil dari mulai membina diri kita. Tegakkan Islam dalam diri niscaya ia kan tertegakkan di negeri kita, di seantoro penjuru muka bumi. Sehingga seluruh manusia akan menjadikan islam sebagai soko guru peradaban. Menjadi rujukan bagi seluruh manusia.

Apa Kabar Iman Anda Hari Ini

“Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: ”Kami telah beriman”. Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: “Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok”. Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka.” (QS Al-Baqarah: 14,15).


“Bersegeralah kamu sekalian dengan beramal (kebajikan, sebelum datangnya) cobaan-cobaan (yang menghitam) seperti potongan-potongan malam yang menghitam, seorang lelaki waktu pagi beriman sedang waktu sore ia menjadi kafir dan waktu sore dia beriman sedang waktu pagi dia menjadi kafir, seseorang dari mereka menjual agamanya dengan harta dunia yang sedikit.” (Hadits Riwayat Ahmad, Muslim, dan At-Tirmidzi, dari Abu Hurairah, shahih).

Kekuatan motivasi

Kekuatan motivasi melahirkan daya gerak yang sangat luar biasa. Meskipun halangan dan rintangan menghadang tak menjadi soal baginya. Ia akan tetap bergerak, meskipun hujan turun lebat. Hawa dingin, terasa menyejukkan. Panasnya sengatan matahari, terasa menghangatkan. Perihnya luka, terasa nikmat.

Kita merasakan bagaiamana kekuatan motivasi itu melahirkan daya gerang dan daya dorong yang sangat luar biasa. Sebagai contoh, betapa semangatnya mencari pertemanan dengan iming-iming mendapatkan sesuatu yang serba gratis. Betapa gigihnya perjuangan kita untuk mendapatkan sesuatu. Gunung kan didaki, lautan kan disebrangi. Untuk satu tujuan, satu keinginan dengan berjuta harapan.

Terhadap motivasi materi kita begitu semangat, namun tanpa kita sadari kita begitu menyepelekan motivasi-motivasi yang datangnya dari Allah. Seharusnya perjuangan kita lebih gigih, Kita harus semangat, tidakkah kita tergerak dengan apa yang ditawarkan oleh Allah. Tentu ada satu hal yang menjadi syarat agar kita tergerak. Apa itu?

Kekuatan Iman.

Keyakinan kita akan iman, akan melahirkan keajaiban yang sangat luar biasa. Dari Abdurrahman bin Abi Laila dari Shuhaib, ia berkata, “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Sungguh menakjubkan urusan seorang mukin, semua urusan baik baginya dan kebaikan ini tidak dimiliki oleh selain seorang mukmin. Apabila mendapat kesenangan ia bersyukur dan itulah yang terbaik untuknya. Dan apabila mendapat musibah ia bersabar dan itulah yang terbaik untuknya.” (HR. Imam Muslim)

Ini adalah modal. Kita harus mempercayai sesuatu yang kadang di luar nalar kita. Mengapa kita harus berzakat, mengapa juga kita berinfaq? Berkurang dong harta kita. Secara matematis memang demikian. Tapi dari segi keimanan akan menjadi hal yang lain. Justeru harta kita bertambah.

Berfikir Bijak

Sebelum bertindak berfikir terlebih dahulu. Apa yang kita lakukan bukan hanya buah dari apa yang kita fikirkan, terkadang tanpa berfikir terlebih dahulu kita bertindak tak terkendali. Tanpa memahami permasalahan sering salah paham. Terjadi perdebatan yang terkadang membuat dada sesak, emosi bangkit, kata-kata kasar terlontar begitu saja.

Perlu sekali memahami permasalahannya, berfikir dengan baik sehingga tindakan yang akan diambil bisa lebih arif dan bijaksana. Pernyataan yang keluar dan terlontar akan mampu memberikan solusi dari permasalahan yang dihadapi. Hal seperti ini memang perlu latihan. perlu terus di asah.

Menggagas ide-ide kreatif

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.” QS. Ali Imran : 190 -191

Kita tidak terbiasa untuk mengeluarkan ide-ide kreatif yang sebenarnya banyak sekali berkeliaran di benak kita. Terhadap hal-hal yang baru atau suatu ide yang dicetuskan oleh seseorang kebanyakan manusia sering kurang dapat menerimanya. Komentar-komentar negatif selalu akan menyerang, menganggap bahwa hal itu tidaklah mungkin dapat terwujud dan berusaha mempertahankan hal dan kondisi yang lama. Sulit sekali menerima sesuatu yang belum terbukti.

Padahal sebenarnya dari ide-ide itulah akan melahirkan penemuan-penemuan baru yang akan bermanfaat untuk kemashlahatan umat manusia. Setiap kita dapat membuat ide-ide kreatif yang akan bermanfaat untuk diri kita dan orang lain. Allah SWT telah meletakkan dasar bagaimana manusia itu dapat mempergunakan kemampuan akalnya dengan sebaik-baiknya sebagaimana QS Ali Imran: 190 - 191. Alam semesta merupakan sumber inspirasi bagi munculnya ide-ide yang kreatif. Allah SWT memerintahkan kita menggunakan akal untuk memikirkannya. Pemikiran itu muncul dari kita melakukan pengamatan, pengkajian, perenungan dan mengambil kesimpulan.

Sudah seharusnya mulai saat ini kita harus senantiasa mempergunakan akal kita untuk berfikir. Sebelum mata kita mulai berkurang penglihatannya mari kita gunakan untuk senantiasa membaca. Apakah itu membaca tulisan ataukah membaca fenomena alam. Kita juga harus mampu membaca sebuah peluang. Membaca situasi dan kondisi.

Jangan takut ide kita disepelekan orang lain. Lakukan saja apa yang menjadi ide positif kita. Tentunya ide-ide yang akan kita cetuskan itu senantiasa kita pikirkan secara mendalam dan mendetail. Sebelum orang lain mengkritik ide kita, kita sudah mengkritiknya terlebih dahulu.

Wallahu 'alam bishawab.

Pancaran energi cita-cita

Setiap kita pasti mempunyai cita-cita. Meskipun itu hanya lintasan-lintasan dalam benak hati atau letupan-letupan dari ide-ide kreatif yang bersarang dalam pikiran. Cita-cita muncul dari keinginan-keinginan atau harapan-harapan yang belum bisa terpenuhi pada saat itu juga. Ia hanya sebatas impian-impian yang belum nyata.

Cita-cita merupakan bahan bakar dalam melakukan berbagai aktivitas. Seorang pelajar dengan adanya cita-cita menjadi termotivasi dalam belajar. Guru menjadi lebih bergairah dalam memberikan pengajaran. Pedagang menjadi lebih bersemangat mencari rezeki. Seorang karyawan senantiasa terpacu untuk bekerja secara profesional. Atau apapun diri kita dalam kehidupan sehari-hari akan senantiasa tampil lebih baik, wajah tampak berseri dan memancarkan sinar kebahagiaan.

Rasanya hidup ini menjadi hampa bila tak ada cita-cita. Pelajar menjadi malas dalam belajar, datang ke sekolah hanya setor muka. Ia tak pernah memperhatikan dengan baik penjelasan dari gurunya. Terkadang lebih sering mengajak rekannya mengobrol, keluar masuk kelas. Saat-saat tertentu berbuat onar dan kegaduhan ketika tak ada guru yang mengawasinya.

Begitu pula yang lainnya. Bila tak pernah bercita-cita ingin menjadi lebih baik dari hari ke hari maka selamanya takkan ada perubahan yang berarti. Bahkan bisa jadi kehidupannya akan lebih buruk dan semakin sangat memprihatinkan serta memberatkan orang-orang yang ada disekitarnya.

Keyakinan terhadap cita-cita yang menghunjam ke dasar lubuk hati akan memancarkan suatu energi yang teramat dahsyat yang sebelumnya tak pernah terpikirkan. Energi itu akan menuntun seseorang dalam mewujudkan apa-apa yang menjadi keinginannya. Semakin kuat keyakinan seseorang maka energi itu akan semakin bertambah besar. Kekuatan energi tersebut akan mampu menghadapi berbagai halangan maupun rintangan.

Saat-saat tertentu kitapun pernah membuktikan bagaimana energi cita-cita itu terpancar kuat dalam diri kita. Panasnya matahari yang membakar takkan mampu menyurutkan langkah kita bila ingin mewujudkan cita-cita kita tersebut. Hujan yang lebat dan hawa dingin yang menusuk tulang menjadi sangat menyegarkan dan menyejukkan. Kesulitan-kesulitan dalam hidup menjadi terasa lebih mudah. Indah sekali pancaran dari energi cita-cita itu.

Wallahu 'alam bishshawab.

Kalau bukan diri kita, lalu siapa?

Kita adalah raja bagi seluruh anggota tubuh kita. Apa yang kita mau, suka atau tidak. Anggota tubuh kita akan menuruti apa kemauan kita. Walau mata sudah lelah, ingin tidur. Tapi bila kita tidak menghendaki, maka kita akan terantuk-antuk, mempertahankan agar tidak tidur.

Suka-suka kita maunya apa. Mau tidur-tiduran, mau bengong, nongkrong di pinggir jalan. Ngobrol ngalor ngidul. Kitalah yang mengaturnya. Bila kita sudah bertekad akan melakukan sesuatu, maka kita akan berusaha semaksimal mungkin untuk mencapainya, meskipun banyak halang rintang. Tapi bila kita sudah tidak ada keinginan, tiada yang akan mampu memaksa kita.

Kitalah penentu, Allah telah memberikan kebebasan kepada makhluk-Nya.
Allah berfirman :
"demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya. Maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketaqwaannya. Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu), dan sungguh rugi orang yang mengotorinya." (QS. Asy-syams : 7 - 10)
"Dan katakanlah: Kebenaran itu datangnya dari Rabbmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek. (QS. Al Kahfi:29)

Perlu diingat, bahwa apa yang kita lakukan akan ada resikonya, ada balasannya. Lalu, akan kita apakan diri kita. Ingin bahagia hakiki atau kebahagiaan yang semu?

Ayo bersedekah setiap hari

“Tidak ada satu subuh-pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat.

Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,

sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”

(HR Bukhary 5/270)

Lihat catatan keuangan anda/keuangan perusahaan anda !
Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang pailit.
Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang rugi.
Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti anda termasuk orang yang beruntung.
Hari ini mesti lebih baik dari ari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.

Perbanyak infaq anda jika anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq ketika anda meraih keuntungan yang banyak. Justeru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq.

Ayo salurkan sebagian rezeki anda kepada orang-orang yang ada di sekitar anda, atau juga bisa melalui program yang kami tawarkan berikut ini :

1. Zakat
2. Infaq/shadaqah
3. Wakaf
4. Anak Yatim
5. Buka Puasa

Salurkan sebagian rezeki anda melalui salah satu nomor rekening berikut :
--> Bank BRI Syariah No Rek. 1041682996
--> Bank Muamalat No Rek. 3560009874
--> Bank Mandiri No Rek. 114-00-0594415-5
--> Bank BCA No Rek. 8110330589
Semua atas nama Wagimin.

Mohon konfirmasinya seberapapun harta yang anda infaqkan

Bila sudah ditransfer mohon konfirmasi via WA ke nomor 082354458007 caranya :


1. Zakat
Ketik : ZAKAT_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : ZAKAT 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.011,-

2. Infaq/shadaqah
Ketik : INFAQ_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 2.000.022,-

3. Waqaf
Ketik : WAQAF_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : INFAQ 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 5.000.000,-

4. Anak Yatim
Ketik : YATIM_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 3.000.033,-

5. Buka Puasa
Ketik : PUASA_tanggal_nama_Asal_Bank_jumlah
Contoh : YATIM 01012011 Hamba Allah di Surabaya BRI Syariah Rp. 1.000.033,-

Terimakasih atas partisipasinya kepada rekan-rekan yang telah berbagi terutama buat mereka yang belum melakukan konfirmasinya, semoga Allah mengganti dengan yang lebih baik dan menjadi amalan yang akan memperberat amal kebaikan di yaumil akhir.

Penolong Misterius

Ketika senja telah turun mengganti siang dengan malam, seorang laki-laki bergegas mengambil air wudhu. Memenuhi panggilan adzan yang bergaung indah memenuhi angkasa.

"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.

Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.

Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.

"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.

Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.

Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.

Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.

"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.

Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.

"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.

"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.

Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.

"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.

"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.

Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.

Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?

Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.

Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!

"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.

Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.

"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.

"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.

"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.

"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.

"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.

Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.

"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."

"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.

Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.

"Sekarang pulanglah!" kata Ali.

Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.

"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.

Ali tersenyum dan mengangguk.

"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.

"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.

Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.

Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.

Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.

"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"

"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.

Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.

Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.